bab 7

Hari mulai sore, mereka hendak pulang ketempat mereka ke kota, namun saat di jalan melewati jalan kelokan kelok-an pegunungan, hujan yang sangat deras membuat jalanan macet total.

Ternyata di salah satu tikungan maut puncak kearah arus balik kearah kota, ada tanah longsor sehingga memutuskan jalan.

Ada banyak aba aba, serta polisi lalu lalang untuk memberitahu para pariwisata agar putar balik karna sangat bahaya jika di teruskan perjalanan, ditakutkan akan ada tanah longsor di setiap jalanan hutan itu.

Ada banyak mobil serta kendaraan lain putar balik ke arah puncak.

"Apakah kita akan putar balik juga kak?" Tanya Nana kepada kekasihnya itu.

"Sepertinya iya...takut ada longsor susulan di bukit bukit jalan lain..itu sangat bahaya.." ucap pria dengan tetap fokus pada setir dan pandangan kedepan.

"Baiklah kak...nada setuju, jika itu yang terbaik."

JEDARRR

JEDARRR

JEDARRR

suara Petir mulai bersaut sautan, hujan juga semakin deras, karena berada ditengah hutan di jalan itu, kabut menyelimuti jalan dan sangat gelap. Nada mulai ketakutan dia memejamkan matanya serta tangannya meremas kuat ujung bajunya.

Secara pelan pelan alvino memutar balik setir dan akan mencari tempat yang lebih baik dan nyaman.

Setelah melewati sedikit hutan, alvino membelok setir ke kiri, dia melihat ada sebuah restoran, serta penginapan unik sekaligus yang sederhana.

" Hey.. kita berteduh dan makan saja dulu disini ya.." tangan alvino memeluk serta mengelus elus punggung gadis yang tengah ketakutan yang ada disampingnya itu.

Perlahan nada membuka mata,

"Dimana kita ini kak ??" Ucap gadis itu lirih

"Kita ada di sebuah restoran sederhana, jalanan sangat gelap dan kabut sangat tebal, aku takut longsor dan hujan semakin deras, jadi kita berteduh saja dulu disini..."

Alvino menggenggam tangan nada yang gemetaran karna ketakutan petir dan kegelapan.

"Baiklah kak ..."

Mereka keluar dari mobil dan masuk dengan beralasan jaket alvino sebagai payung mereka untuk masuk ke restoran sederhana itu, agar mereka tidak basah.

"Duduklah dulu disini, aku akan memesan makanan dan minuman yang hangat untuk kita.."alvino berlalu pergi

Nada menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Mereka makan serta minum, dua insan yang saling mencintai itu duduk bersampingan. tangan alvino tak pernah lepas menggenggam tangan kekasihnya itu, untuk mengurangi rasa takut orang yang sangat dicintainya itu.

Selesai makan mereka hanya diam saling pandang seperti saling berbagi kasih, kekaguman yang dirasa nada pada alvino semakin besar, dan rasa ingin memilikinya seutuhnya timbul dihatinya.

'bagaimana mungkin aku sanggup melepas seorang lelaki yang sangat baik yang ada di depanku ini, dia juga sangat tampan, ahh Tuhan terimakasih buat waktu yang indah hari ini' ucap gadis itu didalam hatinya sambil tersenyum

"Kenapa???" Tanya pria itu mengagetkan gadis itu.

"Nggak apa apa kok kak... Hem kenapa kakak begitu yakin atas diriku, bahkan kak Al nggak tau aku terlahir dari keluarga yang seperti apa .." senyum tipis terlukis di sudut bibirnya, gadis itu sedikit manja saat berbicara pada alvino

"Entahlah...mungkin ini yang di sebut cinta sejati, cinta buta, cinta tanpa memandang rupa, harta, dan martabat..hahahha sok puitis banget sih akunya.."ucapnya sambil mengajak ajak rambut gadis yang duduk di sampingnya itu.

Pandangan mereka satu, kearah yang satu pula.

"Sepertinya ini sudah malam, apa nggak lebih baik kita nginap disini saja?" Ucap pria itu mulai serius

"Maksud kakak kita nginap bersama??" Nada membulatkan matanya serius

"Iya... Emangnya kenapa? Tenang saja aku nggak macam macam kok, sebelum menikah, paling cuma peluk peluk, pegangan tangan saja kok. Sebentar ya..."

Tanpa menunggu persetujuan kekasihnya itu, alvino bergerak berjalan menuju ruang reception untuk memesan kamar terbaik pada penginapan ditempat itu, lalu datang kembali menghampiri nada yang sedang duduk, alvino mengajaknya untuk masuk bersama pelayan, kemudian di antar kekamar yang sudah di pesan.

Terlihat 1 kamar berbentuk jamur merah, jika dari luar terlihat sangat lucu, namun tidak mengurangi kenyamanan dan kemewahan didalam ruangan itu, ada jendela kaca yang di hiasi tirai putih serta seprei putih menambah kemewahan kamar penginapan tersebut. Mereka masuk diantar pelayan, lalu pelayan menundukkan kepala permisi dan pergi.

Tinggalah mereka berdua dikamar itu.

Mereka berdua terlihat sangat canggung.

Dengan langkah terbata bata nada mulai beranjak kekamar mandi didalam ruangan tersebut.

"hem.., mungkin itu kamar mandinya.."ia masuk kekamar mandi.

Bukannya kedinginan dengan cuaca hujan malam dalam kabut pegunungan dan hujan yang amat deras, nada malah seperti sangat kepanasan, pipinya merah merona, dia langsung membasuh muka.

"Apa apaan aku ini, kenapa terasa sangat panas di tempat yang sangat dingin seperti ini... Huu..." Dia membersihkan seluruh tubuh, lalu keluar dari kamar mandi.

Keheningan yang ada didalam kamar bak hotel itu.

Disusul oleh alvino masuk kedalam kamar mandi, hal yang sama dirasakannya yaitu kepanasan bukan kedinginan, padahal dipuncak, yang dingin, ditambah cuaca hujan berkabut harusnya dia kedinginan.

Entahlah, mungkin dua insan itu sedang dimabuk cinta.

Tak ingin mengulur waktu nada berjalan keatas tempat tidur, menarik selimut serba putih itu, lalu istirahat dibawah selimut tebal itu.

Kemudian disusul oleh alvino menyusul ikut menghangatkan tubuh, dibawah selimut tebal diatas tempat tidur yang sama, bernuansa serba putih, mereka berdua istirahat dikamar itu, seharian bermain di fundlene dengan berbagai macam wahana yang mengerikan, serta menelusuri setiap ujung wisata itu, membuat mereka berdua kelelahan. Sangkin kelelahan nada sudah tertidur pulas dengan tanpa sadar ia memeluk alvino sangat erat.

Namun tidak dengan alvino, Dikamar bak seperti hotel, lampu yang temaram, ruangan yang dingin sejuk dipuncak gunung bersama wanita yang dicintainya membuatnya gelisah.

Di tambah nada memeluknya erat tanpa canggung, jiwa lelakinya meronta ronta.

Dia mulai memandang gadis yang ada di sampingnya itu lekat lekat, dan membenamkan ciuman di kening nada dalam dan lembut.

"Aku mencintaimu sungguh! Maafkan aku belum mampu menjadi yang terbaik.." bisiknya ditelinga gadis itu lembut.

Tangannya mengelus elus ujung kepala gadis itu, hingga membuat gadis itu menggeliat terbangun.

"Kak Al..."ucapnya serak dan lembut lalu mengukir senyuman manis.

Dengan rasa yang sangat menggebu gebu, alvino menautkan bibirnya pada bibir nada dan menciumnya lembut, dalam dan lama.

mereka saling menahan perasaan mereka masing masing.

Di dalam sebuah ruangan yang dengan pencahayaan temaram itu.

"Hentikan kak, nada mohon " lirih nada sambil menolak tubuh alvino yang sedang bergerak liar di atas tubuhnya.

Entah untuk kesekian kalinya mulut itu berkata tidak dan jangan, memohon untuk dilepaskan dari cengkraman, tetapi berbeda dengan tubuh nada, yang seakan meminta lebih. Bahkan kata tidak dan jangan yang terus terucap dari bibir nada, telah bercampur dengan des*ah napas yang justru membuat setiap telinga yang mendengarkan semakin menggila.

"Aku sangat lelah kak, tolong berhen---

Hmmph". Belum sempat nada menyelesaikan kalimatnya, bibir pria itu sudah melahapnya dengan rakus.

Semakin nada memberontak, semakin erat pula pria itu mencengkeramnya. Seolah tak ingin melepaskan kenikmatan yang ia peroleh dari gadis di bawahnya walau hanya sesaat.

Detik itu juga seluruh kekuatan yang dimiliki nada seperti tercabut dari tubuhnya. Ia tak lagi memiliki daya untuk melepaskan diri. Tangannya yang sejak tadi berusaha mendorong dada laki laki itu perlahan bergerak turun dan memilih mencengkram kain sprai demi menyalurkan rasa yang sulit ia jabarkan.

Sakit, lelah, benci dan malu bercampur menjadi satu. Keringat pun telah bercampur membasahi seluruh tubuh. Hingga segalanya terasa mencapai puncaknya.

Kelopak mata nada seketika terpejam dengan dada yang membusung ketika merasakan sesuatu yang basah dan lengket mengalir di bagian bawah tubuhnya.

Sementara laki laki itu langsung ambruk di atas tubuh nada setelah melepaskan bibit- bibit kehidupan baru. Hanya hembusan napasnya yang memburu, menerpa wajah nada, secara perlahan mulai teratur yang menandakan dirinya sudah terlelap.

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!