Waktu jam pulang sekitar 15 menit lagi, Dyra mulai membereskan barang-barang di meja kerjanya dan merapikan barang tersebut kembali ke tempat semula. Kerjaan Dyra pun sudah selesai karena jam pulang sudah didepan mata Dyra pun berpamitan ke semua pegawai satu divisinya, Dyra langsung menggandeng Naomi mengajaknya pulang bareng dan segera naik lift bersama Naomi. Rencananya sih kami akan pergi jalan-jalan sebentar setelah lelah bekerja seharian ingin refreshing berdua.
Tapi rencana mereka malah hancur karena ketika pintu lift terbuka, di dalam ternyata ada Nicho dan Devano. Mereka menatap kearah Dyra dan Naomi membuat masing-masing dari kami melangkah mundur, memilih lift selanjutnya saja.
Tapi tangan Dyra langsung ditarik masuk oleh Nicho. Dyra mengerjap kaget, Dyra menatap Naomi yang juga ditarik masuk oleh asisten Nicho. Kami langsung saja berteriak namun belum sempat keluar suara teriakan reflek mereka langsung menbungkam kami. Nicho memberi isyarat untuk diam, Dyra dan Naomi mau tak mau menurut. Mereka melepaskan bungkaman di mulut kami.
Dan Devano pun memencet tombol lift menuju parkiran, suasana hening Dyra maupun Naomi tidak ada yang berani bicara, tapi karena risih akhirnya Dyra membuka suara.
"Bisa lepasin ini gak Pak?" Kata Dyra menunjuk tangannya yang digenggam oleh Nicho. Menyadari jika dia masih memegang tangan Dyra, Nicho segera melepasnya kemudian berdehem.
"Anu, saya juga Pak." kata Naomi ikutan. Devano sama saja, dia juga secepat kilat melepas lengan baju Naomi yang dia tarik.
Lift berhenti di basement tempat di mana mobil-mobil diparkir. Dyra dan Naomi saling pandang dengan kedua mata melotot, seakan telepati apa tujuan mereka membawa kami ke sini.
Dengan suara bergetar Naomi bertanya, "Kemana kami akan dibawa Pak?"
"Ya mau antar calon istriku kerumah." Jawab Nicho terkesan tidak santai. "Sekalian antar kamu juga karena sudah terlanjur melihat adegan tadi, dan saya minta kamu tutup mulut jika tidak ...."
Nada suara Nicho terdengar mengintimidasi membuat Naomi langsung mengangguk keras-keras tanpa perlu Nicho melanjutkan ucapannya.
Menuruti kemauan Nicho, Dyra dan Naomi memasuki mobil. Naomi duduk di depan di samping kursi setir, sedangkan Dyra duduk di belakang bersama Nicho.
Jantung Dyra berdetak tak karuan akibat situasi yang tidak nyaman ini. Dyra berusaha tenang dan duduk menjauh.
Disepanjang perjalanan Dyra melirik Naomi yang sama gelisahnya seperti dirinya, bedanya ada senyuman tipis terbit di wajahnya. Sepertinya Naomi mendapat kesempatan langka.
Dyra duduk menjauh dan mencoba mengirim pesan pada Naomi karena mereka tidak bisa mengobrol santai saat ini.
"Naomi, kamu aman kan? "
Naomi langsung membuka pesan yang masuk "Gimana mau aman Dyr, pulang-pulang niatnya mau senang-senang malah dapat intimidasi dari suami kamu, pake ngancem lagi. "
"Maaf ya, aku gak nyangka juga kita malah ketemu sama mereka, dan ralat belum jadi suami Naomi! "
"Gak apa-apa Dyra, tapi ngeri juga ya Pak Nicho seramnya terasa, tapi hehehe aku bisa cuci mata. " Naomi senang bisa duduk didepan disamping Devano bisa melihat wajahnya dari dekat.
"Yaelah, sia-sia dong aku cemasin kamu. "
"Ya teman senang dikit gak apa-apa lah. "
Pesan mereka terhenti karena Nicho tiba-tiba memberi kode dengan berdehem. Dyra dan Naomi tanpa sadar langsung mematikan ponsel mereka dan langsung menyimpan nya. Mereka tidak ingin membuat lebih marah Nicho.
"Ni cowok apa sih maunya baru aja bisa bernapas lega, ih ngeselin." Gerutu Dyra dalam hati.
Tidak lama setelah itu mobil berhenti di depan rumah Naomi. Terlihat raut wajah kelegaan disana karena Naomi sudah bebas dari beban suasana sesak di mobil. Naomi turun setelah pamit. Naomi memberi kode semoga aman pada Dyra dan mobil pun melaju. Sekarang tinggal kami bertiga dalam keadaan hening. Hanya suara musik yang diputar pelan musik box mobil yang terdengar.
Perlahan mobil memasuki jalan sepi menuju kediaman Nicho. Suasana sunyi ditambah keadaan sekitar yang sepi, benar-benar menakutkan. Saat melewati gerbang pagar, mobil tak sengaja menginjak batu sehingga Dyra pun terjatuh ketubuh Nicho yang untungnya refleks dia tangkap. Kalau tidak bisa-bisa kepalanya membentur jendela mobil.
Dengan mata terpejam Dyra sudah bersiap-siap untuk menerima rasa sakit akibat benturan, tetapi dirinya tidak ada merasa sakit sekalipun.
"Loh kok gak sakit. "
Dyra membuka matanya dan melihat dirinya sudah berada dalam pelukan Nicho dan secara tidak sadar tangannya berada di dadanya Nicho. Nicho hanya diam menikmati sensasi sentuhan perempuan itu yang asing dirasakan nya.
"Aaa," Dyra berteriak "Maaf Nicho aku tidak sengaja"
"Iya gak apa-apa, tapi bisa gak tangan kamu." Nicho menunjuk tangan Dyra yang berada didadanya.
Sadar akan tangannya yang sudah lancang, reflek Dyra menarik tangannya dan langsung berdiri sehingga Dyra lupa bahwa dirinya berada dalam mobil yang sedang melaju, karena itu kepalanya malah membentur atap mobil.
"Aww." Dyra terduduk.
Melihat tangan Dyra yang mengusap kepalanya sendiri tangan Nicho reflek mengusap kepala Dyra yang sakit. Hal itu membuat Dyra malah menatap Nicho tidak percaya dengan apa yang diterima nya barusan.
Suasananya kembali lagi canggung, mereka bertatapan lama tapi setelah sadar mereka menarik diri dan Dyra duduk agak menjauh dari Nicho, berusaha mengontrol jantung nya yang sudah seperti berperang saja. Nicho pun melonggarkan dasinya gerah, padahal AC mobil sudah stabil malahan terasa dingin.
Untuk membunuh rasa canggung yang berlebihan Dyra memilih menatap keluar jendela dan dari sudut matanya dilihat Nicho sedang gelisah dan jari Pria itu tidak berhenti mengetuk pahanya. Aku menelan saliva gugup, terlebih dari spion dalam mobil terlihat bayangan Devano- asistan Nicho yang tersenyum tipis setelah menyaksikan adegan penuh drama tadi.
"Ya tuhan, cepatlah sampai kerumah aku sudah tidak tahan dengan suasana ini."
Akhirnya mobil sudah memasuki pekarangan rumah, wajah Dyra langsung lega, begitu mobil berhenti tanpa ba bi bu, Dyra langsung turun dan berlari ke arah kamarnya. Nicho yang melihat tingkah Dyra ingin menahan perempuan itu, tetapi tangan nya kurang cepat menangkap Dyra dan akhirnya Nicho hanya bisa berdehem saja.
"Dev, terimakasih kasih jadi kamu bisa istirahat dan lupakan apa yang terjadi tadi. " Dengan suara tegas dan menahan malu Nicho memperingati Devano.
Devano menggangguk mengiyakan seraya memberi senyuman yang mana membuat Nicho jengkel seolah dirinya diolok oleh sahabatnya sekaligus bawahannya itu.
Sementara itu Dyra langsung mengunci pintu kamarnya, takutnya Nicho tiba-tiba muncul dan marah akibat tadi dirinya langsung berlari tanpa berpamitan dengan calon suami nya itu, Dyra pun lupa mengucapkan terimakasih pada Devano. Dengan jantung nya yang masih berdetak kencang Dyra berusaha untuk tidur tapi semua adegan tadi terus berputar dikepalanya membuat Dyra susah tidur.
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments