Bab 3. Pahlawan tanpa emosi

...****************...

Peperangan kini pecah, ledakan terjadi setiap detiknya. Dan Yeonha menyaksikan semua itu dari pohon besar yang ia ciptakan.

"haa ... "

Yeonha menghela nafas panjang sebelum membuka tangannya, bola cahaya kecoklatan bersinar di telapak tangannya, lalu dengan lembut Yeonha menjatuhkan bola itu sembari bergumam.

"Datanglah Gigantoma."

Di saat bola itu akan menyentuh tanah, permukaan tanah dibawahnya lebih dulu terangkat, menempel ke setiap permukaan bola yang terjatuh. Tanah terus melekat hingga membentuk golem setinggi 200 meter.

Golem yang diberi nama Gigantoma kemudian berlutut, hingga Yeonha bisa naik ke kepalanya. tanpa ragu, Yeonha naik ke kepala Gigantoma.

"Maju Gigantoma," ucap Yeonha sambil menunjuk ke Medan perang di hadapannya.

Gigantoma berdiri, berjalan ke medan perang dengan tubuh besarnya. Setiap langkahnya membawa sebuah getaran yang setara gempa bumi kecil yang membuat pihak NPC bergetar karena ketakutan.

CHAWW!

Tapi secara tiba-tiba, sebuah cahaya melesat ke wajah Yeonha. Cahaya itu sangat cepat hingga membuat Yeonha tidak sempat bereaksi. Dalam beberapa detik itu, Yeonha mengira dirinya akan segera log out. Namun, cahaya berhenti sepersekian inci dari dahi Yeonha.

Momentum cahaya itu menyebar, membentuk gelombang kecil yang terbuat dari 'mana' (sihir ) lalu menghilang setelahnya.

"apa-apaan kau ini? Hampir saja kau log out di awal perang tanpa berkontribusi sedikitpun."

Seorang pria berdiri di depan Yeonha dengan 4 tangan berwarna ungu dengan gagah, di salah satu tangannya cahaya yang hampir membunuh Yeonha dengan santai ia tahan. setelah cahaya yang ditangkapnya memudar, cahaya itu mulai menampakkan bentuk aslinya yang tak lain adalah anak panah.

Yeonha menatap orang didepannya dengan tatapan aneh, kemudian bertanya.

"Apa itu?" tanya Yeonha

"oh ini? bukankah sudah jelas ini anak panah." jawab orang itu yang tak lain adalah jinwoo

"Bukan itu yang ku maksud," Yeonha menggelengkan kepalanya dengan pelan saat mengatakannya.

Jinwoo yang bingung menoleh ke arah Loki untuk meminta bantuan. Kemudian Loki menunjuk-nunjuk kepalanya beberapa kali hingga akhirnya Jinwoo mengerti.

"Oh ini ... aku mendapatkannya sebulan yang lalu, karena ini item tingkat 7 aku yakin ini akan cukup berguna, tapi sejauh ini aku belum tau kehebatannya. ha ha" Jinwoo tertawa kecil sambil menggaruk kepala bagian belakangnya setelah menjelaskan tentang kepala badak yang ia pakai.

"Wrahhh" Gigantoma meraung.

Setelah masternya diserang, Gigantoma menjadi marah, dia kini mulai berlari membuat getaran yang lebih besar, semua yang berada dalam jalurnya di injak-injak bagai semut.

Melihat Gigantoma maju menyerang, player lain dengan kemampuan pemanggilan juga mulai memanggil mahluk mereka, mulai dari Undead, golem, iblis, chimera, malaikat, sampai Roh. Membuat situasi Medan perang dengan cepat barbalik. Namun, tak lama berselang.

"ArvalNova."

Slash!

Dalam sekejap, jutaan mahluk panggilan yang maju terbelah menjadi dua bagian. Mereka Dipotong mulus di perut mereka. Satu-satunya yang masih berdiri hanyalah Gigantoma dengan lengan kanan yang telah putus dari badannya.

"Itu dia ... pahlawan Irene," Yeonha berseru kagum.

Saat ini dihadapannya, dia melihat wanita berambut perak tengah berdiri di atas mayat para player dan juga mahluk panggilan, kharisma yang ia pancarkan bukanlah kebohongan semata.

Bahkan dengan kulit yang begitu halus, dia membantai para player berlevel tinggi hanya dengan sekali serangan.

"Dewi." gumam Yeonha jelas kagum.

"Hah? apa kau baru saja mengatakan sesuatu?" tanya Jinwoo.

"Bukan apa-apa," ucap Yeonha, buang muka karena sedikit malu.

****************

Aku tidak bisa menahan rasa terkejutku. Mataku tidak bisa mengikuti apa yang baru saja terjadi.

Apa-apaan? aku yakin, aku tadi tidak berkedip sedikitpun. Jadi ... apa yang baru saja terjadi?

Aku menoleh melihat ke Yeonha dengan wajah yang sepenuhnya masih terkejut. Aku mengangkat tanganku, menunjuk pahlawan Irene dengan tangan yang bergetar.

"Hei ... Yeonha, kau ingin aku melawan monster itu?" aku tergagap, berkata dengan wajah tak percaya melihat apa yang akan kulawan.

Tapi Yeonha menjawab tanpa ragu.

"Tentu saja."

"Ha?! bagaimana bisa ... aku ... menang melawan monster itu, hah?!" aku berteriak dengan kesal. Yeonha dengan cepat menutup kedua telinganya.

"Tenang saja, kamu tidak perlu mengalahkannya, tugasmu itu hanya menahannya minimal 10 menit." Yeonha menjawab dengan santai.

Mendengar itu, mataku melototi Yeonha. Semakin kesal, aku menutup mulutku agar kata-kata mutiara tidak keluar.

[ Emosi pengguna meningkat drastis, Skill berserk dapat diaktifkan ]

Bahkan, skill yang biasanya sulit ku aktifkan ini, ketika bersama mereka rasanya selalu aktif lebih cepat.

Aku menutup kedua mataku lalu menghela nafas ringan beberapa kali sebelum aku mendapat kembali ketenanganku.

"bukankah itu seharusnya tugas peringkat 2? kenapa malah dibebankan padaku yang berada di peringkat 5? atau serahkan saja padanya." tanyaku sambil menunjuk Jinwoo sang peringkat 1.

"Tidak," Yeonha menggelengkan kepalanya dengan ringan. "Jinwoo akan bertarung dengan pahlawan peringkat 1, sedangkan peringkat 2 akan melawan pahlawan ke 4." lanjutnya.

"ooh? apa ini pertarungan 1 vs 1?"

"ya" jawab singkat Yeonha.

"begitu ya, kurasa aku mengerti mengapa shadow ( peringkat 2 ) di hadapkan dengan pahlawan ke 4." ucapku setelah berpikir sejenak.

"Penyihir melawan assassin ... dan bagaimana jika shadow gagal membunuh pahlawan ke 4 dalam waktu yang ditentukan, apa bantuan tak akan datang?" lanjutku.

"Ya, jika kita pikirkan baik-baik, ini semacam pertaruhan dalam judi. Jika kamu mati sebelum shadow membunuh pahlawan ke 4 maka, pahlawan ke 2 pasti akan membantu pahlawan lainnya."

Irene yang melihat Gigantoma tidak tumbang menerjang ke arah kami dengan kecepatan yang diluar nalar, mata telanjang mustahil melihatnya.

Hanya butuh kurang dari 1 detik Irene telah berada di depan Jinwoo, ia menarik pedangnya dengan kecepatan yang lebih gila lagi.

Cring!!

Dentuman logam bergema, pedang dan tangan Jinwoo berbenturan menghasilkan suara besi yang cukup nyaring.

"Tahan dia seperti itu," Yeonha mengangkat kedua tangannya, mengarahkan satu tangan ke arahku dan yang lain ke arah Irene.

"skill teleportasi tingkat 9 aktifkan!"

Cahaya menerangi tempat kami berdiri dan setelah beberapa saat, kami telah dipindahkan ke tempat yang ku kenal.

"Gila, dia memindahkanku ke ujung dunia. Kemampuan teleportasi-nya benar-benar mengerikan."

Aku keluar dari rasa terkejutku, menarik pedang dari dimensi lain, Kemudian memasang posisi pertahanan mutlak.

Itu adalah salah satu skill yang jarang kugunakan, mengingat biasanya aku hanya fokus menyerang dan juga ada batasan berapa banyak skill yang bisa di bawa kedalam pertarungan.

[ Player : Loki

Lv. : 100

Job. : Ahli senjata

Role. : Fighter/assassin

kekuatan: ( 99,7 serangan) ( 97,2 pertahanan )

kecepatan: 98,7

stamina : 10,0

Qi. : 13,9

magic. : 24.000

Skill \= Regenerasi tingkat tinggi 9 ( normal ) Berserk 9 ( langka ) manipulasi objek 9 ( normal ) Telekenisi 9 ( unik ) Pedang tak terbatas 9 ( pamungkas ) Pertahanan mutlak 6 ( unik ) ]

Awalnya aku berniat menyerang dengan agresif. Tapi, setelah mendengar penjelasan Yeonha, aku mengubah skill peniru dengan skill ini agar bisa bertahan selama mungkin.

Irene kini berdiri di hadapanku dengan santai, dia melihat sekeliling lebih dulu sebelum menatapku, aku menatapnya balik dan kontes menatap terjadi selama 5 menit terakhir.

"Player?" Irene akhirnya berbicara, dia memiringkan kepalanya dengan mata kosong.

Dalam sekejap kontes menatap ini, aku yakin bahwa dia adalah Elf yang terlahir tanpa emosi.

Dengan pelan, Irene meletakkan tangannya di gagang pedang kemudian menariknya dengan lambat.

Meskipun begitu, aku tak menurunkan kewaspadaanku dan melihat setiap gerakan yang ia lakukan. Tapi...

Slash

" ! " tebasan yang dia lakukan sangat cepat, menembus skill pertahanan mutlak yang kupunya layaknya sedang memotong tahu.

Dengan pedang yang mengarah ke leherku, aku menjatuhkan setengah badanku kebelakang.

Dia tidak berhasil memenggal kepalaku. Namun, lengan kanan bagian atas ku telah jatuh ketanah dengan darah menyusulnya.

Sial! dia benar-benar moster!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!