Viora duduk di sofa kamar itu. Ibra pun duduk disamping Viora. Ibra merangkul tubuh Viora, Viora menoleh dan menatap lekat wajah tampan Ibra.
Tanpa sadar Viora mengelus rahang kokoh yang ditumbuhi bulu-bulu halus disana. Ibra tersenyum lalu membalas mengelus pipi mulus Viora.
"Kamu cantik sekali, sayang," puji Ibra.
"Sudah berapa perempuan yang Abang puji seperti itu?" tanya Viora.
"Dua dengan kamu," jawab Ibra. Viora mengernyitkan dahinya.
"Yang pertama adalah bunda, yang kedua adalah kamu sayang," kata Ibra lagi.
"Gadis waktu itu cantik juga ya, siapa namanya?" tanya Viora.
"Arumi, dia teman kecilku. Abi ingin aku menikah dengannya," jawab Ibra.
"Lalu, kenapa bisa menikah denganku?" tanya Viora.
"Karena aku hanya mencintaimu," jawab Ibra.
"Apa dia mencintai Abang?" tanya Viora.
"Tidak tau, tapi saat aku menolak perjodohan, dia sepertinya terluka," jawab Ibra jujur.
Ibra tidak mau menyembunyikan sesuatu dari istrinya. Lebih baik berterus terang daripada disembunyikan yang akhirnya masih juga ketahuan.
"Kasihan ya, pasti dia terluka," kata Viora.
"Aku hanya menganggap nya sebagai adik, tidak lebih," kata Ibra.
"Sejak kapan Abang menyukaiku?" tanya Viora.
"Sejak pertama melihatmu," jawab Ibra.
"Dilampu merah itu?" tanya Viora. Ibra menggeleng.
"Waktu pesta pernikahan, aku lihat kamu disana," jawab Ibra.
Ibra mulai mengeluarkan pakaiannya, dan juga koper. Dengan telaten Viora melipat pakaian tersebut. Dari pakaian formal hingga non formal.
Rencananya mereka akan pulang nanti sore. Mereka saat ini sedang beristirahat siang. Setelah sholat Zuhur tentunya.
Ibra berbaring disamping Viora, kemudian memeluk nya erat. Viora berbalik membelakangi Ibra. Ibra semakin memeluknya dengan erat.
"Aku mencintaimu," bisik Ibra.
Viora tidak menjawab, Ibra tidak marah, justru dia mengerti. Semua butuh proses, apalagi kalau menyangkut hati dan perasaan.
Yang penting sekarang, mereka berdua sudah punya status yang jelas. Tidak peduli apapun omongan orang.
"Sayang!" panggil Ibra. Tapi tidak ada sahutan.
Ibra mengintip sedikit, ternyata Viora sudah tertidur. Padahal sebelumnya Viora sangat jarang tidur siang. Karena pekerjaan membuatnya jarang tidur siang.
Begitu juga Ibra, tapi kali ini berbeda. Sepertinya Ibra lebih mudah untuk tidur siang saat bersama Viora.
Sementara disisi lain...
Imelda masih mencari cara untuk menghabisi Viora. Imelda menelepon orang suruhannya. Dan orang suruhannya belum menemukan Viora.
"Bagaimana sih kerja kalian...?" Imelda meninggikan suaranya.
Orang suruhannya sampai mengusap telinganya. Dan menjauhkan sedikit ponselnya dari telinganya.
"Maaf Nyonya, kami benar-benar tidak menemukan perempuan itu," kata si A.
"Kerja saja gak becus," kata Imelda setelah mematikan sambungan teleponnya.
"Siapa perempuan itu sebenarnya? mengapa Ibra mengaku kalau itu istrinya?" Imelda berpikir keras untuk mencari tau tentang Viora.
Imelda menyewa seorang hacker untuk mencari tau tentang Viora, tapi hasilnya nihil.
"Bagaimana bisa?" tanya Imelda.
Saat ini ia berbicara lewat telepon. Karena hacker yang dibayarnya tidak bisa mendapatkan apa-apa.
"Saya rasa dia dilindungi, nyonya," ucap hacker tersebut.
"Hmmm, baiklah. Aku tidak bisa untuk membayar mu," kata Imelda.
"Tidak apa-apa, nyonya. Tapi jangan salahkan saya bila perusahaan anda bangkrut," ancam hacker tersebut.
Hacker yang Imelda bayar adalah hacker terbaik di negara nya. Tapi masih belum bisa mengalahkan Viora dan yang lainnya. Berarti hacker tersebut masih dibawah Viora.
"Kamu mengancamku?" tanya Imelda.
Tuut ... Tuut ... Tut, panggilan pun terputus.
"Sial, berani sekali dia mengancamku," Imelda tidak punya pilihan lain selain mentransfer sejumlah uang kepada hacker tersebut.
Imelda menghela nafas panjang. Lalu memanggil asistennya. Asistennya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Asisten tau apa yang diinginkan oleh bosnya itu. Jadi diapun mengunci ruangan tersebut.
.
Viora menggeliat dan keningnya mengernyit saat ponselnya berkedip-kedip pertanda ada orang yang ingin menembus sistemnya.
Viora tersenyum miring, dilihatnya suaminya masih tertidur. Ternyata hacker tadi masih penasaran dan mencoba kembali untuk menembus sistem pertahanan milik Viora.
Viora mengambil laptop miliknya, dan membukanya. Ia membalas dan mengembalikan serangan tersebut. Orang diseberang sana mulai kualahan saat Viora menyerangnya balik.
"Satu, dua, tiga." Baru saja Viora menghitung sampai tiga. Komputer milik orang itu langsung eror.
Orang itu gelagapan karena komputer mahal miliknya layarnya gelap. Viora tersenyum dan itu kepergok oleh Ibra yang ternyata sudah bangun.
"Kenapa sayang?" tanya Ibra.
"Membereskan tikus," jawab Viora santai.
Ibra melihat laptop Viora sudah padam. Viora pun menceritakan bahwa ada orang yang ingin mencaritahu tentang dirinya. Ibra pun mengangguk mengerti.
Ibra masuk kedalam kamar mandi, dan membiarkan pintunya terbuka. Viora yang melihat itu langsung menutup pintunya.
Viora tersenyum, karena ia mendapatkan data identitas orang tersebut. Tadi saat ia membalas serangan tersebut, Viora sempat mencaritahu tentang orang itu.
Viora yakin kalau hacker itu hanya orang suruhan. Viora langsung menebak pelaku nya adalah Imelda.
"Apa aku beri pelajaran sedikit?" gumam Viora.
"Sepertinya menarik kalau main-main dengannya," batin Viora.
Viora kembali menghidupkan laptopnya, lalu mengobrak-abrik perusahaan milik Imelda. Tidak butuh waktu lama, Viora sudah berhasil mengunci keuangan serta data-data perusahaan tersebut.
Imelda yang saat ini sedang asyik, tidak menyadari kalau perusahaannya sudah diobrak-abrik oleh Viora.
Ibra yang keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap tidak tau kelakuan istrinya. Karena dia mandi cukup lama tadi. Sekitar 30 menit.
Sementara Viora mengobrak-abrik perusahaan Imelda tidak sampai 30 menit. Karena perusahaan itu tidak mempunyai sistem pertahanan yang kuat. Jadi dengan sangat mudah bagi Viora menembusnya.
"Sayang, kamu mau mandi?" tanya Ibra.
"Aku tidak punya pakaian ganti bang," jawab Viora.
"Pinjam punya bunda saja ya, soalnya punya bunda banyak yang belum dipakai. Cuma beli dan beli saja," kata Ibra.
"Baiklah," jawab Viora.
Ibra pun segera menemui bundanya, dan meminta pakaian untuk Viora. Dengan senang hati Azizah memberikan nya. Karena ada beberapa pasang pakaian milik Azizah yang belum dipakai sama sekali.
Ibra kembali kekamarnya, dan melihat Viora sudah selesai mandi. Viora hanya memakai bathrobe saja untuk menutupi tubuhnya.
Kemudian Viora masuk keruang ganti. Ternyata pakaian Azizah pas ke Viora. Karena tinggi mereka hampir sama, hanya beda beberapa centi saja.
"Bagaimana sayang?" tanya Ibra.
Viora tidak menjawab, tapi ia segera keluar dari ruangan itu. Ibra tertegun sejenak, memang diakui kalau Viora itu sangat cantik.
"Kalau begini, mana bisa tahan aku untuk tidak menyentuhnya," batin Ibra.
Pelan-pelan ia akan mendapatkan Viora, tapi Viora juga harus ikhlas, bukan karena terpaksa ataupun dipaksa.
Jadi Ibra harus sabar menunggu, bisa saja kalau ia mau minta haknya. Tapi ia tidak ingin memaksa Viora.
"Dapat memeluknya saja aku sudah senang," batin Ibra.
Viora memperhatikan suaminya yang seperti sedang berpikir. Tapi Viora tidak mau menggangunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Erna Masliana
👍👍
2024-08-26
1
Kenzi Kenzi
nananina
enak2
2024-04-24
4
Nunik Wahyuni
sabar Abang Ibra biarkan istri cerdasmu itu bucin ke km dan km bisa belah duren dgn ikhlas dan happy 😍😍💃💃💃
2024-03-23
1