Ditaman yang rimbun ditengah tengah kota itu, nada dan alvino duduk bersampingan, di atas kursi taman berbahan besi memanjang kesamping berwarna putih, dengan jarak 40 centi meter, mereka duduk berselisihan. hanya keheningan di sana.
Alvino bingun ingin memulai kata dari mana.
"Kak.. apa yang terjadi ?? Kenapa tangan dan bibirmu berdarah? Muka kakak juga ada memar memar.." nada memulai berbicara dengan sangat lembut.
"Ini nggak apa apa kok.. cuma kecelakaan saja tadi.. terimakasih nad, sudah perhatian sama aku.." alvino tersenyum tipis
"Ada yang ingin ku tanyakan samamu nad.."kembali gumam pria berkemeja warna blue Ice itu.
"Apa itu," tanya nada tanpa mengalihkan pandangannya, dia melihat bunga bunga serta lampu lampu menyala, yang ada di depannya di taman itu.
"Siapa ayah anak yang kamu kandung itu nad?? Apakah kamu sudah menikah ??
Lalu siapa pria itu ??" tanya alvino dengan sangat serius.
Nada menangis saat pertanyaan pertanyaan itu di lontarkan.
" Aku sudah menikah saat kakak meninggalkanku tanpa kabar, setelah dari puncak, aku memutuskan untuk melupakan semuanya kak...
Aku mohon Jangan ganggu aku lagi, karena aku sudah sangat bahagia sekarang.." kata nada sambil menyeka air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Maafkan aku nada.. tapi kenapa begitu cepat kamu melupakannya ...
Jika kamu bahagia kenapa air mata itu terus mengalir??" Kata alvino sambil memandang nada lekat.
"Sudahlah kak.. kita Uda nggak ada hubungan apa apa lagi...
boleh aku bertanya ??" Nada mengalihkan pandangannya pada alvino.
"Kemana kakak delapan bulan yang lalu? Apakah kakak sudah menikah dengan kak anggun ??" Tanya nada lagi.
" Aku mohon nad, jangan bahas itu. Hatiku perih jika membahas itu..." Alvino mulai frustasi, dia cemburu namun tidak bisa apa apa.
Mereka terdiam hening, dengan sesekali nada mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Baiklah.. aku rasa sudah tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, nada harus pergi kak.." nada berdiri dan akan pergi, dia melangkah sambil memperbaiki tas yang di selempang di bahu.
Nada pergi meninggalkan alvino.
Tinggallah alvino duduk sendiri, dia mulai terbayang bayang lagi kenangan kenangan indah bersama nada, dan hatinya semakin sakit saat nada berkata sudah menikah dan sangat bahagia.
Alvino meraih ponsel yang ada disaku celananya, menghubungi sandro.
"Hallo San..aku ada kerjaan buat kamu.. besok pagi kamu keruangan ku, kita bahas di sana.."
"Baik bro.." jawab sandro lewat ponsel.
****
Nada menangis meringis di kamar kostnya,
"Kenapa kak al datang lagi... Sekarang apa yang harus ku buat.. aku takut kak.." gumamnya sendiri di kamar yang super sempit itu.
Dia mengelus elus perut buncitnya.
"Sayang apa kamu nanti lahir sama seperti ibu, tidak mempunyai ayah... Ibu selalu berdoa supaya kamu kelak selalu bahagia,
Ibu senang kehadiran mu nak.. setidaknya ibu tidak sendirian lagi.." kata wanita itu.
******
2 Minggu berlalu.
Semenjak pertemuannya dengan alvino di taman waktu, itu alvino tidak pernah menampakan wajahnya lagi.
Nada juga sudah mulai terbiasa, mungkin dia memang tidak mencintaiku, atau dia memang percaya kalau aku sudah sangat bahagia, fikir si gadis malang.
Namun ternyata alvino mencari kebenaran, siapa ayah dari anak yang dikandung nada, siapa suaminya, tempat tinggalnya lewat sandro sekretaris pribadinya sekalian sahabatnya itu.
Jelas saja itu sangat muda untuk di lakukan sandro, hanya cukup memakan satu hari saja kelar semua berita yang di inginkan alvino.
" Dia hidup sendiri di kamar kost yang Kumal dan sempit, sejauh ini belum ada seorang lelaki yang menemuinya, sudah 2 Minggu ini saya pantau. Bahkan saya sudah tanya sama Bu Jumi, ibu kostnya, katanya, selama tinggal di sini, sudah hampir delapan bulan tidak ada seorang pria pun yang menemuinya, dia juga heran kenapa bisa hamil, katanya lagi, dia sangat baik ramah dan cengeng, nggak pernah keluyuran, pulang kerja ya langsung tidur.." ucap Sandro pada alvino saat berada diruangan alvino.
" Benarkah ???" Alvino tersenyum lebar mendengar berita yang di berikan sandro.
Sandro mengangguk kepala memberikan jawaban.
"Hanya asal usulnya dan dari mana dia datang belum dapat infonya boss..ini sedikit sulit, karena memang dia lebih tertutup, urusan keluarganya.
"Baiklah, terus cari tau asal usul keluarganya, kau tau, itu sangat penting bagiku..."
"Siap boss" jawab sandro
Alvino tersenyum lebar, ada kemungkinan anak yang di kandung nada adalah anaknya.
"Tapi anak yang dikandung nada, anak siapa ya bro.. ?" Tanya sandro bingung sembari meneguk kopi yang ada diatas meja, di hadapan mereka.
"Bisa jadi kecebong ku sudah berkembang biak di rahimnya nada bro.." kata alvino dengan senyum lebar di wajahnya, tangannya ikut meraih secangkir kopi, dan meneguknya.
Huk huk huk. Sandro terbatuk mendengar ucapan somplak sahabatnya itu.
"Maksudnya ??? Kalian pom pom..???" Tanya sandro dengan melongok. Dia tidak percaya, sahabatnya yang super pemalu, dan nggak pernah macam macam itu, bisa melakukannya, dan bahkan sampai hamil.
Setahunya setelah menikah dengan anggun, alvino tidak pernah menyentuhnya, padahal anggun bisa dibilang manusia paling sempurna, bak putri yang ada di negri dongeng. Dia juga sadar anak yang dibawa anggun bukan anak bossnya itu.
Alvino mengangguk dan tersenyum lebar.
Selama beberapa hari ini murung, terbayarkan sudah, setelah mendengar berita yang dibawa sahabatnya itu.
Ternyata pembicaraan mereka terekam jelas oleh seorang cleaning service di ruangan alvino, Siska, dia adalah orang yang di bayar anggun untuk menjadi sisi tv di kantor suaminya.
Dengan sangat cepat berita itu di sampaikan siska pada anggun, bossnya itu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments