"Cepat ngaku saja kau, "Teriak Billi yang kembali memancing keributan.
"Bukan aku, "Rendi yang berdiri perlahan membela dirinya sambil menahan tubuhnya yang babak belur.
"Orang sepertimu lebih baik mati saja seperti ibumu yang jalang itu, "Teriak Billi lagi menyebut ibunya Rendi dengan sebutan wanita penghibur.
"Kenapa diam?... "Tanya Billi pada Rendi yang terdiam.
"Ren jangan dengarkan dia!... "Tegur Alsya yang melihat perubahan sikap Rendi.
"Di.. a !... "Ella juga melihat mata Rendi tertutupi rambut sambil terdiam seribu bahasa.
"Haha, Palingan cuma gaya doang!... "Sean yang melihat Rendi diam saja menghiraukannya saja bersama dua temannya.
"Hei kutu buku cepat minta ampun saja sama Billi, "Peringat seorang murid wanita lain memang Billi disukai banyak murid wanita karena ketampanannya.
"Mengaku saja kau yang melakukannya, "Teriak Billi sambil melayangkan tinjunya dengan keras kearah Rendi.
"Krek, "Rendi menahan kepalan tinju Billi dengan satu tangannya.
"Jika kau menghinaku, Hina saja aku ini!...
"Tapi jika kau menghina ibuku, Maka kalian semua sekalipun akan kuhadapi!... "Teriak Rendi melayangkan tinjunya tepat diwajah Billi dengan begitu kuatnya.
"Bugh, "Billi terguling guling dilantai menabrak dinding kelas.
"Argh, "Billi meringis kesakitan tangannya kanannya patah dipatahkan Rendi ditambah mukanya bercucuran darah.
"Billi, "Banyak murid yang membela Billi daripada Rendi dan membantunya berdiri yang tidak berdaya lagi.
"What the hell?... "Sean terbelalak matanya melihat Rendi hanya satu tinju saja mampu hampir menghancurkan wajah Billi.
"Tik, "Darah berjatuhan kelantai akibat luka diwajah Billi.
"Aargh, "Rendi yang melihat darah ingin sekali dia meminumnya tapi ditahan sekuat tenaganya.
"Minum saja darahnya!... "Suara terdengar jelas dari kedua telinga Rendi entah suara siapa itu.
"Kau kenapa Ren?... "Alsya mendekati Rendi yang menutup kedua telinganya.
"Huh!... "Huh!... "Rendi kembali tenang serta suara yang didengarnya tidak berkata lagi menyuruhnya minum darah.
"Tidak apa!...
"Terima kasih!... "Rendi segera melepas tangan Alsya yang ingin membantunya.
Rendi kembali menjadi pendiam dan pemalu entah apa yang terjadi pada saat dirinya marah tadi. Seakan tubuhnya bergerak dengan sendirinya saat dalam kondisi marah.
"Maafkan aku!... "Rendi mengutkan keberaniannya menghampiri Billi yang dikerumuni banyak siswa dengan gugup.
"Plak, "Billi menepis tangan Rendi yang ingin meminta maaf.
"Dasar orang gila, "Billi yang diobati oleh beberapa murid tidak jera dibuat Rendi hampir kehilangan wajah tampannya.
"Pantesan gak ada yang mau berteman!...
"Ternyata orangnya emosian, "Cibir salah satu murid wanita yang mengobati luka wajah Billi.
Rendi hanya menundukkan kepalanya padahal Billi sendiri juga emosi sampai membuatnya babak belur. Giliran dirinya emosi seakan akan menjadi penjahat yang serba salah dimata orang baik.
"Kalian kalau punya mulut dijaga!...
"Bisanya cuma omong kosong saja padahal gak punya prestasi apa apa sok bijak pula, "Balas Alsya disamping Rendi yang tertunduk lesu.
"Awas saja kau, "Wanita itu tak berani membalas perkataan Alsya karena berasal dari keluarga elite kelas atas dan jika dia membuat masalah maka keluarganya akan menerima akibatnya.
"Sudah!...
"Tidak perlu, "Rendi menghentikan Alsya yang membelanya dirinya tidak mengharapkan siapapun untuk membelanya dan juga merasa malu dibela seorang cewek.
"Ada apa ini ribut ribut?... "Tanya pak Taylor guru olahraga yang kebetulan lewat dan melihat banyak murid yang berkerumun.
"Ini pak .... !... "Alsya menjelaskan detail kejadiannya dari awal hingga selesai.
"Jadi begitu!... "Pak Taylor paham mengangguk sambil mengelus jenggot putihnya yang tak panjang.
"Kalian berlima ikut saya keruang BK, "Perintah pak Taylor pada Billi, Sean , Leon, Joy dan Rendi.
"Baik pak, "Jawab mereka lalu mengikuti pak Taylor dari belakang.
"Kita pulang saja!... "Usul Alsya pada murid lainnya.
Semua siswa setuju lalu mengikuti sarannya dan berjalan pulang termasuk Alsya sendiri yang dijemput sopir pribadinya. Mereka berlima berdiri didepan meja pak Taylor duduk menyilangkan kedua tangannya didada.
"Cepat mengaku saja Sean kau yang melakukannya kan, "Tanya pak Taylor menatap tajam pada Sean yang gugup.
"Mereka berdua pak!... "Tunjuk Sean pada dua temannya.
"Bukan pak!...
"Kami hanya disuruh saja pak, "Leon dan Joy tentunya tak mau disalahkan.
"Ngaku!...
"Bugh!... "Pak Taylor menghempaskan penggaris besar dimejanya menyuruh Sean mengaku siapa lagi kalau bukan dia yang selalu membuat masalah.
"Iya pak, "Sean mengakuinya dengan gemetar takut dipukul penggaris besar yang dipegang pak Taylor.
"Sudah kuduga, "Batin Rendi didalam hati dari awal dirinya dituduh Sean malah tertawa melihat mereka berdua ribut.
"Ni orang kurang kerjaan atau gua hajar juga?... "Billi menatap Sean ingin sekali dia menghajar Sean namun ada pak Taylor disini.
"Minta maaflah kalian berdua!...
"Sudah tahu kan siapa yang bersalah!... "Tegas pak Taylor pada Rendi dan Billi yang diam didepannya.
"Maaf, "Ucap Rendi menyodorkan tangannya.
"Aku juga minta maaf, "Billi juga meminta maaf langsung menghajar tanpa mencari bukti.
"Ya, "Jawab Rendi singkat sambil menyalami tangan Billi.
"Wuuus, "Mereka berdua beradu aura siapa yang kuat diantara mereka berdua tapi tidak terlihat siapapun termasuk didalam ruang BK sini.
"Sudah hentikan!... "Pak Taylor yang takut jika mereka berdua kembali bertarung setelah pulang sekolah menghentikan mereka bersalaman.
"Kali ini kau selamat, "Billi menganggap Rendi selamat dari amukannya hari ini.
"Kalau bukan ada orang disini sudah kulempar kau kelaut, "Gumam Rendi didalam hati yang tak mau kalah.
"Sekarang giliran kalian bertiga meminta maaf pada mereka berdua!... "Perintah pak Taylor pada Sean dan dua temannya dengan mata menyeringai seperti predator mengintai mangsanya.
"Iya pak, "Jawab mereka bertiga serempak meski malas sekali meminta maaf pada mereka berdua.
"Maafkan kami, "Mereka bertiga meminta maaf pada Rendi dan Billi disampingnya.
"Baiklah kalian masih selamat hari ini, "Billi membalas permintaan maafan mereka bertiga.
"Ya, "Jawab Rendi singkat memaafkan mereka bertiga tanpa menoleh kearahnya.
"Karena kalian membuat keributan hari ini!...
"Kalian akan dihukum membersihkan semua kelas setelah pulang sekolah setiap harinya, "Pak Taylor memberikan mereka berlima hukuman agar tidak mengulanginya lagi.
"Tapi pak ....?... "Sean ingin menolak.
"Tidak ada tapi tapian!... "Pay Taylor juga mengancam nilai pelajaran olahraga mereka kosong jika tidak menurut.
"Baik pak, "Jawab mereka serempak daripada nilai mereka kosong lebih baik mendaptkan hukuman saja.
Semua murid sudah pulang kerumah mereka masing masing termasuk guru sekolah sudah pulang. Hari sudah sore mereka berlima masih bersih bersih dikelas yang berbeda beda.
"Ayo pulang!...
"Sudah selesai juga!... "Ajak Sean pada dua temannya.
"Siap bos, "Mereka berdua mengangguk lalu berjalan pulang.
Mereka bertiga berjalan dan sampai didepan halaman sekolah lalu masuk kedalam mobil diikuti dua temannya masuk dibelakang. Demikian juga dengan Billi yang berjalan pulang tak lama Billi mengeluarkan honda ninjanya dan segera menjalankannya dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments