Suara alarm yang nyaring membangunkan Dyra dari alam mimpi. Dyra beringsut duduk dengan mata mengerjap. Memikirkan kembali bunga tidur yang menghiasi tidurnya tadi malam. Seraya menggaruk perut yang terasa gatal, sontak matanya membulat lebar.
Tunggh dulu ....
Mimpi?
Astaga!
Bisa-bisanya Dyra bermimpi ada seorang pria tampan yang sedang memeluknya dari belakang. Dan yang lebih gilanya, dia adalah Nicho! Pasti ini gara-gara kejadian 'kecil' di mobil semalam.
"Untung cuman mimpi." Dyra menghembus napas lega. Bersiap-siap untuk kerja.
•••
Sepertinya Dyra masih belum terbiasa dengan kamar yang luas dan nyaman yang dia tempati sekarang ini. Kamar biasa yang dipakai hanya sederhana dan tidak terlalu luas, cukup dipakai untuk satu orang. Mungkin 11-12 dengan kamar-kamar kosan. Lalu sekarang, Dyra malah dapat kamar persis seperti di drama-drama. Kamar luas, kasur yang besar dan empuk juga furnitur yang kelihatan sangat mahal.
Masih tidak menyangka kalau Nicho itu adalah bosnya.
Selesai memakai sepatu, Dyra segera turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada Devano yang menantinya, semenjak semalam Nicho memeri perintah agar Dyra pergi bersama Devano setiap kali ke kantor.
Dyra menurut saja dengan syarat, diturunkan jauh dari kantor karena Dyra tidak mau orang kantor tahu hubungannya dengan Nicho.
"Ayo?" Ajak Dyra canggung. Devano hanya mengangguk dan memimpin jalan di depan. Dyra menyusul dengan langkah terburu-buru.
•••
"Pak Ceo nggak masuk ya?" Naomi menggeser kursinya mendekat kearah Dyra.
Dyra melirik pintu keluar dan tidak ada tanda-tanda kedatangan Nicho.
Dyra menggidikkan bahu tidak peduli. "Mungkin sibuk."
"Gimana sih kamu kan istrinya, harusnya tau dong."
Dyra memutar bola mata malas. "Kan sudah kubilang, dia masih calon Naomi. Ca-lon."
"Sama aja!"
Dyra memilih tidak mempedulikan Naomi lagi dan fokus bekerja. Namun fokusnya teralihkan ketika bar notifikasi muncul di layar komputer, ada pesan grup yang mengatakan jika Nicho tidak masuk hari ini dan gosip-gosip tidak masuk akal lainnya yang menyertai.
Naomi kembali menggeser kursinya, mulai memunculkan tanduk-tanduk merumpi yang sudah Dyra hapal betul gesturnya ; mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbicara dengan volume pelan.
"Eh, nggak terjadi sesuatu kan pas pulang semalem? Gila itu calon suami kamu emang, sesuai rumornya, ngeri!"
"Aku gak apa-apa kok, Mi. Kamu pasti syok kemaren, maaf ya gara-gara aku. Btw, kamu udah perbaiki penyebutannya ya? Hahaha."
"Aku bilang suami kamu marah, bilang calon suami malah komen. Aneh kamu Dyr." Tatapan mata Naomi datar, aku balas tertawa.
"Tapi kamu beneran syok nggak?"
"Syok banget lah, tapi ya, rasanya gak buruk juga sih kayak ada ketegangan gitu hehehe."
"Bagus deh, aku jadi ngerasa bersalah liat kamu ketakutan gitu. Tapi hari ini aman kok, kan Pak Ceo nggak hadir."
"Tenang aja, walaupun takut aku bakal temenin kamu terus deh!"
"Makasih Naomi, kamu emang sahabat terbaikku." Dyra memeluk Naomi dengan tulus, Naomi tertawa lalu balas memeluk Dyra.
Selanjutnya kami lanjut bekerja karema mendapat teguran dari ketua divisi.
•••
"Jalan-jalan yuk Dyr mumpung kita aman hari ini!" Ajak Naomi memeluk lengan Dyra. Tanpa pikir panjang, Dyra langsung mengangguk mengiyakan karena semalam liburan singkat kami tertunda karena seseorang.
Dyra dan Naomi berjalan beriringan menuju pintu keluar, membicarakan list-list kegiatan berbelanja kami tanpa tau jika sebenarnya ekspestasi tak semanis realita.
Di depan pintu keluar, sosok Devano berdiri dengan mata tertuju pada kami. Dyra dan Naomi saling pandang, mengangguk kemudian beraba-aba akan melarikan diri namun belum sempat kami berbalik, Devano lebih dulu mencegat dan mengintruksikan untuk ikut dengannya.
"Tuan Nicho sudah menunggu di mobil."
Cukup satu kalimat itu saja mampu membuat Dyra menurut tanpa bantahan. Karena perintah Nicho adalah mutlak, dia pantang dibantah.
Dyra dan Naomi mengikuti Devano dari belakang. Setibanya di depan mobil pajero hitam, kaca penumpang bagian depan dibuka setengah, ada Nicho di sana dengan tatapan seperti biasa terarah pada Dyra ; tatapan tajam.
"Dev kamu antarin Naomi pulang, aku dan calon istriku akan langsung pulang ke rumah."
"Baik, Tuan."
Nicho menarik tangan Dyra untuk masuk ke dalam mobil, Dyra berusaha memberontak tapi karena tenaganya terkuras habis Dyra hanya menurutinya. Sedangkan Naomi sudah pergi pulang diantar Devano, mudah-mudahan semua baik-baik saja.
Sampai di rumah tangan Dyra masih ditarik oleh Nicho. Dyra tertatih-tatih mengikuti langkahnya yang lebar. Dia sadar nggak sih kalau kaki dia itu panjang?
"Aku mau dibawa kemana sih?!"
Tak ada jawaban.
Dia membawa Dyra keruangan kerjanya.
Nicho melepaskan tangan Dyra lalu menatapnya dengan tajam.
Dyra mengusap pergelangan tangannya yang memerah.
"Kamu bisa lembut sedikit gak, Nicho? sakit tau." Kata Dyra meringis
Sesaat setelah balas menatapnya, pikirannya langsung traveling kemana-mana teringat kejadian tadi malam. "Mati aku." Kata Dyra dalam hati.
"Baru kamu wanita yang berani mengabaikanku dari tadi malam hingga pulang kerja tadi, berani juga nyali kamu ya Dyra." Dyra menelan ludah gugup. Dyra kenal nada suara ini, pertanda dia mulai marah.
Dyra mundur satu langkah. "Maaf. Bukannya mau mengabaikan tapi kan semalam itu bukan kesalahanku."
Dua alis pria di hadapannya menyatu, perihal Dyra mengungkit kejadian semalam. "Ya aku tau itu bukan kesalahanmu, lagipula aku tidak menyalahkanmu. Juga ..." Nicho mengusap tengkuknya. "Aku tidak sedang membahas itu."
"Kenapa kamu menarikku kesini?" tanya Dyra mengalihkan pembicaraan.
"Aku membawamu kesini ingin membahas pernikahan, aku ingin membuat kontrak."
Lantas keningku berkerut. "Jadi pernikahan ini gak permanen ya? Baguslah."
Melihat raut senang diwajah Dyra ada tersirat kekesalan di wajah Nicho. Entah apa maksudnya begitu.
"Ini kontrak yang sudah aku buat silahkan dibaca dengan teliti, jika ada protes katakan sekarang siapa tau aku bisa merubahnya." Nicho menyerahkan surat kontrak nikah yang dia buat.
Dyra pun membacanya dengan seksama dan menemukan poin-poin yang tidak dia setujui.
"Aku gak mau jika keluar kemanapun harus diawasi. Sentuhan fisik juga tidak diperbolehkan jika kita hanya berdua kecuali di keramaian karena untuk menjaga kecurigaan orang. Tidak boleh jatuh cinta ya karena kita hanya menikah 3 tahun setelah itu kita berpisah, dan tidak membatasi untuk aku berteman dengan siapa saja, setelah kita berpisah jangan berusaha mencari aku dan biarkan aku pergi dengan tenang. Di kantor sebelum kita resmi menikah jangan sampai orang kantor tau kalau kita akan menikah aku gak mau jadi canggung. Jangan seperti kemaren narik aku gitu, untung aja Naomi yang lihat kalo yang lain bisa bahaya." Kata Dyra panjang lebar.
Nicho terlihat berpikir dan berusaha mencerna apa yang Dyra utarakan.
Cukup lama dia berpikir, akhirnya Nicho mengangguk setuju. "Oke aku kabulkan. Kamu tenang saja, mana mungkin aku jatuh cinta denganmu. Palingan kamu yang susah berpisah dari aku nanti, ya hubungan ini sementara dirahasiakan untuk keselamatan kamu, dan itu suka-suka aku mau narik kamu." Nicho menjawab tak kalah panjang lebar.
"Kita lihat saja nanti. Aku harus tanda tangan disini kan." Dyra menunjuk ruang kosong tempat nama lengkapnya berada.
"Jika aku membutuhkan anak kamu harus sudah siap memberinya." Kata Nicho lagi.
Dyra berpikir sebentar membayangkannya, namun pikirannya langsung ditepis jauh-jauh sebelum berkelana lebih dalam.
"Apakah itu harus?" Dyra bertanya hati-hati karena sepertinya ini topik yang sensitif.
"Ya haruslah, kamu nikah denganku berarti kamu siap memperoleh keturunan dariku."
Bisa gitu? Ya sudahlah, ikut alurnya saja.
"Dan juga, hati-hati jika berpapasan dengan keluargaku." Kata Nicho memperingatikmemperingati Dyra sambil memperbaiki isi kontrak.
"Ada apa jika aku bertemu dengan keluargamu?"
"Kamu nurut saja jika ingin aman." Kata Nicho dingin. Dia menyerahkan surat kontraknya untukkuntuk Dyra tanda tangani, Dyra pun membubuhi tanda tangannya.
Setelah itu Nicho menyuruhnya kembali ke kamar dan beristirahat. Dyra beranjak dari ruangan yang membuat nya sesak itu dan kembali kekamarnya berharap besok tidak ada tarik menarik lagi.
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments