Hari berlalu menjadi Minggu, Minggu berlalu menjadi bulan. 8 bulan sudah usia kehamilan nada. Dia sudah sangat sulit bergerak secara leluasa, namun walau diusia hamilnya yang sudah tua, dia tetap ingin bekerja.
Sebenarnya bossnya sudah melarangnya bekerja karna sudah hamil tua, namun dia sangat meminta tolong pada bossnya agar tetap menerimanya bekerja, hitung hitung untuk menambahi dana untuk persalinannya nanti.
Bossnya sangat iba, dan membiarkan nada tetap bekerja.
*****
Seorang anak perempuan lahir di tengah tengah keluarga Rahardian dan brahmana.
Kelahirannya sangat di nanti nantikan oleh kedua belah pihak keluarga.
Sebulan yang lalu alvino membawa anggun kembali ke Indonesia, semua keluarga ingin agar anggun melahirkan disaksikan kedua belah pihak keluarga.
Senyum merekah tersirat jelas di wajah wajah orang tua alvino dan anggun saat mereka sudah diperbolehkan masuk keruangan bersalin untuk melihat cucu pertama mereka.
Semua sangat senang.
Tetapi tidak dengan alvino, ada keganjalan yang nggak dimengerti didalam lubuk hatinya.
"Seina sandrina brahmana..
Menurutku itu nama yang bagus...
Gimana menurut papa dan mama dan semuanya..." Ucap anggun memulai berbicara dengan senyum tipis diwajahnya.
Dia memandangi bayi kecil yang digendongnya itu.
"Wah nama yang bagus sayang...
Mama sangat setuju..." Ucap Venny dengan senyum indah, seraya merangkul suaminya yang berada disampingnya itu.
"Gimana pa..
Bukankah nama yang indah.." tanya anggun pada papa Riyan.
"Siapa pun namanya, papa sangat setuju, karna bagi papa kesehatan lah yang terpenting sayang .." jawab papa Riyan sembari menghampiri putrinya lalu memeluk putrinya lembut.
"Terimakasih ya sayang...
Sekarang mama sudah punya cucu.. mama sangat bahagia sayang ..." Ucap mama rilla ikut menghampiri putrinya dari sisi yang lain bad tidurnya, dan ikut serta berpelukan.
"Alvino.. kenapa kamu diam saja... Apa kamu masih terharu atas kelahiran anakmu.. sini dong sayang.." mama venny melihat raut wajah putranya itu yang melas, dia sangat tau watak putranya itu. Jika tidak senang dia sangat tidak bisa menutupi rasa itu.
"Hem ma,, pa,, semuanya saya keluar bentar ya membeli makan siang kita, kan nggak mungkin kita langsung pergi dari sini untuk makan..." Kata alvino mencari alasan menutupi kegelisahannya.
"Oh iya... Ide yang bagus..
Hem kok rasanya mama pengen makanan yang dari restoran Garuda yang dekat rumah sakit ini ya.., gimana jeng rilla, mas Riyan, papa ..?" Kata mama Venny untuk menutupi ketidak pedulinya anaknya itu akan kelahiran cucu mereka.
"Terserah deh apa aja, yang penting makan, saya mau puas puasin lihat cucu Oma...gemes deh.."
Mereka semua tertawa lepas sangat bahagia.
Alvino pergi keluar dengan sangat muak dengan keluar puraan ini.
Ya.. dia sangat muak menjadi boneka orang tuanya.
*****
Dengan langkah gontai karna perut yang semakin membesar, nada masuk ke restoran Garuda tempat dia berkerja, dia baru saja dari luar hendak membeli makanan dari luar resto itu,
" Ini kak.. pesanan kakak chat time rasa original.. " ucap nada sambil memberikan bungkusan plastik kepada kasir di restoran itu...
"Hu. Kakak tega benar nyuruh aku yang sedang hamil tua begini.." mulut nada mengerucut.
"Uhuhuh maaf adek bawel, Kakak sedang repot, banyak banget tamu nih....
Tapi makasih ya nada..." Ucap Nindy sambil menghitung orderan yang dibayar dimeja kasir.
Pandangan alvino tersentak kala mendengar kata nada.
Ternyata pria yang berdiri di depan meja kasir dengan wajah bermasker itu adalah alvino, awalnya dia tidak peduli dan terlalu fokus melihat paparazi paparazi yang bergantungan di dinding restoran sederhana itu.
Alvino langsung mengalihkan penglihatannya pada gadis yang baru saja berlalu masuk.
Tak ingin mengulur waktu dia berlari menarik lembut tangan nada yang hampir masuk keruangan pekerja di restoran itu.
"Nada.."ucap pria bermasker itu lirih.
Nada membalikan tubuhnya secara perlahan.
Nada Tertunduk Melihat tangan yang memegangnya,
'suara itu..' ucapnya dalam hati.
'benar kau nada cintaku, ternyata kamu baik baik saja, lalu sekarang kamu sedang hamil?
Apa kamu sudah menikah ' ucap alvino membatin.
Nada menengadakan kepalanya..bola matanya membulat terkejut.
"Kak Al.." ucapnya dengan setetes air mata mengalir bebas dipipinya.
Segala yang pernah diucap dan dijanjikan alvino kala dipuncak dulu terngiang ngiang di ingatannya, hingga dua wanita paruh baya yang menghampirinya 8 bulan lalu, kembali tersirat di ingatannya.
Dia mengulas air matanya.
"Aku sedang sibuk kak..." Ucapnya, melepaskan genggaman tangan itu dan pergi masuk keruangan dapur restoran.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments