POV Agha
"Aku memutuskan pulang ke Indonesia secara mendadak untuk menjauhi wanita genit yang terus meneror ku saat di Jerman. Aku hanya bermain main dengannya malam itu. Tapi tak kusangka dia terbawa perasaan dan ingin memiliki ku secara utuh. Ia berusaha menjebak ku dan meminta aku bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi.
Dasar bodoh. Sampai kapanpun aku tak akan menyerahkan hidupku untuk satu orang wanita saja. Tuhan menciptakan banyak wanita indah, lantas mengapa aku harus terikat dengan salah satu dari mereka. Aku adalah penikmat kenikmatan, hanya untuk koleksi bukan untuk kumiliki dan disimpan di hati.
Satu bulan menghilang dari Jerman rasanya akan cukup membuat kekacauan ini reda. Tak ada yang mengetahui tempat tinggal ku disini. Mereka hanya mengetahui aku orang Indonesia. Tapi dengan luasnya negara ini, ia tak akan menemukan ku. Bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami, mustahil.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam dari Eropa akhirnya aku sampai juga di kota kelahiran ku ini. Hujan lebat serta kemacetan di sepanjang jalan membuat suasana hatiku buruk. Aku tak bisa mengendalikan kekesalan ku, pantas saja negara ini tak akan pernah maju, semuanya buruk, semuanya tak sesuai harapan ku. Arghhhh, taksi yang ku tumpangi ini pun tak nyaman. Ingin rasanya ku gantikan posisi sopir tua itu untuk menyalip kemacetan. Ia terlalu lambat dan berhati hati sekali, emosiku hampir mencapai puncaknya.
Akhirnya aku sampai di rumah. Suasana rumah tampak sangat sepi. Ku lirik jam di pergelangan tangan ku, jam sembilan pagi, pantas saja rumah terlihat sepi. Pasti mami dan kedua adik kembar ku sedang di tempat kerja dan sekolah masing masing.
Aku bergegas masuk, rindu kepada bibi pengasuh sudah tak tertahan. Aku akan memintanya untuk memasak makanan kesukaan ku. Suasana hati ku kembali cerah membayangkan sambutan bak raja yang akan ku dapatkan saat nanti bertemu beliau didalam.
Namun keberuntungan tak memihak ku kali ini. Aku tak menemukan siapapun didalam rumah, aku seperti masuk ke kompleks pemakaman, sunyi dan sepi.
Aku berpikir mungkin bibi ada di kamar, aku mempercepat langkah menuju kamar wanita tua yang sangat berjasa dalam hidup ku itu.
Begitu aku sampai di depan kamar, seorang gadis kecil kurus menabrak tubuhku. Ia begitu ceroboh, keluar kamar grasak grusuk tak jelas hingga tak menyadari ada orang lain di sekitarnya.
Yang lebih membuat ku murka, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya, ia seolah ketakutan bertemu dengan ku. Dasar bodoh, tak sadar kah dia aku se tampan ini.
Emosi yang sedari tadi menumpuk mencapai klimaks nya. Aku membanting sebuah benda yang menghalang di depanku. Bunyi pecahan kaca seketika terdengar. Aku memang sangat susah mengendalikan amarah. Bukan tak menyadari sifat yang buruk ini, berkali kali aku mencoba mengendalikan, dan berkali kali juga gagal. Mungkin memang sudah takdir ku memiliki sifat buruk seperti ini. Semoga siapapun yang menjadi pendamping ku nanti bisa mengerti dan menerima ini sebagai kekurangan ku.
Di halaman belakang aku menemukan pak Jul dan pak Diman yang sedang bersantai. Aku cukup akrab dengan mereka, karena masa kecil ku juga tumbuh bersama mereka. Para asisten rumah tangga inilah yang sering mengajak ku bermain ketika kesepian ditinggal papi dan mami yang selalu sibuk bekerja. Aku adalah type orang yang akan mengingat jasa orang lain. Siapapun yang bersikap baik kepada ku maka akan selalu ada dalam ingatan dan akan ku lindungi sekuat tenaga ku.
"Hai my bro" aku menghampiri keduanya dan ikut bergabung duduk di atas rumput seperti mereka.
"Astaga, mas Agha?" mereka sungguh terkejut dengan kehadiran ku. Aku tertawa lebar melihat ekspresi mereka yang kocak. Ide ku untuk pulang tanpa mengabari siapapun berhasil.
"Kapan sampai mas?, kok gak minta dijemput?, naik apa dari sana?" pertanyaan bertubi tubi ku dapatkan.
"Ya naik pesawat lah, emang bisa jalan kaki dari Jerman kesini" aku menanggapi pertanyaan konyol mereka.
"Bisa mas, sampai disini setahun, hahaha" jokes ala bapak bapak kudapatkan.
Tak lama aku bercengkrama dengan mereka. Ajakan party di grup teman teman lama yang baru saja ku kabari dengan kedatangan ku lebih menarik. Aku meminta kunci motor sport kesayangan ku kepada pak Jul. Beliau membuat ku puas dengan hasil kerjanya. Motor kebanggaan ku ini semakin terlihat gagah dan terawat selama ku tinggalkan. Saatnya melepas rindu dengan kuda besi tampan ini.
Sebelum menuju club tempat bertemu dengan sahabat lama, aku memutuskan untuk kerumah sakit tempat mami bekerja. Informasi dari mang Diman yang mengatakan bahwa bibi sudah tidak lagi bekerja di rumah membuat hatiku gusar. Ada masalah apa hingga bibi memutuskan untuk meninggalkan kami yang sudah dirawat selama puluhan tahun. Aku akan mendapatkan informasi itu langsung dari mami.
Tak memakan waktu lama. Karena memang jarak dari rumah ke rumah sakit hanya beberapa kilometer saja. Aku memarkirkan motor dan bergegas melangkah menuju ruangan mami. Aku hafal tempat ini, setiap sudut nya dipenuhi memori masa kecil ku. Mami adalah dokter senior disini. Ia mengabdikan diri selama itu dan tak pernah berpikiran untuk pindah ke tempat lain. Mami adalah wanita yang setia, baik kepada pasangan maupun pekerjaan.
.
.
"Selamat pagi dokter Veronica" aku menggoda wanita yang tengah serius dibalik meja kerja nya itu.
"Oh Tuhan, Agha?" ekspresi mami persis seperti dugaan ku. Ia segera menghambur dan memelukku erat. Bahagia rasanya. kembali ke dalam pelukan wanita yang telah melahirkan ku ke dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Anita noer
yes of course you feel happy....cos she is your mom
2024-04-05
0