8. Revisi

#8. Revisi

Hari ini, Mila bermaksud mendatangi rumah salah seorang muridnya, yang mana muridnya tersebut sudah satu minggu tak ada kabar, walau Mama Miran sudah melarangnya, Namun Mila tetap pergi demi tanggung jawabnya sebagai Wali kelas untuk memastikan keadaan anak didiknya. 

Setelah memasang helm dengan benar, Mila pun melajukan kendaraan roda dua nya di jalanan Desa, sesekali ia tersenyum ramah, ketika para tetangga sekitar menyapanya.

Perjalanan ke rumah Tia akan memakan waktu sekitar 30 menit, karena rumah Tia ada di Desa sebelah.

Namun ditengah perjalanan, Mila merasakan keanehan terjadi, motornya mendadak berjalan tidak stabil, hampir saja Mila roboh jika tidak segera berhenti.

Benar saja, rupanya ban belakang sudah kempes, “Huft … Makanya Mila, lain kali jangan membantah omongan Mama, jadi kualat kan?” Gumam Mila seorang diri. menyesali kenapa tadi tak mengindahkan larangan Mama Miran.

Akhirnya Mila pun pasrah mendorong motornya beberapa meter ke depan, seingat Mila didepan sana ada bengkel tambal ban.

10 menit berjalan sambil menuntun motornya, Mila akhirnya tiba di bengkel tambal ban. Sejak tiba di tempat itu, Mila mulai merasa tak nyaman, karena Ada beberapa pemuda yang nongkrong sambil ngopi dan ngerokok, tapi ketika Melihat kedatangan Mila, atensi mereka berubah, semua nya menatap Mila dengan tatapan aneh, entah apa maksud mereka. Mila bersyukur sekali karena saat ini adalah siang hari, entah apa jadinya jika malam hari.

Mila memilih menunggu di bangku yang berjarak agak jauh dari kerumunan pemuda tersebut, karena ia pun tak ingin terganggu dengan kepulan asap rokok yang mengganggu pernafasannya. Tapi dua orang pemuda berjalan menghampiri Mila. 

Melihat gelagat aneh mereka Mila kembali bergeser menjauh, namun kedua pemuda itu tak juga melepaskan Mila, mereka justru mengapit sisi kanan dan kiri Mila yang mulai terlihat menghindar. 

“Mau kemana Mbak?”

“Kok sendirian?”

“Abang antar ya?”

“Atau kita kenalan dulu, gimana?” 

Kedua pemuda itu terus berceloteh, hingga kedatangan Daniel dan Jupri mengalihkan pandangan mereka dari Mila. 

“Maaf, siapa kalian?” sapa Daniel santai, meskipun dalam hati, ia tak suka jika melihat ada lelaki yang sengaja menggoda seorang gadis, padahal nyata-nyata gadis itu tak ingin didekati atau hanya sekedar di sapa.

“Bukan urusan kamu, lagi pula kami ini hanya ingin berkenalan? iya kan cantik?” 

Mila hanya diam, merasa posisinya akan semakin tak nyaman jika ia menjawab, jadi diam adalah pilihan terbaik.

“Setidaknya tunjukkan sopan santun kalian sebagai manusia beradab, minta izin dulu jika ingin berkenalan dengan calon istri orang.” Sambil berkata Daniel menarik lembut lengan Mila, kemudian menyembunyikannya di belakang punggung.

“Alaaah kan baru calon.” jawab salah seorang pemuda tersebut. “Memang siapa calon suaminya? palingan cuma gertak sambal.” 

“Bang … kedua pemuda ini tukang bikin onar dari desa sebelah.” Bisik Jupri di telinga Daniel. 

Daniel hanya mengangguk paham, ia mengedipkan mata, bermaksud memberi kode pada Jupri, bahwa tak perlu mengkhawatirkannya, tapi Jupri salah menanggapi kode tersebut. “Bang jangan macem-macem, kabarnya mereka sudah pernah masuk Bui.”

Mendengar bisikan Jupri tersebut, kedua pemuda yang menggoda Mila merasa di atas angin, tapi belum sempat mereka kembali jumawa, seseorang tiba-tiba datang, sepertinya ia juga mengalami masalah dengan ban Motornya.

“Ada apa ini?” tanya pria itu.

Empat orang yang sedang bersitegang tersebut, kompak menoleh ke sumber suara, betapa leganya Jupri melihat kehadiran pria itu. “Lho Jupri, kamu di sini juga?” 

Jupri tersenyum ramah melihat kehadiran Pak Wirya, beliau adalah ketua RW di wilayah tersebut, sekaligus salah satu tetua yang cukup disegani, “Iya pak, habis beli bensin.” Jawab Jupri.

“Oh … Ada Bu Mila juga rupanya.” Sapa pak Wirya. 

“Iya Pak, kebetulan lewat, mau home visite ke rumah salah satu murid saya.” 

Kemudian pandangan Pak Wirya beralih menatap Daniel, yang sejak kedatangannya hanya memasang mode kalem, “Ini …?” 

“Ca …”

“Ah … Iya bapak Ingat, calon suami Bu Mila kah?” 

Belum sempat Jupri menyela pembicaraan, Pak Wirya sudah lebih dulu mengingat siapa pemuda tampan yang kini berdiri di sebelah Mila. Daniel tersenyum kemudian mengulurkan tangan kanan nya, sementara Mila menunduk salah tingkah, sungguh suasana yang aneh, dalam waktu beberapa menit, mendadak dirinya memiliki calon suami. 

“Saya Daniel, Pak,”  Daniel memperkenalkan Diri.

Pak Wirya pun mengulurkan tangannya, wajahnya menyunggingkan senyum ramah, khas seorang yang bijaksana. “Wirya … para warga di sekitar sini, biasa manggil Pak RW.”

“Ah … iya, baik Pak RW, kalau begitu apakah tak masalah jika sewaktu-waktu saya bikin repot pak RW,” kelakar Daniel untuk mencairkan suasana. 

“Kalau urusan repot merepotkan, cukup Jupri saja, kasihani Bapak yang sudah bau tanah.” Kelakar pak RW, yang membuat Daniel ikut tertawa. 

“Kalian ingat baik-baik ya, ini calon menantunya Pak Dika, lain kali jangan lupa disapa.” Tanpa diberitahu sekalipun, Pak Wirya tahu, jika kedua pemuda di hadapannya hendak berulah, maka Pak RW berpura-pura tak tahu apa-apa agar tak memancing emosi. 

Dua pemuda yang semula hendak menggoda Mila tersebut, semakin ciut nyalinya, mereka pun pilih menghindar, daripada terjadi masalah. Siapa yang menyangka jika sasaran empuk mereka sudah punya calon suami, bahkan kenal dekat Pak RW.

“I … iy … iya pak, akan kami ingat,” Jawab pemuda itu, kemudian mundur teratur. 

Beberapa saat berbincang ringan, akhirnya ban Motor Mila kembali berfungsi normal, maka Daniel, Jupri dan Mila pun pamit pada pak Wirya. 

“Jupri … kamu temani Ibu yah?” Pinta Mila, pada siswa sekaligus saudara sepupunya tersebut, teringat pesan Mama Miran yang menyarankan agar Jupri menemaninya ke rumah Tia. 

Jupri tentu keheranan, karena di antara mereka ada pria yang katanya calon suami Ibu guru cantik tersebut, tapi kenapa justru dirinya yang dimintai tolong. “Mmm… itu… annu…” Jupri bingung hendak mengatakan apa. 

“Jupri harus pulang, karena harus pergi ke lapangan menggembala Kiki dan Kiko.” Jawab Daniel, karena tadi Mak Susi memang berpesan demikian sebelum Jupri mengantarkan dirinya.

“Bilang aja sama Bu RT kalau kamu nganterin Ibu.”

“Ibu guru gak boleh mengajari siswanya untuk berbohong.” Celetuk Daniel. 

“Bohong demi kebaikan itu boleh.”

“Itu kalau darurat, sementara kondisimu tidak dalam keadaan darurat, lagi pula apa pantas meminta pria lain mengantarmu, sementara ada calon suamimu di sini.”

‘Dih … dasar buaya mesum, bisa bisanya memanfaatkan situasi’, monolog Mila dalam hati. 

“Kalau begitu, aku pergi sendiri saja.” pungkas Mila, tak ingin memperpanjang keributan. 

“Yakin gak mau di antar?” Tanya Daniel, menarik ulur penawaran. 

“Nggak perlu, lebih baik pergi sendiri, daripada harus pergi bersamamu,” jawab Mila, sejujurnya ia masih segan berdekatan dengan calon suami mesumnya tersebut. Dan entah kenapa mendadak mood memburuk, karena Daniel selalu berhasil mematahkan setiap kalimatnya. 

“Memang Ibu mau kemana?” tanya Jupri. 

Mila yang sudah memakai Helm nya kembali menoleh, “Ke rumah Tia.”

Mendengar jawaban Mila, Jupri segera berbisik ke telinga Daniel. 

Usai mendengar bisikan Jupri, Daniel segera mengambil alih motor Mila. 

“Aku akan mengantarmu,” ujar Daniel tak ingin di bantah.

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

pepet terus Niel.. Daniel... semangat 45 utk dapatkan hatinya Mila calon bini mu

2024-11-30

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

apa nih bisik" 🤫

2024-08-08

0

Nani Rahayu

Nani Rahayu

kayaknya papa Dika udah tau deh siapa daniel

2024-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!