"Kelvin menangis dan mencari mu."
Mario menatap kedua mata Ananda saat berbicara.
Ia baru tahu jika Ananda rupanya memiliki mata yang sangat indah. Masih tersisa bulir air mata yang menyangkut di bulu mata lentiknya. Apalagi saat mata itu melebar dan memperlihatkan semua retina hitamnya saat nama Kelvin, Mario sebutkan.
"Kelvin menangis mencariku?!"
Ananda seperti kehilangan rasa sakit di tangan nya, pantas saja semalam ia tidak bisa tidur dengan tenang. Walau Kelvin bukan lah anaknya, tapi mereka sudah melebih Ibu dan Anak pada umumnya.
"Iya, tolong temui lah dia."
Entah mengapa, Mario seperti malu dengan ucapannya sendiri. Mengingat apa yang baru saja di lakukan nya pada Ananda tadi.
Mario tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, mungkin karena amarahnya saat di rumah tadi tidak tersalurkan. Ya, mungkin seperti itu.
Setelah Mario pikir-pikir Ananda juga telah bersalah dan Mario sudah melakukan hal yang benar.
"A_apa boleh, Pak."
Mata Ananda berkaca-kaca, sungguh dirinya tidak percaya. Kemarin Mario bahkan tidak mengizinkannya untuk berpamitan pada Kelvin sebentar saja, dan hari ini dia bisa melihat anak itu lagi. Ananda sangat senang.
Mario mengangguk mengiyakan.
Cepat-cepat Ananda menghapus air matanya dan berusaha menetralkan ekspresi wajahnya, agar tidak kelihatan bahwa ia baru saja mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dan juga habis menangis.
"Kalau begitu, saya pamit sama Ibu saya dulu, Pak," kata Ananda.
"Hmm."
Mendapat tanggapan deheman dari Mario, Ananda langsung melangkah untuk pergi kembali ke dalam rumah, dan Mario mengikuti langkah gadis itu.
"Bu, Herman di mana?" tanya Ananda setelah sampai di rumah, tapi dia sudah tidak melihat kehadiran Herman di sana.
"Nak Herman sudah pulang, dia cuma menitip salam, dan katanya kalau sempat besok ingin mengajakmu pergi jalan."
Salma menatap Ananda dan bergantian pada Mario yang masih tetap mempertahankan wajah datarnya.
Mario sebenarnya merasa kesal saat Ananda bilang mau berpamitan pada Salma, tapi rupanya setelah sampai di dalam rumah itu, dia malah mencari keberadaan Pria yang baru di ketahui nya bernama Herman itu.
Apalagi saat Salma mengatakan bahwa Herman akan mengajak Ananda untuk jalan-jalan besok hari.
"Iya, Bu. Nanti akan Anna hubungi Herman."
Salma mengangguk mengiyakan, sedangkan Mario memelototi tajam Ananda mendengar apa yang wanita itu katakan.
Jangan bilang kalau Ananda menyetujui untuk pergi jalan dengan Herman-Herman itu!
"Bu, Anna harus kembali dulu di tempat kerja. Kelvin katanya menangis karena mencariku," jelas Ananda yang dari tadi sudah di tunggu oleh Salma untuk berbicara dengannya.
"Apa dia ini ayah Kelvin?" tanya Salma melihat Mario yang bahkan tidak memberinya senyum sama sekali.
Salma mengerti, mereka adalah orang miskin, jadi untuk apa sungkan dan sopan pada mereka yang tidak berada.
Entah mengapa, Salma jadi merasa khawatir karena anaknya bekerja pada orang-orang kaya yang tidak bersahabat seperti Mario ini.
"Iya, Bu. Bapak Mario ini ayahnya Kelvin."
Entah mengapa Mario tidak senang karena Ananda hanya memperkenalkannya sebagai ayah Kelvin.
"Sebenarnya saya ini sua_"
"Pak!" potong Ananda penuh penekanan dan kembali menarik pria itu keluar.
Ananda hanya mengajaknya berbicara di luar pintu.
"Tolong jangan katakan hal lainnya, saya tidak mau jantung Ibu saya kembali kambuh," mohon Ananda dengan bisikan agar tidak di dengar oleh Salma.
"Loh, memang kau tidak_"
"Pak, saya mohon."
Ananda menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon dengan sungguh-sungguh kembali memotong ucapan Mario.
Bukan apa-apa, hanya saja Mario tidak berbisik seperti nya dan berdiri tepat di depan pintu juga, sedangkan Ananda tidak nampak dalam pandangan Salma. Pasti Salma akan curiga jika mendengar kata-kata Mario.
Mario hanya diam dan mengepal tangannya, sebenarnya ia tidak suka jika ucapannya di potong begitu saja. Tapi Mario juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya sampai membiarkan Ananda melakukan itu.
"Anna, sebenarnya apa yang kamu sembunyikan dari Ibu?"
Salma mendekat dan bertanya pada mereka, cepat-cepat Ananda mengembalikan ekspresi nya.
"Bukan apa-apa, Bu. Pak Mario bilang kami harus pergi sekarang, soalnya Kelvin menangis dan mencariku dari semalam," kata Ananda berharap Salma tidak bertanya lagi.
"Ah, begitu. Jika demikian kalian pergilah temui Kelvin, kasian anak itu," ucap Salma yang tidak curiga sama sekali. Walau sebenarnya Salma masih ingin bertanya pada putrinya itu.
"Iya Bu."
Akhirnya mereka pun pergi dari kediaman kecil nan sederhana itu. Walau kecil tapi rumah itu nampak sangat terawat dengan baik.
Dindingnya bahkan di beri chat warnah putih dan abu-abu, terlihat baru karena belum lama ini Salma menyuruh tukang untuk memperbaiki sedikit rumah kecil itu.
"Mama...!"
Kelvin berlari menyambut kedatangan Ananda saat anak itu masih berada di atas pangkuan Laily yang sedang berbincang dengan Sakinah.
"Mama. Mama pergi di mana?" tanya anak itu setelah Ananda berhasil menggendong badannya yang mulai terasa lumayan berat.
"Mama dari rumah Ibu Salma. Kata Papanya Kelvin cengeng?" ucap Ananda sambil berjalan menggendong Kelvin.
"Tidak, Kelvin cari Mama. Mama hilang, Kelvin menangis," jelas anak kecil itu yang belum bisa membawa kalimatnya dengan baik. Namun, sebagai Ibu Kelvin, Ananda cukup mengerti dengan apa yang anak itu katakan.
"Ananda, kalian mau ke mana? Sebaiknya kita duduk berbincang-bincang dulu," panggil Laily saat Ia melihat Ananda akan membawa Kelvin ke atas.
Sebenarnya Ananda hanya ingin ke kamar kecil, tapi di urungkan nya dan ikut menerima panggilan Laily.
Mario juga sudah ada di sana yang tadi mengikuti Ananda memasuki rumah.
"Kelvin, sini dengan Oma Kinah sebentar, sayang."
Kelvin menurut dan keluar dari pangkuan Ananda, anak itu seakan mengerti jika orang dewasa itu ingin berbicara, maka ia dengan patuh pergi menaiki pangkuan Sakinah.
"Mario, jadi bagaimana semua ini. Sebelum nya kamu sudah mengusir dan mengakhiri kontrak dengan Ananda. Bagaimana selanjutnya?" tanya Laily.
Ananda dan Mario terlihat duduk berdampingan di salah satu sofa walau tetap ada jarak di antara keduanya.
"Bu, saya cuma datang untuk menemui Kelvin. Saya juga tidak akan meminta agar mendapatkan imbalan atau juga berniat melanjutkan kontrak yang sudah di batalkan sebelumnya," kata Ananda.
Ia jelas tidak mau lagi jika harus menjadi istri Mario, walau tidak di anggap oleh orang itu, tetapi Ananda tidak mau kejadian seperti di rumah tadi terulang kembali.
Padahal Mario sendiri yang meminta untuk mengakhiri semuanya, tapi pria itu malah ingin mengatakan hal yang tidak-tidak pada Salma.
"Begitu rupanya."
Laily mengangguk mengerti, walau ia berharap Ananda mau untuk kembali melanjutkan kontrak. Tapi Laily mulai sadar, ia tidak boleh memaksa wanita sebaik Ananda. Apalagi Mario seakan bersikap semena-mena, Laily sudah cukup belajar pada Della, Ibu kandung Kelvin sebelumnya yang harus berakhir bunuh diri karena ulah Mario.
"Tidak, aku tidak setuju. Kontrak harus tetap berlanjut," kata Mario kemudian.
Enak saja, dia tidak mau mengakhiri kontrak dan pria bernama Herman itu akan dengan leluasa bepergian dengan Ananda dan menelantarkan Kelvin.
Mario memikirkan Kelvin yang akan terus menangis karena mencari Ananda.
"Tapi Pak. Kemarin Bapak sendiri yang bilang agar kontrak kita berakhir," ujar Ananda yang tidak terima. Jelas-jelas Mario sudah mengakhiri Kontrak aneh itu.
"Saat kontrak itu di setujui, kau menandatangani nya. Apa kemarin kau ada tandatangan untuk pembatalan Kontrak?" tanya Mario yang seakan begitu senang karena memiliki alasan kuat untuk tetap melanjutkan Kontrak yang tinggi 1 tahun lebih.
"Tapi\_"
Ananda tidak bisa melanjutkan ucapannya, karena apa yang Mario katakan itu benar.
Bodoh! Karena ia terlalu bersedih dengan fitnah dan juga harus berpisah dengan Kelvin tanpa berpamitan, Ananda sampai melupakan hal penting itu.
Padahal Ananda sudah senang kalau seandainya ia tidak akan terikat dengan Mario lagi.
"Ananda, tolong pikirkan sekali lagi. Kelvin masih sangat membutuhkan mu."
Sakinah ikut bersuara dengan suara lembutnya.
Ananda beralih pada Sakinah lalu melihat wajah kecil yang tengah menatapnya dengan begitu polosnya. Ananda tidak bisa menolak jika sudah menatap wajah imut dan bulat itu, pipinya yang merah serta bibir kecilnya menerbitkan senyum saat Ananda menatapnya.
'*Sabarlah Ananda, lakukan itu demi Kelvin. Dia masih sangat kecil dan tidak tahu apa-apa* ' Ananda mengatakan pada dirinya sendiri untuk menyetujui kelanjutan Kontrak yang semata-mata demi Kelvin.
"Baiklah, saya bersedia untuk melanjutkan Kontrak," ucap Ananda yang pada akhirnya menerima semuanya.
"Terimakasih Ananda," ucap Laily dengan tulus.
Ia percaya jika tidak mungkin Ananda berakhir seperti Della. Della dan Ananda adalah dua wanita yang sangat berbeda, jika Della selalu haus akan perhatian dari Mario, maka Ananda tidak membutuhkan semua itu, Ananda murni hanya mau merawat Kelvin saja.
Mario juga hari ini nampak berbeda, jika ia akan tidak mau tahu dengan apa saja yang di perbuat oleh Della atau Ananda sebelumnya. Maka saat ini berbeda, anaknya itu terlihat tidak mau jika Ananda hanya merawat Kelvin saja.
Hal ini mengingatkan Laily pada kejadian semalam, Mario yang beberapa kali menyebut Ananda dan meminta ini itu pada wanita itu.
"Sama-sama Bu."
Ananda tidak percaya, ini adalah terimakasih pertama dari Laily setulus itu. Mata Ananda berkaca-kaca karena hal ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
BODOH,WANITA LEMAH..
2024-05-20
1
Qaisaa Nazarudin
Nah kan Anna kenak kamu,harusnya kamu itu lagi cerdik,Mario tdk bisa mengatur kamu seenaknya hanya demi kepentingan dia..🤦🤦🤦🙄🙄
2024-05-20
1
Qaisaa Nazarudin
Harus TEGAS Ananda jangan mau hanya utk di mampaatin doang..
2024-05-20
1