"Pak_"
Ananda menggantung ucapannya, ia bingung harus bagaimana. Pikiran nya terbang pada sebuah perjanjian tempo hari.
"Minggir," usir Monika karena Ananda menghalangi pintu dan terus menatap Mario.
Monika juga menatap tajam Ananda saat wanita itu melihat padanya setelah menyuruh Ananda untuk minggir, karena mereka mau lewat.
"Eh, maaf."
Ananda yang tahu dia salah segera menyingkir bersama kata maafnya. Laily yang menyaksikan itu geram sendiri di buatnya.
Mario yang juga lewat di sana hanya menatap Ananda sekilas lalu ikut masuk, Ananda tidak berani membalas tatapan mata Mario.
Sebenarnya Laily tidak sebenci itu pada Monika, tapi karena Monika selalu mempermainkan putranya, Mario. Laily tidak mau jika Mario di injak-injak oleh wanita dan di perlakukan sesukanya.
"Monika, siapa yang menyuruhmu masuk?!" tanya Laily ketus di sertai lirikan sinisnya.
"Ananda, bawa barang-barang Kelvin, kita pulang," perintah Laily dengan Kelvin yang masih selalu ada dalam gendongannya.
"Baik, Bu."
Ananda patuh dan mengambil keperluan Kelvin selama di rumah sakit.
"Ma, mama jangan begini. Monika hanya ingin menemui Kelvin," cegah Mario karena Laily langsung mau membawa Kelvin pulang tanpa mau ia dan Monika melihat lebih dulu bayi itu.
"Kenapa? Kalau kamu sudah tidak peduli pada kami, urus saja wanita itu!"
Laily tidak peduli dan tetap membawa Kelvin keluar di ikuti Ananda di belakangnya.
"Ma," panggil Mario.
Laily berhenti dan menoleh pada putra semata wayangnya itu saat ia telah berada di luar ruangan namun masih jelas bisa melihat ke dalam.
"Ikut pulang dengan Mama atau bersama dengan wanita itu dan tidak akan pernah bisa menyentuh anakmu lagi!" ancam Laily.
Monika juga membulatkan matanya mendengar ucapan Laily. Apa-apaan itu? Seenaknya Laily mengancam Mario begitu.
"Ma, jangan berkata begitu pada Mario!" marah Monika.
Mario juga kaget dengan Monika yang meninggikan suaranya pada Laily, di saat Mario tidak pernah sekeras itu pada Ibunya. Tapi Mario juga tahu, hal itu karena Monika sangat mencintainya.
"Lihat, Mario. Lihat! Wanita apa yang kamu jadikan ratu itu."
"Ayo Ananda, kita pulang saja," Laily memanggil Ananda dan tidak mau berdebat lagi.
Mario juga ingin ikut pergi tapi di tahan oleh Monika.
"Mario, kamu mau meninggalkan ku?" tanya Monika setelah mencegah Mario.
"Monika, kamu dan Mama sangat berarti bagiku. Aku hanya mau menenangkannya saja," jelas Mario.
"Lalu aku, Siapa yang mau menenangkan ku?!" Monika marah dengan Mario yang malah ingin pergi meninggalkan dirinya.
"Kita bicara nanti, aku harus menyusul Mama sekarang."
Mario tidak tinggal lagi dan langsung meninggalkan Monika di ruang sunyi tersebut.
"Kamu jahat padaku, Mario...," lirih Monika menatap kepergian Mario.
Apa susah nya Mario mengajak juga dengan dirinya, Monika tentu tidak akan keberatan dan pasti dengan senang hati mau mengikuti.
"Ini semua karena wanita itu, awas kamu Ananda!"
Monika melemparkan semua masalah yang ada pada Ananda.
Padahal kita semua tahu jika semua ini tidak ada kaitannya dengan wanita malang tersebut.
"Agus, buka pintunya."
Mario hampir terlambat mengejar Laily, Agus sudah hendak menjalankan mobil hitam tersebut.
Untunglah Ia belum ketinggalan.
"Agus, kunci pintu depan itu dan buka setelah saya masuk," perintah Laily yang duduk di bangku belakang kemudi.
Lalu Laily menyerahkan Kelvin yang selalu dia gendong pada Ananda. Ananda menggendong bayi yang sudah di cintai nya itu dengan senang hati, dan setelahnya Laily keluar.
"Untuk apa kamu kesini Mario, bukankah harusnya ikut wanita itu,"
Mario tidak menjawab ucapan Laily dan memilih untuk segera masuk mobil.
"Agus, kenapa masih di kunci?" tanya Mario karena tidak bisa membuka pintu mobil.
"Mama yang suruh," ujar Laily yang berjalan ke tempat Mario berdiri.
Ia membuka pintu mobil itu tanpa hambatan karena Agus langsung membuka kuncinya dan segera duduk di samping supir tersebut.
"Ma, kenapa Mama malah duduk di depan?" tanya Mario bingung.
"Kenapa? Di belakang masih ada bangku kosong kalau mau. Kamu pulang jalan kaki saja kalau tidak mau masuk," kata Laily tidak peduli.
Soal jalan kaki, itu tidak mungkin. Mario dengan mudah menelpon supir yang ada di rumah. Hanya saja, Mario tidak mau Laily semakin kesal padanya jika berbuat demikian.
Akhirnya Mario patuh dan berjalan untuk masuk ke bangku belakang.
"Agus, turun dan keluarkan barang bawaan tadi dari bagasi," perintah Laily lagi pada supir nya itu.
Agus hanya bisa patuh dan mengikuti kemauan Laily. Mario bertanya untuk apa melakukan itu tapi tidak ada jawaban sama sekali dari wanita awet muda tersebut. Mario hanya bisa membiarkan apa yang Laily mau.
"Agus, letakkan di samping Ananda," perintah Laily lagi setelah Agus muncul dengan tas dan beberapa barang lainnya.
Agus mengikuti kemauan Laily dan Ananda membuka pintu mobil.
"Ananda, geser," kata Laily.
"Tapi, Bu\_"
Kalau Ananda bergeser berarti ia harus berdekatan dengan Mario.
"Barang nya taruh di tengah saja," kata Ananda.
Dia tidak mau mengganggu kenyamanan Mario dan juga dirinya jika duduk dekat dengan pria itu.
"Tidak boleh, cepat geser!"
Ananda hanya bisa patuh mendengar suara Laily yang sudah meninggi, entah apa alasannya wanita itu berbuat hal konyol ini, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Mario juga hanya bisa diam dengan semua keinginan Laily, ia tahu jika wanita itu sudah marah atau kesal pasti tidak mau mendengarkan siapapun. Hanya Mario yang biasanya berani untuk menentang kemauannya, tapi hari ini ia berusaha membiarkan.
Berakhir Agus menutup pintu karena Ananda susah untuk menggapainya saat tangan kanannya tengah menggendong Kelvin.
~~~~~~~🤗🤗🤗
Ananda membiarkan jendela mobil itu terbuka, semilir angin masuk melalui celah yang ada dan juga membawa helai-helai rambut gelombangnya menerpa wajah Mario.
Mario ingin marah saat rambut Ananda mengganggu dirinya, dan tidak tahan lagi setelah yang mengganggu nya telah banyak helai.
"Ra\_"
Oeekkk.... Oeekkkk....
Tiba-tiba Kelvin menangis kencang saat Mario hendak bersuara.
"Oh, sayang. Lapar ya?"
Ananda menenagkan Kelvin kecil dan bertanya seakan bayi itu bisa menjawabnya. Ia berusaha mencari susu di dalam tas yang tadi Agus ambil.
Rupanya untuk ini Laily memindahkan tas tersebut ke samping nya, dan jika berada di samping dirinya tidak perlu mengganggu Mario, ia sendiri yang hanya bisa mengambilnya. Cukup bagus, begitu pikir Ananda, ia telah salah sangka pada Laily yang mungkin hendak menjalankan aksinya.
Padahal niat Laily memang seperti itu, ingin agar Mario dekat dengan Ananda dan terbiasa melihat putranya, Kelvin. Sehingga bisa melupakan Monika dengan mudah melalui bayi tersebut.
Laily juga percaya, Ananda tidak mungkin berani menggoda Mario. Ia bisa melihat wajah serius saat berbicara dengan Ananda di rumah sakit tadi, wanita itu memang nampak tidak tertarik pada Mario dan malah lebih tidak suka pada pria itu.
"Mario, apa kamu tidak ada niat menggendong anakmu dan memberikannya susu?" tanya Laily dari balik spion.
"Pak, mau menggendongnya."
Ananda menawarkan, ia juga sebenarnya merasa tidak perlu dengan ucapan Laily. Mario pasti belum terbiasa menggendong bayi, mungkin jika Mario melakukannya di rumah akan lebih baik, sedangkan sekarang masih di dalam mobil.
Saat di rumah sakit, Mario belum pernah menggendong bayi itu, karena takut melukai badan nya yang kecil dan lemah. Tapi saat mendapatkan tawaran itu, Ia dengan ragu-ragu mengiyakan.
Kebetulan Kelvin juga rewel terus, tidak lama menyedot melepaskan nya lagi dan kembali teriak dengan suara khas bayinya. Begitu terus setiap Ananda mengurangi hal yang sama.
Mungkin bayi itu juga ingin di gendong oleh Papanya.
"Pelan-pelan, Pak," ucap Ananda saat tangan besar Mario seperti keras memegang bayi Kelvin. Padahal menurut Mario, ia sudah sangat hati-hati.
"Begini?" tanya Mario.
Perasaanya campur aduk saat pertama kali mengendong bayi itu, ada bahagia yang sangat besar dan tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata.
Tapi Mario juga takut jika dia salah melakukan gerakan dan berakhir menyakiti bayinya.
"Iya, dekatkan ke pangkuan Anda, pak. Agar lebih nyaman."
Mario mengikuti arahan Ananda, ia takut apalagi bayi itu masih saja menangis.
Setelah Ananda melihat Mario telah memposisikan Kelvin dengan baik, wanita itu segera memberikan lagi susu pada bayi itu.
Ananda yang memegang susunya, karena jika di berikan pada Mario takut malah tidak seimbang saat memangku anak itu, apalagi ini ada pengalaman pertama Mario menggendong bayi.
"Dia tidak menangis lagi!"
Mario berseru senang saat Kelvin kecil menyedot susu dalam dot dengan rakus dan tidak melepaskan seperti sebelumnya.
Ia sangat senang menyaksikan anak itu menggerakkan bibir kecilnya, apalagi dengan jarak sangat dekat.
Laily yang duduk di bangku depan sangat senang menyaksikan pemandangan manis tersebut, Ia ingin Mario hanya hidup bahagia dengan putranya dan melupakan Monika. Laily juga akan berusaha untuk mencarikan pasangan yang cocok untuk Mario.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sleepyhead
Segera Hubungi RSJ
2024-09-25
2
Bilqies
aku mampir lagi Thor
2024-05-21
0
Bilqies
kayanya mama Mario ingin mendekatkan Mario sama ananda niih
2024-05-15
0