Kenangan membawa selaksa kerinduan yang memasuki sukma, menggoreskan luka yang semakin dalam. Jika waktu dipercaya sebagai penyembuh, akankah ia mampu mengangkat kenangan yang bersarang dijiwa.
Disudut meja makan kantin ada seorang pria yang sedang melamun.
"Maaf kak, mau pesan apa ya? Sudah hampir 4 jam duduk di sini tapi hanya termenung saja." Suara mungil nada membuyarkan lamunan pria itu, nada hendak menawarkan menu hidangan yang tersedia pada pria itu.
Alvino terkejut saat mendengar suara itu berasal dari mana, namun dia kembali murung, dan menjawab pertanyaan gadis itu, tanpa menolehkan penglihatannya, dia masih larut didalam kesedihannya, sambil memandangi foto dari ponselnya.
"Hem makanan paling terfavorite disini saja 1 porsi, minumnya air hangat 1"
"Baik kak." Nada melayangkan senyuman manis pada pria itu, namun tak dihiraukannya.
Didapur nada banyak bertanya pada buk inem tentang alvino Manusia seperti mayat hidup itu, gimana tidak seharian hanya memandangi ponsel disudut kantin kampus. bahkan selama dia bekerja dikantin, dia melihat pria itu hanya duduk termenung sambil memandangi ponsel.
"Buk, laki-laki yang duduk disana itu kenapa ya? Beberapa hari ini, nada sering lihat duduk disudut sana, tapi gak ada pesan makan."
"Oh itu alvino, dia itu pelanggan tetap ibu, selama ini dia sering makan di sini bersama pacarnya, tapi Uda beberapa bulan ini, dia selalu sendiri terus, dan dia kayak nggak punya semangat hidup begitu ibu lihat, ibu juga nggak tau kenapa."
"Biasa dia pesan makanan apa ya buk? Tadi nada tanya, dia jawab makanan terfavorite di sini."
"Kamu antar saja ini, biasa ini yang selalu dipesannya." Buk inem memberikan pecal sayur yang pedas, dan segelas jus jeruk hangat.
Nada meletakan hidangan tersebut diatas meja, tepat dihadapan alvino.
Sontak alvino terkejut, siapa yang telah membuatkan makanan favorite kekasihnya itu. Kedua mata alvino membolang melihat sosok gadis mungil yang sangat lugu dan polos, Namun terlihat diwajahnya ada banyak kesedihan.
"Siapa kamu!" Tanya alvino dengan suara keras membuat nada ketakutan.
"Saya, pelayan baru dikantin ini kak."
"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?"
"1 Minggu kak" nada menundukan kepalanya sambil menutup kedua matanya, trauma yang di alaminya membuat dia takut dengan suara keras yang dilontarkan alvino, apalagi dia baru bekerja dikantin itu, dia sangat takut membuat masalah, dan membuatnya dipecat.
Alvino terdiam sejenak saat melihat nada yang tunduk seperti orang yang sangat ketakutan, dan rasa kasihan mulai muncul dihatinya.
"Kamu! Silahkan duduk di kursi ini" suara alvino mulai lembut, dia menggeser kursi tepat di sampingnya.
"Maaf kak, tapi saya ada banyak kerjaan didapur." Nada menarik nampan dan ingin pergi. Tangan alvino menarik kedua tangan nada lalu mendudukkan nada dikursi tersebut dengan paksa.
"Kak, aku mohon jangan sakiti saya" gadis itu terduduk, sambil menutup kedua matanya rapat-rapat.
"Kamu kenapa hei gadis lugu, saya hanya ingin ditemani makan oleh kamu, bolehkan?"
"T-a-p-i kak." Namun nada tidak berani membuka kedua matanya.
"Hey, kenapa matanya ditutup! Ayo temani saya makan!"
"Baik kak," nada mengangguk kepala pasrah.
"Buk inem, tolong pesankan makanan seperti ini 1 porsi lagi ya, lengkap sama minumnya."
"Baik mas vino," jawab buk inem dari dapur
nada mulai memberanikan membuka kedua bola matanya, memandangi pria yang baru saja berbicara padanya, baru kali ini ada seorang pria yang ingin ditemani makan olehnya.
Perempuan mana yang tidak terpukau melihat ketampanannya alvino, pria muda yang nyaris sempurna. Hidungnya mancung, alis tebal serta sorot matanya yang tajam. Tubuhnya yang jangkung nan atlentis menyatu sempurna di balut kulitnya yang putih dan bersih.
Kemeja biru muda, dengan kain bagian di tangan digulung, serta sepatunya yang mewah, membuat alvino semakin menawan Dimata nada saat pertama kali melihatnya.
Perempuan mana yang tidak menginginkannya.
"Kenapa!" Sautan alvino membuat nada terkejut.
"Hem mau untuk siapa yang kakak pesan tadi makannya?"tanya nada dengan rasa yang sangat takut.
"Mau untuk kamu! Supaya kamu jangan terlalu kurus dan mungil begini" jawab alvino santai sembari menyantap makanan yang tersedia.
"Maaf kak, saya bisa ambil sendiri" nada beranjak berdiri dan ingin kedapur, namun keduan tangan Alvian menarik kedua tangan nada "tidak perlu, buk inem akan menghantarkannya untukmu, jadi duduklah"
"Tapi buk inem itu boss saya kak, saya tidak enak di layani oleh boss sendiri"
"Nanti biar saya yang berurusan sama buk inem, ok" nada sedikit mulai gelisa, di tambah semua orang yang makan dikantin itu melihat mereka berdua.
"Ini dek nada, sudah..nggak apa apa silahkan di makan ya.."buk inem datang kemeja mereka dengan membawa makanan yang di pesan alvino.
"Tapi buk, ibu jangan marah ya, atau pecat saya" ucap nada lirih
"Ya ampun, siapa yang mau pecat kamu dek." Buk inem kembali berjalan kedapur.
"Silahkan di makan, supaya kamu kenyang, kalau mau bekerja jangan lupa makan dulu."
Alvino mulai memperhatikan gadis malang itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tanpa berfikir panjang, nada menyantap makanan tersebut, memang dari pagi tadi dia belum ada makan apapun, dikarenakan tidak punya uang lagi untuk membeli makanan.
Ingin makan dikantin itu,namun dia mulai segan karena selama satu Minggu bekerja di situ, dia selalu makan disana, padahal buk inem nggak pernah keberatan jika nada makan dikantin.
"Saya sudah siap makannya kak, terimakasih ya kak.
oh iya kak, nanti nada bayar hutang makanan ini, pada kakak ya, setelah saya menerima gaji." Nada menundukan kepalanya Sembari membereskan piring yang ada di atas meja.
Ketawa alvino pecah saat mendengar ucapan gadis lugu yang baru mengatakan hutang makanan." Emangnya saya ada suruh kamu berhutang ? Saya nggak ada suruhkan?"
"Tapi kak,"
"Oh iya kamu mau nambah? Kali ini aku yang traktir, nanti kalau kamu sudah gajian baru kamu yang terakhir aku"
"Baik kak, terimakasih banyak ya kak."nada kembali menundukkan kepalanya
"Kamu mau nambah nggak?" Tanya alvino spontan membuat nada sedikit terkejut.
"Nggak kak, nada sudah kenyang, sekali lagi terimakasih banyak ya kak."
"Baiklah." Nada kembali kedapur dengan membawa beberapa piring kotor, dan hendak mencucinya.
Nada senyum senyum sendiri saat mencuci piring, dia pikir didunia ini nggak akan ada yang mau peduli padanya, karena selama hidupnya yang kelam, dia selalu berkutat dengan hidupnya didapur menjadi Upik abu dan disiksa ibu dan kakak tirinya.
,*******"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Dewi Payang
5 iklan buat kak author
2024-03-18
2
Dewi Payang
Semaangaat Nada💪
2024-03-18
0
Dewi Payang
Jangan galak Alvino😁
2024-03-18
1