Sinar mentari mengintip di celah jendela, membelai lembut kulit seorang perempuan yang masih tertidur lelap dengan cahaya terangnya membangunkannya dari mimpi indah. Perlahan Dyra membuka matanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku akibat terlalu capek karena kejadian semalam, dan perlahan beringsut bangun mengumpulkan nyawa.
Dengan langkah malas Dyra berjalan ke kamar mandi bersih-bersih dan bersiap untuk dijemput calon suaminya. Tapi dikamar mandi Dyra terkejut melihat wajahnya yang tidak seperti manusia, ya matanya bengkak akibat menangis mengenang nasibnya yang tragis. Tapi Dyra cuek saja dan membersihkan diri seadanya dan mencoba menutupi bengkak pada matanya.
Saat keluar dari kamar, Dyra lebih kaget lagi mendapati orang-orang yang tidak dia kenal. Sepertinya mereka dari pihak orang yang akan dinikahinya sebentar lagi.
"Sialan ni orang-orang gak sabaran banget, harus gitu pagi-pagi datangnya. " Kesal Dyra dalam hati.
"Keputusan bagus Dyra, dan terima kasih." Om Bagas datang menyambut Dyra. Senyuman lebar terpatri di wajahnya yang mulai mengeriput. "Mereka adalah pengawal pribadi yang dikirim kesini untuk menjemput kamu, kamu akan dibawa ke kediaman mereka sekarang."
"Apa, jadi si calon tidak datang langsung menjemput aku, memang dasar pria jahat gak punya hati, nyuruh bawahan nya yang menjemput langsung aku, tapi dipikir-pikir wajar sih kan cerita nya aku dipaksa menikah dengan Pimpinan mereka, ya kali dia langsung perhatian mikir apa sih aku. " Umpat Dyra menahan kekesalan nya.
Sekali lagi Dyra tatap orang-orang berjas hitam itu, berdoa dalam hati semoga semua berjalan dengan lancar. Dyra menatap Tante Mira dan Keysa yang menampakkan senyuman mengejek padanya seolah-olah mereka berkata, itu memang pantas buat kamu jadi benalu kayak kamu gak jadi beban lagi disini. Dyra sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu jadi dia hanya pasrah dengan keadaan nya sekarang.
•••
Mobil mewah yang membawa perempuan itu berjalan santai di jalanan lengang. Sudah hampir 1 jam Dyra di dalam mobil yang lebih mirip ruangan ini. Apa namanya, van? Mungkin itu. Kursi lebar dan luas yang bahkan bisa dipakai untuk tidur, lalu ada gorden yang menutupi setiap jendela mobil, benar-benar mobil yang mewah.
Selama perjalanan Dyra hanya diam, tidak ada niatan membuka obrolan atau apapun itu.
Dyra merasakan mobil perlahan melambat, kemudian berbelok memasuki sebuah gerbang tinggi yang terlihat kokoh. Dyra pikir dirinya sudah sampai, namun tenryata di balik gerbang itu terdapat perkarangan luar biasa luas. Dyra membuka gorden di sampingnya, lalu melihat pemandangan yang terbentang di luar sana.
"Seriously? Ini taman atau rumah? Dari gerbang ke kerumahnya aja jauh gini. Nggak bisa kubayangkan sekaya apa orang yang bakal jadi calon suamiku, tapi kalau orangnya seperti yang dirumorkan malang sekali nasibku." gumam Dyra sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar selain dirinya sendiri.
Mobil berhenti di depan rumah mewah- atau bisa dibilang sebuah mansion megah plus mewah yang benar-benar membuat Dyra ingin menganga. Dyra takjub melihat desainnya yang elegan namun terkesan glamour.
Ketika Dyra turun dari mobil, para pelayan banyak berbaris menyambutnya dan mempersilahkannya masuk. Dyra dituntun keruangan dimana calon suaminya berada.
Dyra memasuki ruangan itu dengan langkah pelan, mengamati setiap arsitektur dan furnitur yang ada di ruangan yang mirip ruang kerja ini. Seketika Dyra merasakan jantungnya berdegup dengan kencang dan berjalan kaku, melihat ada sosok Pria yang sepertinya orang yang akan menjadi calon suaminya duduk di kursi memunggunginya.
Dyra dipersilahkan duduk di sofa oleh pelayan yang menuntunnya tadi. Sofa ini empuk dan nyaman, katakanlah Dyra norak atau kampungan, tapi dirinya tidak bohong saat bilang sofa ini empuk. Benar-benar empuk.
Pelayan yang mengantar Dyra undur diri, sebelum meninggalkan ruangan, tak lupa dia menutup pintunya hingga hanya ada Dyra dan pria itu di dalam ruangan tertutup ini.
Suasana hening membuat Dyra tercekik. Tapi dia juga tidak ada topik basa-basi. Dyra hanya berharap sosok Pria itu tidak sepenuhnya ada dirumor entah itu umur nya yang tidak jauh berbeda dengan nya, dia hanya berharap itu saja.
Tiba-tiba pria yang duduk membelakangi Dyra membalikkan kursinya. Tatapannya terarah kearah Dyra. Refleks Dyra berbisik, "Oh my, tampannya."
Lantas Dyra mengerjap, merutuki mulutnya yang baru saja berbicara blak-blakan. Semoga dia tidak mendengarnya, bisa runtuh harga dirinya. Tidak dipungkiri, Dyra terpesona beberapa detik dengan sosoknya yang sempurna di matanya. Dengan perawakan yang tegap, alis tebal, hidung mancung, bibir seksi benar-benar wajah tipe idaman para wanita.
Berbanding terbalik dengan Dyra yang menurut nya berwajah pas-pasan. Apa kami akan terlihat cocok jika menikah nanti?
Selama mereka beradu tatap, mendadak rasa gugup yang tadi mendatanginya. Dyra lantas menunduk menghindari tatapan Pria itu. Ditatap seperti itu membuat Dyra gelisah, menelan ludah saja sulit.
Tapi ... entah kenapa wajah pria ini terlihat familiar. Seperti~ aku pernah melihatnya di suatu tempat.
"Ternyata kamu yang dikirim si tua Bagas itu? Apa hubunganmu dengannya sehingga dia mengirimmu bukan anaknya?"
Ya ampun, bahkan suaranya pun terdengar merdu.
"Saya keponakannya Om bagas, Pak." Dyra menjawab pertanyaanya dengan suara bergetar. Entah kenapa aura pria itu memberikan kesan mencekam.
"Jadi begitu kamu gak terlalu disayang ya ternyata."
Keningku lantas mengerut mendengar penuturan pria itu.
"Jaga omongan Bapak ya. Om saya tidak seperti itu."
Bukannya meminta maaf, pria itu malah tertawa. Kutarik ucapanku tadi, sifatnya tidak setampan wajahnya. "Kamu sayang sekali dengan Bagas brengsek itu, tapi nyatanya kamu dibuang, apa kamu tidak dengar rumor tentangku di luar sana?" kata pria itu dengan sinis.
Menerima fakta yang terlihat Dyra tidak tahan lagi. "Cukup hentikan."
"Kamu tau apa keuntunganmu? Bagusnya kamu yang akan menjadi istriku bukan anak pria jahat itu. Selamat!"
"Maksud Bapak?"
"Apa kamu tidak ingat saat kamu menempel padaku malam itu direstoran xxx, dan juga jangan panggil saya Bapak saya bukan bapak kamu. Panggil saya Nicho."
"Menempel, mana pernah aku menempel pada seorang Pria. " Gumam Dyra ragu.
Dyra menatap Pria yang tersenyum sinis padanya, ditatap Dyra sambil dia mencoba mengingat apa ada sesuatu yang dilupakan nya. Karena Dyra merasa wajah Pria itu tidak asing dan pernah melihat nya disuatu tempat. Dyra berusaha mengingat dan ya Dyra kaget dan refleks menutup mulutnya.
Melihat ekspresi perempuan itu, Nicho menyeringai sinis "Kenapa, apa kamu mulai ingat?"
Dyra hanya bisa menggangguk pelan dan berusaha untuk menahan malu akibat tingkahnya malam itu, sesuai yang dibilang Nicho direstoran xxx.
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siska
🫢🫢 jadi ikutan malu 🫣🫣
2024-04-18
1
Hana Rubi
Dyra dapat yang bagus dong.
2024-01-23
1