Bab 8. Persiapan

Seminggu berlalu.

Huff ... huff ... huff

Di tengah hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar. Dash berlari menanjak, Mendaki gunung besar yang ada di belakang panti asuhan, dengan tujuan meningkatkan statistiknya.

Setiap hembusan nafasnya keluar bagai asap karena hawa dingin ditempat itu. Tidak sendirian, Dash berlari bersama Rion menuju puncak gunung.

Kebiasaan mereka ini, sudah mereka lakukan sejak tubuh Dash sembuh dari efek samping pemindahan jiwa.

"Seperti biasa, yang terakhir sampai tidak mendapat makan malam! Hup." Rion menarik napas panjang lalu mulai berlari lebih cepat.

Mendapati dirinya di provokasi lagi. Dash nampak tak acuh awalnya. Namun, lambat laun, kecepatannya mulai semakin cepat. Sampai akhirnya dia kini tepat di belakang Rion hanya dalam waktu 15 detik.

Seperti biasa, dia sangat cepat. Namun ...

Rion yang melihat Dash sudah ada di belakangnya, tidak tinggal diam. Dia mulai menebas setiap pohon yang berada dalam jalurnya, menggunakan skill roh angin miliknya. Pohon-pohon yang jatuh menutupi jalan Dash.

Melihat itu. Dash menyipitkan matanya, dan tanpa mengurangi kecepatannya sedikitpun. Dia melewati semua pohon yang ada.

... aku tidak tahu kalau dia itu jago parkour. Tapi, meskipun begitu!. Aku takkan ... kalah lagi!.

Rion berlari lebih cepat dari sebelumnya hingga aliran nafasnya mulai berat. Sementara itu Dash, sepertinya dia juga sama. Dia mulai terengah-engah dengan keringat di seluruh tubuhnya ditempat yang dingin itu.

Aku tidak pernah terbiasa dengan latihan ini. Pikir Dash.

Ini semua bermula saat makan malam di panti asuhan bersama dengan anak-anak lain. Saat itu, aku berpikir metode latihan apa yang bisa meningkatkan statistikku dengan cepat. Tapi, bahkan setelah 2 menit berpikir, aku sama sekali tidak mendapatkan ide.

Jadi, aku memutuskan untuk bertanya pada orang yang duduk di sampingku. Orang yang sangat sibuk dengan makanannya. Orang itu adalah Rion, orang yang datang seminggu lebih cepat daripada diriku.

Nyam, nyam.

"Hei, latihan macam apa yang biasa kamu lakukan untuk meningkatkan statistikmu?" Tanya Dash dengan nada ringan.

Nom nom.

"Hm? Aku? ... biasanya naok turon gunung." jawabannya dengan mulut penuh dengan makanan.

"Habiskan dulu makananmu sebelum bicara. Lagipula ini hanya bubur, mengapa kamu sangat lahap menyantapnya?"

"Coba saja. Tapi, kalau kamu memang tidak mau. Sini berikan."

Rion mengangkat tangannya, berniat merebut makanan Dash. Tapi, dash yang melihat itu segera menarik piring yang berisi bubur di depannya.

"Cih, pelit."

"Apa-apaan. Apa makanan ini memang sebegitu enaknya?"

Melihat obsesi Rion yang tinggi. Dash menatap Rion sejenak sebelum menatap bubur di depannya. Dia mengangkat sesendok bubur lalu dengan santai memasukkannya ke mulutnya.

Nom, nom

[ Anda telah memakan buah iblis tingkat 7, sihir anda meningkat sebanyak 1 ]

Mendengar notifikasi itu, mata Dash terbelalak kaget.

Buah iblis tingkat 7?! bukankah itu sangat langka?! Wtf. Pantas saja orang ini mau memonopoli semua bubur ini, Sialan.

"Hehe." Rion tertawa masam selagi aku terkejut dengan notifikasi dari sistem.

Tapi ... bukankah tadi siang aku juga memakan bubur ini? kenapa baru sekarang efeknya muncul? atau jangan-jangan orang ini memakan buburku lalu membawa bubur buatannya sendiri yang tidak memiliki efek untukku! Sialan!! dasar bajingan tak tahu malu!!!

Dash menatap Rion dengan tatapan marah. Sedangkan Rion pura-pura tidak melakukan apa-apa lalu lanjut memakan buburnya.

"Haa ...."

Dash menghela nafas panjang lalu mulai lanjut memakan bubur di depannya.

"ini, makan saja punyaku, jika kamu memang selapar itu." Seorang gadis dengan rambut hitam pekat dengan iris mata emas mendorong bubur miliknya ke depan Dash dengan sukarela.

Dash memasang wajah tidak enak lalu berkata. "Ah, tidak perlu. Aku merasa tidak enak untuk menerima makanan orang lain." Ucapnya sambil mengusap kepala bagian belakangnya.

"Sebenarnya aku sudah kenyang. Tapi, kalau kamu tidak mau, aku buang saj-"

( Rebut )

( ! )

"Haha, aku tadi sebenarnya hanya bercanda." ucap Dash sambil tersenyum ramah.

Mana mau aku kehilangan kesempatan seperti ini. Kalau masalahnya udah menyangkut statistik, harga diriku pun akan ku buang. hahahaha.

Tapi, gadis ini ... entah kenapa, Aku merasa familiar dengan wajahnya. Apa dia akan menjadi sesuatu yang besar nanti? hmm ... apa ya?

"Kenapa kamu malah melamun dan tidak memakan bubur itu? rasanya akan kurang enak saat itu sudah dingin, loh. Jadi, lebih baik makanlah sekarang." ucap gadis itu.

"Sini, berikan saja padaku." Rion mencoba merebut satu piring berisi bubur di hadapan Dash.

Tapi dengan cepat, Dash menangkap lengan Rion yang hendak menarik sepiring bubur miliknya.

"Dasar bajingan! kenapa kamu pelit sekali."

"Haaa?! pelit! bukankah kamu mengambil buburku tadi lalu mengantinya dengan bubur buatanmu sendiri!"

Guuk!

Rion menelan ludah. "Bagaimana kamu ... tahu?" tanyanya dengan lambat.

"Jadi, itu benar. Dasar brengsek, Kubunuh kau." Dash melancarkan bogem mentah ke wajah Rion.

Ugh!

"Sialan!" Rion membalas memukul bagian perut Dash. Tapi, Dash dengan muda menahannya. Dia kemudian kembali melancarkan serangan kuat ke wajah Rion.

"Rasakan ini!"

"Berhenti! kalian berdua sudah melanggar aturan tempat ini. Jadi, aku akan menghukum kalian. Malam ini, kalian berdua akan tidur di luar." Ucap seorang nenek-nenek.

Malam hari, diluar panti asuhan. Dash dan Rion berbaring di bawah pohon, yang disinari oleh cahaya bulan yang indah.

"Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan." Tanya Dash.

".... Aku ... ingin pergi dari tempat ini. Aku tidak tahu kau sadar atau tidak. Tapi, kita sebenarnya ada di dalam sebuah barrier tingkat tinggi, yang digunakan untuk-"

"Menciptakan chimera."

"Wow, bagaimana kau tahu."

"Ada beberapa faktor yang bisa menjadi syarat dari penciptaan chimera. Pertama, memiliki kapasitas sihir yang besar. Kedua, harus terisolir dari dunia luar. Bagaimanapun, menciptakan sesuatu seperti chimera adalah sesuatu yang di larang, Dan yang terakhir, alasan mengapa aku bisa tahu adalah, gadis tadi."

"Gadis tadi? oh, maksudmu silvia."

"Ya, akhirnya aku ingat wajahnya. Walaupun agak samar. Tapi, aku pernah bertarung dengannya saat dia menjadi chimera."

"Hoo. Lalu siapa yang menang?"

"Aku kalah telak."

"Begitu ya, jadi kau kalah. Jika itu aku, sudah pasti dia akan lari sebelum melihatku. Hahahaha .... ngomong-ngomong dia berada di tingkat mana?"

"Kalau tidak salah, dia berada di tingkat 8."

"Oh, tingkat -" Rion tiba-tiba berhenti bicara. Matanya melebar. "Apa! tingkat 8! bukankah itu tingkat bencana!! ah, lupakan yang tadi kukatakan.

"Jadi, apa rencanamu untuk bisa keluar dari tempat ini."

"Aku punya skill yang bisa membelah dimensi menggunakan kekuatan roh ku. Namun, skill itu membutuhkan kapasitas sihir yang cukup besar, itu sebabnya aku memonopoli sebagian bubur orang-orang."

"Kurasa aku akan memaafkanmu kali ini. Baiklah!"

Dash bangkit dengan semangat lalu berkata.

"Ayo bangun kita harus berlatih sekarang."

"Kau mau mendaki gunung di malam hari? yang benar saja, kita bisa-bisa mati karena moster yang bangun di malam hari."

"Hmm, kurasa kau benar. Jadi, ayo sparing, aku ingin mencoba tubuh baruku ini."

"Baiklah." Rion bangkit.

Hehe, karena aku sudah datang seminggu sebelum dirinya, sudah pasti statistikku jauh di atasnya. Aku akan bermain-main dengannya dulu. Pikir Rion.

Mereka berdua bangkit lalu berjalan menjauh, mengambil jarak untuk mulai bertarung.

"Saat daun ini jatuh, maka pertandingan dimulai, oke."

"Oke." Dash setuju.

Melepaskan daun dengan bebas, daun terhuyung-huyung karena angin yang berhembus.

Dan saat daun menyentuh tanah, pertarungan dimulai.

Menurunkan postur tubuhnya sedikit, Dash menerjang maju menuju Rion.

Mengangkat kakinya, Rion melancarkan tendangan lurus mengarah kepala Dash. Sehingga Dash berhenti di tengah jalan.

Menghindari serangan yang datang padanya, Dash dengan cepat menangkap kaki Rion, menariknya lalu dengan sekuat tenaga melancarkan pukulan keras ke perut Rion.

Gedebuk.

Rion terhantam ke tanah dengan keras.

Buuk!

Dalam posisinya yang tengah berbaring, Rion melancarkan tendangan kuat, yang dengan telak mengenai dagu Dash. Dash mundur beberapa langkah dibuatnya.

Setelah 5 menit, pertarungan akhirnya selesai, dan dash keluar sebagai pemenangnya.

"Apa-apaan itu!" Ucap Rion yang sudah tak mampu lagi berdiri.

"...anggap saja itu sebagai perbedaan dalam pengalaman. Tapi, melihat gerakanmu yang sangat lihai. Apa kamu pernah belajar boxing?"

"Ya, tapi hanya beberapa bulan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!