Love The Same Man (pria pengecut)

Love The Same Man (pria pengecut)

Anak yang terbuang

"terimakasih ya buk. Semoga denada betah bersama ibu. Jangan khawatir anak ini sangat baik dan rajin" Bu heppy baru saja akan menyerahkan salah satu anak didikannya dari yayasan yatim piatu bina kasih itu.

Denada adalah putri mungil yang dirawat ibu heppy sejak ia berumur 2 tahunan. Dia diantarkan seorang kakek tua yang menemukannya didepan sekolah SD elit darma Patra yang sedang menangis terisak Isak di pinggir jalan. Karena tidak mampu lagi merawat serta membiayai seorang anak balita itu, kakek tua memutuskan menghantarkan denada ke yayasan yatim piatu bina kasih. Karena tidak tau identitas serta nama anak itu Buk happy memberi nama Denada. Sebut saja Denada.

"Baik buk, saya akan merawat Denada dengan penuh kasih sayang. Dia juga akan mempunyai seorang kakak, anak saya dirumah." Buk Nana berniat mengangkat Denada menjadi anak angkatnya setelah mengetahui asal usul anak malang itu.

Senyum tipis mengembang disudut bibir Denada. Dia sangat bahagia karena akan mempunyai keluarga baru. Gadis kecil berumur 13 tahun itu akhirnya mempunyai ibu angkat.

Buk Nana menggandeng Denada hendak pergi."Denada pamit ya buk, Nanti kalau Nada sudah bisa cari uang sendiri Nada akan sering main kesini."

Bu Heppy mengulas senyum tipis mendengar ucapan gadis remaja itu, ia mengelus puncak kepala nada dengan lembut. Bu Heppy menunggu hingga kedua orang itu tidak terlihat oleh mata lagi di ujung jalan, tak terasa cairan bening meleleh di pipinya.

"Nada gadis yang sangat baik,rajin dan pintar semoga orang tua barunya itu menyayanginya"

*****

*****

Setibanya dirumah sederhana buk Nana. Bukannya kasih sayang yang diberikan ibu separuh baya itu, dia langsung menyuruh Nada membersihkan rumah, mencuci piring dan semua urusan ibu rumah tangga di embankan kepada nada.

"Selesai nyapu langsung dipel ya Upik abu baru kami! hahaha" Serli saudara tiri baru nada sudah berani menyuruh Nada secara paksa, dia mencampakkan kain pel beserta ember kecil tepat dihadapan nada yang baru saja selesai menyapu.

"Baik kak." Walaupun demikian Nada tetap semangat dan memberi senyuman tipis kepada saudara tirinya itu.

Hingga malam tiba tak ada sedikitpun makanan atau bahkan bahan pangan apapun di kulkas ataupun di meja makan.

Nada semakin kelaparan dari pagi tadi dia belum ada makan sedikit pun, hanya air putih yang selalu diteguknya untuk mengenyangkan perutnya.

Ibu dan kakak tirinya dari tadi siang hingga malam belum juga pulang.

Hingga Nada terbaring tidur disofa ruang tamu.

Serrrr suara siraman air membasahi tubuh Nada."Bangun! Enak saja jam segini kamu sudah tidur!" Pekik suara lantang Buk Nana membangunkan nada, Buk Nana menarik paksa nada ke ruangan kosong yang kotor dan banyak barang barang bekas.

"Mulai sekarang ini kamar kamu!" Buk Nana pergi meninggalkan Denada sendiri digudang itu dan menguncinya dari luar.

"Itu balasannya karena mempunyai orang tua yang sombong" celoteh buk Nana yang suaranya tidak tertangkap telinga nada lagi lalu pergi dari gudang itu.

"Buk, apa salah nada? kenapa nada diperlakukan seperti ini?" Nada menangis tak tahan menahan sedihnya. Tubuhnya yang basah, perutnya yang lapar dan ruangan yang gelap serta lantai jorok tanpa di alasi apapun membuat nada terbatuk, mau gak mau dia hanya pasrah dan tertidur disana.

****

****

****

****

6 tahun berlalu gadis remaja itu kini mulai dewasa, dia baru saja lulus SMA. Semenjak buk Nana mengangkatnya sebagai anak, gadis remaja itu dijadikan buk Nana tulang punggung keluarga itu, dia dipaksa bekerja jadi pembantu dirumah tetangganya, sehabis pulang sekolah, tetapi gajinya selalu direbut serli kakak tirinya itu.

Bahkan segala urusan rumah, keperluan dapur menjadi tanggung jawab nada. Sehabis pulang sekolah dia harus menjadi pembantu dirumah tetangganya lalu kembali kerumah sederhana buk Nana membersihkan rumah dan memasak makanan untuk ibu dan kakak tirinya itu.

Sampai suatu masa di sore hari yang cerah, tunangan serli datang kerumah sederhana itu, yang kebetulan serli dan buk Nana sedang berada di luar. Sandy mengetuk pintu rumah itu berulang ulang kali, sehingga membuyarkan lamunan nada, kebetulan nada sedang membereskan belanjaan yang baru distoknya untuk satu bulan kedepan, begitulah kebiasaan nada, sehabis gajian dia selalu belanja bulanan mereka. Tanpa berfikir panjang nada membuka pintu, dan melihat orang yang tidak asing lagi baginya."bang Sandy, ada apa ya bang? tapi kak serli dan ibu sedang tidak dirumah bang" nada tidak berani mempersilahkan sandy masuk, karena takut jelek dilihat orang

"Oh begitu, boleh saya masuk dan numpang istirahat!"

"Tapi bang"

Sandy mendorong memaksa masuk lalu duduk disofa ruang tamu.

Gadis remaja itu terdiam, dia kebingungan harus berbuat apa kalau sudah begini.

Nada pun beranjak dan ingin membuatkan teh pada calon Abang iparnya itu.

Namun saat hendak membuat teh didapur, Sandy menyusulnya dari belakang, dan tiba tiba memeluk nada dari belakang, kedua tangan Sandy mulai merambat kebagian dada nada, dan meremasnya, sontak membuat nada terkejut dan menjerit.

Namun Sandy memutar balik tubuh gadis remaja yang mungil itu secara paksa, dan ingin memperkosa nada.

Saat hendak menjerit, Sandy meletakan bibirnya tepat di atas bibir nada.

"Jika kamu menjerit, saya akan membunuhmu! Mari kita nikmati saja, tidak akan ada yang tahu!"

Nada mengeluarkan sisa tenaganya ingin memberontak Sandy, melepaskan pelukan erat yang dilayangkan ketubuh mungil itu.

Namun apa daya, Nada terhempas keras membentur dinding, dan menciptakan rasa ngilu disekujur tubuhnya. Pakaiannya telah sobek di beberapa bagian.

Nada masih berdiri disudut dapur dengan kaki gemetar.

"TOLONG! "Teriak nada, Rasa takut yang dimilikinya membuat dia lemah, sehingga suaranya tak terdengar dari luar sana.

"Haha dasar perempuan lemah!" Pandangan Sandy yang penuh nafsu, kembali mendekat ingin memangsa tubuh nada."Ayo nada, puaskan aku! Dan aku akan memberikan kamu uang!"

"Tidak, tolong jangan bang, tolong biarkan saya pergi " nada mengantupkan kedua tangannya di depan dada memohon belas kasihan Sandy.

"Sayang sekali nada, kamu membuat kesabaranku habis, dan kamu harus memuaskan ku hari ini juga." Dengan gerakan cepat, Sandy meraih lengan nada. Menghempaskan tubuh lemah itu hingga terjerembab ke lantai.

Kening nada terbentur kaki meja, hingga meninggalkan tanda kemerahan di dahinya.

Sandy mulai membenamkan bibirnya pada lekukan leher dan menciumi tubuh nada dengan sangat buas.

Kedua bola mata nada terpejam, sambil menangis, ia menjerit sekuat tenaga. Kedua tangannya memukul - mukul tubuh laki - laki itu.

Karena demi apa pun dia tidak rela tubuhnya di nodai oleh calon Abang iparnya yang suka selingkuh itu.

"NADA! apa yang sedang kalian lakukan!" Suara serli membuyarkan gerakan dan pikiran Sandy. Lelaki brengsek itu mulai menjauhkan diri dari tubuh nada.

"Sayang ini nggak seperti yang kamu bayangkan, aku bisa jelaskan." Ucap sandy

Nada beranjak duduk di sudut lantai, kedua tangannya memeluk lututnya, tubuhnya gemetaran dengan rasa Trauma.

"Dia yang merayuku duluan sayang, dia yang mengajakku untuk melakukannya" Sandy ingin memutar balikkan fakta.

Sangkin marahnya, serli menarik paksa nada untuk berdiri, dan menamparnya berulang ulang kali, lalu menyeret nada keluar. "Mulai sekarang kamu jangan tinggal disini lagi perempuan murahan!"

Ibu Nana mempercepat langkahnya dari ujung jalan, dia melihat nada diolok olok oleh serli didepan rumah sederhana itu.

"Kalau kamu mau merayu kenapa harus Sandy! Kamu bisa jual diri kamu pada om-om hidung belang, dan Kamu akan mendapatkan uang! Aku jijik sama kamu Nada!" Ucap serli histeris murka

"Kak, ini nggak seperti yang kakak lihat, bang Sandy itu jahat, dia yang ingin memperkosa nada." Nada mencoba menjelaskan sambil memohon agar tidak diusir. "Nada mohon, jangan usir nada dari sini kak, kemana nada akan pergi." Air mata nada berlinang dipipinya sangat deras.

"Beraninya kamu menuduh calon suamiku" serli kembali melayangkan tamparan pada pipi nada.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu menampar nada diluar seperti ini? Apa yang sudah terjadi?" Bu Nana datang ingin memisahkan pertengkaran antara kedua anaknya itu.

Dengan kaki gemetaran, serta tubuh yang lemas nada meraih tangan buk nana memohon belas kasihan. "Buk, izinkan nada tetap tinggal disini"

"Buk, mulai sekarang nada tidak boleh lagi tinggal dirumah kita! Beraninya dia menggoda calon suamiku!." Serli mengacukan telunjuk kearah nada dengan sangat emosi, wajahnya merah padam bagaikan seekor harimau yang siap menerkam.

Namun, Bukannya pembelaan yang didapat nada. Buk Nana kembali melayangkan tangannya kepipi nada begitu kuat, meninggalkan tanda merah disana.

"Perempuan murahan! Pergi kamu sekarang juga!" Buk Nana mendorong nada hingga terjatuh.

    Sebenarnya buk Nana sudah ingin mengusir nada dari dia mengangkatnya, karena takut di cari cari polisi, tapi dia merasa sangat di bantu secara materi dan tenaga oleh nada, maka dia mempertahankan gadis malang itu, untuk tetap tinggal bersamanya.

Serli mencampakkan beberapa helai baju kusam nada untuk di bawa pergi. "Bawa itu barang mu dan jangan pernah kembali lagi!"

Buk Nana dan serli menutup pintu rumah sederhana itu dengan sangat keras. Serta mengajak serta Sandy masuk kedalam rumah sederhana itu "Brakkkkk"

Disana ada beberapa tetangga yang menyaksikan keributan itu, namun mereka memilih diam, mereka tidak mau ikut campur urusan buk Nana, Karena sifat iri buk Nana, sehingga para tetangga tidak ada yang respek terhadap kehidupan buk nada.

Bisik bisik para tetangga pun terjadi.

"Kasihan sih nada, setiap hari disiksa, padahal dia adalah anak yang baik,."

"Iyakan, pulang sekolah langsung bekerja jadi pembantu dirumah orang, mencari uang demi membantu ibunya, pulang bekerja, eh kerja lagi dirumah buk Nana jadi pembantu!"

"Kasihan ya..semoga kelak kamu mendapatkan kebahagian ya nak.."

Ucap beberapa tetangga buk Nana yang masih tertangkap oleh telinga nada, mereka saling menjawab menceritakan kejahatan buk Nana.

Nada menangis terisak - Isak Dihalaman rumah itu, Ia mulai mengutip beberapa helai pakaian yang berhamburan di sana, dan mulai melangkahkan kaki berjalan menjauh hingga tak terlihat para ibu tetangganya.

******

******

******

Nada melangkahkan kaki semakin jauh dari rumah ibu tirinya itu, dia pergi membawa luka didalam hatinya, bahkan semenjak buk Nana mengangkatnya sebagai anak, dia tidak pernah merasakan kebahagian, bermain bersama teman teman seumurannya. Momen itu adalah hal yang dirindukannya, semua waktunya tersita untuk bekerja dan menjadi Upik abu dirumah buk Nana. Bahkan buk Nana sering memarahinya serta memukulinya, baju yang selalu dikenakan di tubuhnya selalu baju bekas serli yang sudah kusam dan robek. Dan kini Dia memberanikan diri hidup mandiri tanpa ada satu pun saudara hidup dikota.

Dengan sisa gajinya yang minim nada mengontrak kamar kost yang sempit, ia merebahkan tubuhnya di atas kardus yang di pungutnya didepan grosir dekat kamar kostnya itu. Dia kembali meneteskan air mata. "Ibu..kenapa aku dilahirkan didunia, jika kalian tidak menginginkanku, nada lelah buk" nada menangis dan terlelap tertidur didalam tangisnya.

*********

*********

Pagi kembali menyapa, seperti biasa nada terbangun dipukul 05.00 pagi, biasanya dirumah ibu tirinya, dia mulai membabu menjadi Upik abu, hari ini dia hanya termenung.

Nada ingin bekerja di cafee, namun dia tidak memiliki jati diri atau ijazah untuk dijadikan bekal bekerja.

Hingga akhirnya dia memberanikan diri menawarkan dirinya untuk bekerja di kantin salah satu fakultas dikota itu.

Dia menawarkan dirinya untuk membantu secara suka rela, tidak menerima gaji sepeser pun asalkan diberi makan saja.

Buk inem menerimanya, kebetulan orang yang membantunya di warung baru berhenti bekerja.

"Terimakasih buk, sudah mau menerima nada. Nada akan membantu ibu sepenuh hati nada."

"Iya nak, sama - sama, oh iya nanti saya akan samakan gaji kamu sama seperti anggota saya yang lama, asalkan kamu rajin dan cekatan. "Wanita paruh baya itu memberikan senyuman tipis pada nada.

"Kalau bisa mulai hari ini ya kamu bantu sayanya."

"Ok. Baik Bu,"

Nada mulai mengambil bagiannya di dapur kantin itu. Memasak,menyuci piring dan lain - lain bukanlah hal yang baru baginya. Hal itu membuat buk inem senang telah menerimanya bekerja.

**********

**********

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

salam kenal kak

2024-04-04

2

Lia Regar

Lia Regar

terimakasih kak atas dukungannya, semoga kita sesama author lebih semangat lagi menulis dan saling mendukung..😁🙏

2024-03-15

1

F.T Zira

F.T Zira

aku mampir ya kak..
kalo berkenan mampir juga di karaku " Silver Bullet"

2024-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!