"Anna, apa kamu yakin dan sudah memikirkan nya dengan matang?"
Mendengar perkataan Desi, teman baik Ananda. Walau belum lama mengenal nya, tapi Ananda sangat mempercayai serta bisa menceritakan semua kisah hidupnya kepada Desi. Mereka sama-sama perawat di Rumah Sakit yang sama.
"Bismillah..., Siap. Semua ini juga demi Ibuku. Desi, kamu juga tahu mengapa Aku harus siap."
Ananda menatap pantulan dirinya dalam cermin, serta melihat Desi yang juga masuk dalam cermin tersebut.
Dalam kamar yang memiliki luas 2×3 itulah biasa Ananda menghilangkan lelah, sekarang juga Ia sedang di temani oleh Desi yang membantunya bersiap.
"Kamu sangat cantik, Anna. Padahal kamu tidak memakai Makeup seperti pengantin pada umumnya," puji Desi.
Desi malah masih lebih baik dari Ananda, Ia masih menambahkan gincu pink pada bibir mawar nya.
Sedangkan Ananda, wanita itu bahkan hanya mengandalkan bibir merona aslinya serta wajah glow tanpa makeup. Tidak ketinggalan alis hitam dan tebal yang tertata rapi dengan sendirinya, di tambah dengan hidung kecil manis, serta mata bulat bersama bulu lentik atas bawah.
Haah.... 😮💨
Ananda hanya menghela nafas mendengar pujian dari Desi tersebut, wajah cantiknya memang membuat banyak pria sering mengutarakan cinta padanya.
"Desi, terimakasih," ucap Ananda sambil tersenyum setelah menghela nafas.
"Kamu juga cantik."
Desi menunduk malu, karena ia juga memanglah cantik.
"Apa tidak ada cara lain lagi selain pernikahan ini, Ann?"
Desi kembali bertanya mengenai apa pertanyaan sebelumnya.
Ananda menggeleng pelan, setelah itu ia berdiri dari duduknya dan meneliti penampilan nya sendiri di depan cermin.
Ananda mengenakan kebaya putih yang sangat sederhana.
Setelah puas meneliti tubuhnya, Ananda menatap wajahnya sendiri di depan cermin dengan lekat.
"Tidak ada lagi, Des. Ibu sudah menjalankan operasi," jawab Ananda bersama pikiran nya yang berkelana pada kejadian beberapa pekan lalu.
"Sus, apa saya bisa masuk?" tanya Laily dengan sangat penuh harap agar bisa masuk dalam ruangan yang baru saja Ananda masuki.
"Maaf, Bu. Untuk sekarang belum bisa. mohon tunggu kabar dari Dokter kapan kelurga bisa melihat lebih dekat," ujar Ananda dengan sabar.
Mungkin wanita yang bertanya ini adalah nenek dari bayi yang baru saja di lahirkan sebelum waktunya itu, ia juga nampak kasihan pada Bayi tersebut karena sudah tidak memiliki Ibu.
"Terimakasih."
Laily tidak bisa berkata lagi, ia hanya bisa menatap sang cucu yang masih memerah itu dari balik kaca luar.
Ananda hendak pergi dari sana setelah memastikan pintu tertutup dengan baik, tapi tiba-tiba Ia di hampiri oleh Dokter yang menangani Salma, Ibu Ananda.
"Suster Ananda."
Ananda menoleh pada Dokter tersebut saat mendengar namanya di panggil.
"Ia, Dok?"
"Saya harus membicarakan hal serius mengenai Ibu Anda," kata Dokter tersebut.
"Bagaimana, Dok?" tanya Ananda.
Ia harap-harap cemas. Karena Ananda dari ruangan Sang Ibu, tapi Salma belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk perkembangan yang bagus.
"Kita harus segera melakukan Operasi agar Ibu Anda tidak semakin kesakitan. Kondisi nya sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan."
Ananda terdiam mendengar hal tersebut, Dokter memang sudah dari bulan lalu menyarankan untuk mengambil tindakan operasi, tapi Ananda terhalang biaya.
"Dok, bisakah melakukan operasi dulu. Saya akan terus mengabdi di sini sampai bisa melunasi biaya administrasi nya."
Ananda tahu, pasti itu tidak bisa di lakukan, tapi jika saja bisa, Ananda tidak main-main untuk tetap bekerja di sana.
"Suster Ananda, Anda pasti tahu seperti apa prosedur yang berlaku. Semoga Anda bisa segera mendapatkan dananya ya."
Sang Dokter menghibur Ananda sebelum meninggalkan wanita itu. Ia juga tidak bisa berbuat banyak karena peraturan tidak bisa di langgar begitu saja.
"Iya, Dok. Terimakasih."
Ananda berjalan lemah menuju kursi tunggu yang tersedia, kesedihan serta cemas terlihat jelas di wajahnya.
"Sus," panggil Laily setelah duduk di samping Ananda.
Ananda menoleh pada asal suara tersebut dan berusaha menghilangkan raut sedihnya.
"Saya mendengar semua yang tadi kalian bicarakan. Saya akan melunasi semua biaya rumah sakit, jika Suster bersedia."
Ananda terkejut mendengar yang Laily katakan.
"Benarkah? Tolong bantuannya, Bu. Saya akan mengembalikan semuanya jika sudah ada uang," ucap Ananda sangat senang dan refleks memegang tangan Laily.
"Tidak usah pegang-pegang, kamu juga tidak perlu mengembalikan uang tersebut."
Mendengar itu, Ananda segera melepaskan tangannya dari Laily. Ia merasa tidak enak karena apa yang dilakukannya.
"Terimakasih, Bu. Tapi saya akan tetap melunasinya jika sudah ada uang," kata Ananda lagi.
Biaya operasi Salma tidak lah murah, tidak mungkin ia menerima begitu saja uang sebanyak itu tanpa ada pengembalian.
"Uang saya banyak dan tidak akan menjadi miskin hanya karena biaya operasi. Kamu cukup melakukan apa yang saya katakan."
"Saya juga tidak mau menerima uang dari orang miskin seperti kalian," lanjut Laily.
Mendengar hal tersebut, Ananda hanya bisa tersenyum canggung. Walau kata-kata yang Laily lontarkan begitu sakit terdengar, tetapi Ananda harus tetap merasa senang karena Ia mau membantu operasi Salma, Ibunya.
"Apa yang bisa saya lakukan, Bu?" tanya Ananda kemudian.
"Kamu hanya perlu merawat cucuku, dan menikah dengan anakku. Kita juga akan membuat perjanjian **Kontrak 5 Tahun**. jadi setiap bulan kamu akan mendapatkan gaji. Setelah kontak selesai juga akan ada pesangon."
Ananda mengerjap kaget mendengar hal tersebut. Mengapa juga Ia harus menikahi anak Laily, bukan kah cukup merawat cucunya saja?
Ananda ingin menolak, tapi kata-kata Dokter tadi kembali terlintas di benaknya. Hal itu membulatkan tekad Ananda untuk memilih mengiyakan.
"Saya tidak memaksa jika tidak mau."
Laily segera berdiri dan mau pergi karena Ananda hanya diam, Ia bisa mencari perawat lain yang bersedia untuk merawat cucunya.
Ananda yang tersadar dan melihat Laily telah melangkah, segera ia menyusul dan berdiri menghadang di depan Laily.
"Saya bersedia, Bu. Saya bersedia."
~~~~~~🤗🤗🤗
"Anna."
Ananda tersadar dari lamunan saat mendengar Desi memanggil nya.
"Mikirin apa? Kalau kamu enggan menikah, kita pikirkan jalan keluar nya sebelum terlambat," kata Desi.
Ananda tersenyum mendengar hal tersebut, Ia tidak berani memikirkan jalan keluar seperti yang Desi katakan. Uang 300 juta tidak lah sedikit yang bisa di dapatkan begitu saja.
"Aku cuma teringat Ibu. Dokter bilang 2 hari lagi Ibu bisa keluar dari rumah sakit. Lagipula Uang nya sudah terpakai, jadi tidak ada pilihan lain."
"Kamu benar, kalau saja aku punya uang sebanyak 300 juta. Pasti akan membantumu, Ann."
"Desi, Kamu sudah sangat membantu. Tanpa dukungan dari kamu, pasti aku tidak bisa seperti sekarang."
Ananda sudah mengambil pilihan ini, Ia juga tidak mau membebani Desi dengan masalah yang di alaminya. Ananda juga sudah siap dengan segala kemungkinan yang ada. Ia hanya cukup bersabar selama 5 Tahun.
Lagipula, Laily mengatakan bahwa Ia akan mendapatkan gaji setiap bulan. Berarti untuk 5 Tahun ke depan, Ananda tidak perlu memikirkan biaya hidup bersama Salma, Ibunya.
"Baiklah, sebaiknya kita segera ke KUA saja. Mungkin calon mu sudah menunggu di sana."
Tidak ada raut tersipu saat Ananda mendengar ucapan Desi. Jika pengantin wanita pada umumnya, pasti pipinya akan memerah bila mendengar kata godaan tersebut.
Akhirnya mereka pun keluar dari rumah sederhana Ananda. rumah kecil yang besarnya 5×6 itu menjadi tempat tinggal Ananda bersama Salma.
Hari ini Desi meminta izin satu hari tidak masuk kerja demi menemani Ananda, sedangkan Ananda sendiri sudah mengundurkan diri, karena mulai hari ini ia akan resmi bekerja hanya untuk Laily selama 5 Tahun. Namun Ia juga masih harus terus berada di rumah sakit, karena Kalvin masih belum bisa di bawa pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sleepyhead
Haisssssyibal
2024-09-25
1
Sleepyhead
Bibit Unggul 👍👏😆
2024-09-25
1
Bilqies
lanjut baca disini Thor
2024-05-07
0