Dyra menghampiri meja kerjanya dengan wajah lesu. Sesaat ketika kakinya melangkah masuk ke ruangan kerja, keadaan penghuni ruangan tempat di mana Dyra kerja ini hening bak dihutan, mereka memasang tampang merasa iba yang sebenarnya tidak perlu mereka perlihatkan.
Mungkin mereka pikir Dyra habis dimarahi oleh bos besar, padahal nyatanya tidak.
Naomi segera menghampirinya, merangkul lalu mengusap pundaknya simpati. Dyra hanya balas tersenyum saja karena saat ini mereka masih di jam kerja. Selanjutnya, kami pun fokus bekerja.
•••
Jam istirahat, cacing dalam perut Dyra sudah berdemo minta makan. Dyra adalah tipe yang tidak suka menunda makan, maka dari itu Dyra pun mengajak Naomi makan di luar kantor. Tidak perlu mengecek, dia sudah hapal betul kantin kantor pada jam istirahat selalu penuh dan ramai. Pilihan terakhir adalah makan di luar, lebih nyaman dan tidak akan berdesak-desakan.
Dyra dan Naomi memesan sepiring nasi lengkap dengan ayam bakar yang harum. Juga segelas es teh manis yang sangat segar diminum pada cuaca terik seperti sekarang ini.
Sembari menyantap, Naomi kembali menyinggung soal Dyra yang dipanggil ke ruangan bos besar. Yah, bukan Naomi namanya kalau tidak kepoan orang nya.
"Jelasin, sebenernya apa yang terjadi? Dan soal kenapa kamu dipanggil bos besar. Cerita deh, nggak perlu kamu sembunyiin. Apa jangan-jangan ada sesuatu di antara kalian?" Banyak tanda tanya di wajah cantik Naomi. Matanya yang besar semakin terlihat besar ketika dia melotot.
Tepat sekali pemikiran Naomi, ya benar ada apa-apa antara Dyra dengan Bos Besar.
Dyra memperlambat kunyahannya. Balas menatap Naomi, matanya mencari kepercayaan di sana. Agak ragu sih menceritakan semuanya pada Naomi. Walau kami sudah berteman lama, tetap saja Dyra tidak yakin untuk menceritakan hal sensitif.
Naomi mengibas rambut sebahunya yang dibiarkan digerai. "Ayolah Dyr. Kamu mau rahasiaan sama aku?"
Dyra menghela napas. Akhirnya Dyra memilih percaya dengan sahabat nya itu, karena selama ini Naomi lah yang selalu ada dan membantu membantunya disaat susah. Dyra meletak sendok yang digenggam di piring lalu mulai bercerita. "Aku dipaksa nikah sama Omku dengan orang yang gak kukenal."
"What?" Naomi jelas kaget. Mulutnya bahkan sampai menganga. "Gimana? Gimana?"
Dyra pun menceritakan semuanya pada Naomi, dari kejadian om dan tante yang memaksanya menikah menggantikan Keysa, padahal Dyra sudah menolak karena rumor calon suami nya itu banyak tidak baiknya, tapi karena hutang dirinya terpaksa mengalah. Dijemput orang-orang berbaju hitam untuk dibawa ke kediaman 'calon' suaminya yang mana mempunyai rumah mewah, sampai kenyatan yang membuatnya amat sangat terkejut pagi ini, ternyata calon yang akan dinikahi adalah bos besar. Orang yang menjadi bosnya selama ini.
Naomi dua kali lipat lebih terkejut hingga tersedak makanannya. Dyra cepat-cepat menyodorkan minum untuk meredakannya.
"Serius Dyra?! Pak Nicholas Oliver Roderick itu calon suami kamu?! Yang bener aja?!"
"Iya Mi, kamu pasti gak percaya kan, sama aku juga, rasanya ini tuh cuman mimpi."
"Tapi emang jahat ya Om dan Tante kamu itu sampe jual kamu demi hutangnya. Dan juga, enak banget itu si Keysa, udah rebut si brengsek Rangga dari kamu, sekarang malah buat kamu jadi gantiin posisinya dia." Disetiap kata yang Naomi ucapkan, terdapat nada geram yang tersirat emosi.
Dyra mengusap punggung tangannya Naomi, semoga emosinya bisa sedikit mereda. "Udahlah Mi, gak apa-apa. Mereka pun sudah membesarkan aku dan sudah seharusnya aku balas budi, dan masalah Rangga, aku udah ikhlas kok. Untuk apa aku menyesali cowok yang gak setia kayak gitu."
"Iyadeh Dyra. Kamu tu orangnya gak tegaan sih harusnya kamu nolak loh. Tapi bagus juga sih kamu terima, kan dapat calon suami kaya tampan lagi idaman wanita deh."
"Iya sih aku bersyukur nya dia tidak sepenuhnya seperti yang dirumorkan, tetapi walaupun tampan sifatnya dingin kamu lihat kan tadi pagi saat kita menyambut nya? "
"Aku setuju, tapi mengapa bisa tersebar rumor yang jauh beda ya? " Naomi bertanya-tanya
"Aku juga gak tau, eh kamu ingat gak Mi dulu aku pernah cerita kalau aku gaet cowok sembarangan buat buktiin kalo aku gak sendiri sama Rangga dan Keysa?" tanya Dyra, Naomi menggangguk. "Nah cowok yang aku gandeng itu Pak Nicho."
Naomi menutup mulutnya tak percaya. "Kebetulan macam apa lagi ini, Dyr?!" Kemudian dia tersenyum seraya menatap Dyra menggoda. "Udah jelas banget ini mah, takdir!"
"Hanya kebetulan, Naomi." Dyra menyangkal. "Pak Nicho ganteng sih tapi kalo dingin gitu gimana mau jatuh cinta."
Sudah dingin, arogan lagi. Dyra tidak yakin kalo dirinya bisa jatuh cinta padanya.
"Iya juga sih Dyr. Apalagi Pak Bos rumornya killer trus monster, kalo aku juga gak mau walaupun ganteng." Naomi mengangkat bahunya terlihat seperti tidak ingin membahas cerita ini lebih lanjut. "Eh tadi pas kamu dipanggil Pak Bos, kamu gak kena marah kan?"
Dyra pikir dia nggak penasaran.
Dyra menggaruk pipinya. "Ya enggak, cuma tanya kenapa aku gak mau resign, tapi untunglah udah diizinin tetap kerja."
"Emang gak ramah itu suami."
Dyra mengerutkan kening. "Suami?"
Naomi mengangguk. "Iya suami. Suami kamu hahaha."
Dyra memukul bahu Naomi pelan. "Masih calon Naomi!"
Naomi hanya tertawa.
"Rahasiain ini semua ya anggap aja seperti biasa." Dyra memberi peringatan keras pada Naomi.
Naomi mengibas tangannya seraya berdecak. "Yaelah Dyr. Kayak gak tau aku aja, tenang rahasia aman!" Naomi memberi jempol pertanda rahasia aman bersamanya.
Kami pun beranjak menuju kantor karena jam istirahat akan berakhir sebentar lagi. Dalam perjalanan keruangan kerja, kami berpapasan dengan Nicho. Dyra dan Naomi reflek menunduk memberi hormat sebagai formalitas, bisa gawat jika ada pegawai lain yang melihat mereka tidak ada sopan-sopannya pada bos.
Sampai di ruang kerja, Dyra melirik Naomi yang tak berkedip setelah berpapasan dengan Nicho tadi. Seperti- dia terpesona oleh sesuatu.
Dyra menjentikkan jari di depan wajahnya. "Hayo kamu mikirin apa?"
Naomi tersadar. Dia mengerjap seraya menatap Dyra linglung. "Eh? Nggak ...."
"Kamu terpesona sama siapa? Pak Nicho ato asistennya Pak Devano?"
Kalau tidak salah, Devano adalah orang yang menjemput Dyra hari itu.
"Eh? Nggak kok!"
"Kalau Pak Nicho rada mustahil ya soalnya kamu bukan tipe yang suka nikung temen. Jadi ... Pak Devano ya? Ngaku kamu, sampe kayak ngiler gitu lihatinnya." Goda Dyra menyenggol bahu Naomi.
"Ih apaan sih Dyra! Ya enggak lah cuma terpana dikit aja, yakali aku mau sama dia yang dingin mirip suami kamu itu."
"Masih calon Naomi." Dyra membenarkan. Eh Naomi malah mengibas tangan santai. "Halah sama aja! Bakal nikah juga kan kalian?"
Dyra hanya tertawa menanggapinya.
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments