bab 16

Disisi lain Bu Jumi, tidak bisa datang secepat mungkin, dikarenakan nada tidak punya KTP atau jati diri.

Buk Jumi harus mengurus segala surat memasukan namanya ke daftar keluarga buk Jumi, hingga dia harus mondar mandir hingga selesai agar biaya rumah sakit tidak memakan banyak biaya. Atau menggunakan BPJS dari pemerintah.

***

Di sisi lain mama rilla melihat, anak nada yang lemah di ruangan NICU, dengan banyaknya alat medis di tubuhnya.

Dia menyelinap masuk, ingin menyakiti bayi laki laki itu.

Namun mama rilla tidak sanggup melakukannya.

Dia melihat bayi laki laki itu sendu, dan mulai kasihan. Akhirnya dia menukar bayi itu pada bayi yang ada disampingnya, bayi yang terlihat sudah membiru dan dingin. Mama rilla juga menukar gelang tag name pada kedua bayi itu, untuk menutupi aksinya.

Sementara anggun mematikan cctv arena NICU, agar tidak kelihatan belangnya, demi untuk berjaga jaga di kemudian hari.

Aksi mereka berhasil, mama rilla sengaja menekan bell was was pada ruangan NICU lalu bersembunyi.

Dokter dan para perawat berlarian kearah NICU.

****

Dengan sangat bersemangat alvino melajukan santai mobilnya, kearah kost-an nada, dia dapat infomasi alamat dari sahabatnya.

Saat sampai didepan kost, terlihat ibu Jumi sedang berjalan dengan membawa tas ukuran sedang, dia ingin kerumah sakit menemui nada, karena semalam dia tidak sempat kesana untuk urus segala surat surat nada agar bisa dirawat gratis dirumah sakit melalui BPJS.

Alvino menghampiri buk Jumi.

" Permisi buk... Yang mana ya kamar kost nada.. " tanya pria berbadan tinggi jangkung, berkulit putih nan tampan.

Buk Jumi memandang dari atas hingga bawah.

'Sepertinya pria ini bukan orang biasa, dari penampilannya sepertinya orang kaya, lalu siapa dia' gumam buk Jumi didalam hati

"Maaf kamu siapanya ya.." tanya Bu Jumi penasaran.

"saya teman spesialnya buk.", ucapnya mengukir senyum manis dari wajahnya.

"Sekarang dia sedang di rawat di rumah sakit Columbia, kemarin dia terjatuh dan pendarahan." Kata buk Jumi, dan ingin melangkah pergi.

"Apa?!

Buk... sebentar ibu mau kemana??" Tanya alvino menahan buk Jumi.

" Saya hendak kerumah sakit melihat nak nada, dari kemarin nggak ada yang melihatnya di sana." Kata buk Jumi

"Bagaimana kalau bareng sama saya saja buk..

Saya juga ingin melihat nada.."

"Boleh" jawabnya buk jumi singkat.

"Naik mobil saya saja ya buk, disana "

Alvino menunjuk kearah sebelah kanan jalanan. Dia memparkirkan mobil sedannya di depan gang kecil, kost nada.

Mereka mempercepat langkah dan pergi.

*****

Di rumah sakit Columbia.

Bu Jumi bertanya pada reception di depan pintu masuk, dia menanyakan di mana nada di rawat.

Mereka masuk dan melihat nada sedang termenung sendiri, di pojokan ruangan bangsal itu.

Pandangannya kosong dan hampa.

Perlahan mereka masuk, di iringi rombongan Dokter dan para perawat.

"Nad .. " panggil alvino lembut.

Namun tidak ada jawaban dari nada.

"Apa kalian wali dari nyonya nada??" Kata dokter

Di beri anggukan kepala oleh buk Jumi sebagai jawaban.

"Di mana anak saya dok,, kenapa sampai sekarang saya belum pernah melihat anak saya dok??" Tanya nada kepada seorang yang mengenakan jas lembut panjang berwarna putih.

"Maaf sebelumnya buat nona nada dan seluruh keluarga di sini..

Saat di lahirkan bayi laki laki nyonya nada kritis, dia lahir dengan paru parunya tidak berfungsi optimal di karenakan benturan dan mengakibatkan pendarahan pada buk nada, 2 hari ini kita sudah berikan penanganan dan pengawasan yang sangat optimal, segala upaya dan alat alat medis sudah kita gunakan di tubuh bayi..

Maaf... Tapi saya harus mengatakannya, bayi buk nona sudah tidak tertolong lagi..

Tuhan berkehendak lain padanya.

Semoga buk Nana dan keluarga dapat sabar dan tetap kuat .."

Dokter menundukan kepalanya, merasa iba.

"Segala pengurusan bisa diurus diruang NICU, dan bayi juga akan segera di pindahkan.. saya permisi.. "dokter kembali menundukan kepala dan pergi bersama para perawatnya.

Nada hanya terdiam dan fikirannya kosong.

"Buk Jumi.. boleh tolong bawa nada keruangan anak saya.." ucap nada dengan pandangan kosong, wajahnya semakin pucat, tangannya dingin.

"Baiklah nak.. Ayuk..." Buk Jumi membantu menurunkan nada dari tempat tidur, dan menuntunnya keruangan NICU.

Tinggallah alvino termenung, rasa bersalah terus di fikirannya.

'Andai aku menjaganya lebih cepat, mungkin ini semua tidak akan terjadi ' katanya membatin

Lalu dengan langkah gontai dia melangkah mengikuti buk Jumi dan nada menuju NICU.

Nada meraih tubuh putranya yang sudah tidak bernyawa itu, dingin dan kaku, dan sudah biru.

Memeluknya erat.

"Sayang.. apa kamu kedinginan ??

Maafkan ibu nggak memelukmu saat kamu lahir...

Maafkan ibu yang nggak bisa menjaga mu..

Mereka semua jahat sama kita..

Lalu apa yang harus ibu lakukan nak ??"

Dia mencium kening putranya yang dingin itu.

"Sayang.. kenapa kamu biarkan ibu hidup sendirian lagi ?? Kita berjanji akan hidup bahagia hanya berdua..

Apa ibu sanggup nak jalani hidup ini lagi.." ucapnya lembut sambil berderai air mata yang sangat deras.

Buk Jumi memeluk tubuh nada erat erat.

Dia sangat kasihan melihat nada, anak yang malang.

"Sabar ya nak.. tetap kuat.. ibu disini bersamamu.." buk Jumi menangis sekuat kuatnya, dia sangat kasihan jika mendengar semua kisah pilu yang pernah di ceritakan nada padanya dulu.

"Bagaimana caranya aku bisa kuat buk, setelah semua ini, nada ingin mati aja buk..

Bawa ibu bersamamu nak .." ucap nada terisak Isak lalu terpingsan.

'Maafkan aku nada,

Maafkan papa nak..' kata alvino lagi di dalam hatinya. Air matanya terus tumpah mengalir deras menyaksikan kehidupan nada.

'aku yang bersalah disini..

Laki laki macam apa aku ini' gumam alvino membatin.

Alvino membereskan segala administrasi dan keberangkatan putranya itu, untuk dikebumikan di salah satu makam terbaik di kota itu.

Dan untuk melakukan itu semua, alvino meminta sandro sahabatnya untuk membantu segala urusannya.

Sementara itu nada masih harus tetap di rawat secara intensif, sekarang dia telah di pindahkan keruangan VIP di rumah sakit itu.

Nada mengalami baby blues, dan hanya terdiam dengan sorot mata yang kosong, dan wajahnya yang sangat pucat.

*****

Di atas tanah yang masih basah, alvino menabur bunga dan membasuh muka diatas kuburan putranya.

Diatasnya tertulis nama boy Aliando brahmana, pada nisan di kuburan itu.

"Maafkan papa nak...

Sekarang bantu papa agar bisa membuat hidup mama bahagia ya sayang .." kata alvino sambil mencium batu nisan dengan ukiran nama itu.

Alvino pergi meninggalkan makam, dan pergi kerumah sakit Columbia.

Dia hendak menebus kesalahannya yang kurang cepat memberi kasih sayang yang selayaknya pada kekasih yang amat di cintainya itu.

Dia merasa bersalah karna kurang tegas terhadap orang tuanya, jika saja dia dulu lebih tegas, dan menolak semua keinginan orang tuanya, mungkin mereka akan bahagia bersama nada, dan putranya.

Sekarang hanya penyesalan yang melinggapi hati dan fikirannya.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!