Huaa....
Huaaa....
Huaaaa....
Dari pagi Kelvin tidak berhenti menangis membuat seisi rumah khawatir di buatnya. Mario sampai tidak pergi ke kantor karena tidak tega meninggalkan anaknya itu.
"Bagaimana Dokter?" tanya Mario.
Sintia harus di hubungi pagi-pagi sekali karena Kelvin.
"Suhu panasnya meningkat, tapi tidak masalah. In sya Allah akan sembuh jika Tuan muda Kelvin sudah tenang. Hal itu terjadi karena badannya yang kaget saja," jelas Sintia dan tidak lupa memberikan obat pada pasiennya itu.
"Dok, sebelum bangun tadi dan saya cek sudah tidak panas."
Sakinah yang setia menjaga Kelvin mengutarakan kondisi Kelvin sebelumnya.
"Benar. Memang seharusnya demamnya sudah turun. Saya terpaksa memberikan obat tidur agar bisa tenang. Tapi sepertinya Tuan Kelvin menangis karena mencari Susternya, sebaiknya segera di pertemukan sebelum Tuan Muda Kelvin bangun."
Tidak ada yang menanggapi ucapan Dokter Sintia, Sakinah dan Cerry hanya menatap Mario. Sedangkan Laily tetap berada di samping Kelvin sambil mengelus anak itu yang tengah tertidur.
"Kenapa? Saya rasa Suster Ananda begitu dekat dengan Tuan Muda Kelvin. Pasti anak itu akan lebih tenang jika ada Susternya," kata Dokter lagi.
Mario ingin membalas dengan ragu-ragu,
"Tapi, Dok. Wanita itu yang membuat anak saya sakit dari kemarin. Kelvin ketakutan pada Ananda. Maka dia sudah di pecat."
Mario berharap Sintia memberikan saran lain, selain mempertemukan Kelvin dan Ananda.
"Rupanya begitu, anak-anak mungkin takut pada orang tuanya saat ia di marahi. Tapi mereka juga tetap menginginkan sosok mereka. Sebaiknya tunggu Tuan Muda Kelvin bangun dan bicarakan baik-baik. Jangan meladeni dengan kepanikan."
Mereka menyetujui ucapan Dokter Sintia dan akan menunggu Kelvin bangun. Mereka memang panik karena Kelvin menangis seperti kesakitan dan tidak mau menerima gendongan siapa pun.
Bibirnya hanya berucap Mama dan Mama serta menghempaskan semua tangan yang hendak menggendongnya.
"Kalau begitu saya mohon pamit."
Sintia izin untuk segera pulang karena urusan nya sudah selesai.
Setelah Sintia pergi, mereka dengan setia menunggu anak kecil itu bangun dari tidurnya. Cukup lama mereka menunggu, sekitar beberapa jam dan akhirnya anak itu membuka pelan matanya.
"Mama," gumam Kelvin.
Butiran keringat terlihat jelas pada pelipis anak itu. Sakinah meletakkan telapak tangan nya pada kening serta leher Kelvin.
"Demam nya tidak sepanas tadi lagi," kata Sakinah.
Laily hendak ingin mengeceknya juga dan Sakinah berangsur mundur lalu duduk di sofa di mana tadi Mario duduki, dan lelaki itu telah berdiri untuk menyaksikan kondisi Kelvin.
"Ma, bagaimana?" tanya Mario.
"Benar, Demamnya sudah berkurang."
Laily menjawab Mario sembari mengelus kepala bocah yang tengah sakit itu.
"Sayang, ini Oma. Kelvin mau apa?" tanya Laily dengan lembut sebelum anak itu menangis seperti yang baru saja terjadi.
"Mama," kata Kelvin dengan lirih.
Laily mendongak melihat Mario setelah mendengar Ucapan Kelvin yang hanya itu-itu saja dari tadi pagi.
"Sayang, Kelvin mau main, atau mau makan sesuatu."
Mario beralih menanyai Kelvin, ia tidak mungkin membawa Mama seperti yang Kelvin inginkan itu.
"Kelvin mau Mama."
Kelvin menggelengkan kepalanya kencang karena tidak mau yang lain, yang di inginkan nya hanyalah Ananda. Anak itu selalu bangun dan tidur bersama Ananda, maka wajar saja jika dia mencari keberadaan Susternya itu.
Sebenarnya Tidak ada yang mengajarkan Kelvin untuk memanggil Ananda dengan sebutan Mama, hanya saja anak itu terus saja bertanya tentang Mama dan akhirnya mereka menyarankan agar Ananda berperan seperti Mama untuk Kelvin.
Itulah mengapa Kelvin ketakutan saat Monika mencoba menggantikan Mamanya dan merebut paksa dirinya.
"Sayang, Mamanya sedang pergi sebentar. Nanti sama Mamanya ya? Sekarang Kelvin makan dulu, Oma suapin. Mau?" kata Laily dengan lembut membujuk anak itu.
Huaaa....
Akhirnya apa yang di takutkan pun terjadi, Kelvin menangis karena orang-orang dewasa itu tetap tidak membawa Mamanya.
Kelvin adalah anak yang bisa berpikir dengan baik, di awal bangun sudah tidak menemukan Ananda dan kembali bangun lagi Ananda tetap tidak ada.
Ananda sering izin padanya untuk pergi menengok Salma, selalu sesaat, tidak pernah begitu lamanya seperti hari ini.
Tentu saja hal itu membuat Kelvin takut mungkin saja terjadi sesuatu pada Mamanya.
"Cup, cup. Sayang, sudah ya."
Mario langsung membawa Kelvin dalam gendongan, anak itu tidak meronta lagi seperti tadi pagi, namun tangisannya semakin pilu terdengar membuat mata Mario ikut memanas saat mendengar nya.
"Kelvin mau Mama?" tanya Mario memastikan.
Ia berharap anak itu mengganti keinginan nya.
"Mau Mama," jawab Kelvin dengan suara yang tidak jelas karena hidung nya tersumbat oleh ingus.
"Papa akan pergi jemput Mama, tapi Kelvin makan dulu sama Oma. Mau?" Ujar Mario lagi berbicara dengan lembut pada anak itu.
"Mau, Papa. Kelvin mau Mama, Kelvin mau makan sama Oma."
Anak itu berkata sambil tersendat-sendat dalam gendongan Mario.
Cup
"Pintar."
Mario mengecup kedua pipi anak itu lalu menyerahkan nya pada Laily.
"Kelvin makan dulu sama Oma, Papa akan pulang membawa Mama. Oke."
Mario berjongkok agar sejajar dengan Kelvin yang kini sudah duduk di pangkuan Laily, sedang Laily duduk menjuntai di atas tempat tidur Kelvin.
"Oke, Papa!"
Kelvin begitu semangat menjawab ucapan Mario, wajah penuh air matanya di hiasi dengan senyuman manis, berharap Mario segera membawa pulang Mamanya.
"Mario, kamu akan menyuruh Ananda untuk ke sini lagi?" tanya Laily saat melihat putranya itu hendak beranjak pergi.
Hah....
"Sepertinya begitu, Ma. Kelvin akan semakin sakit jika terus mencari Ananda," kata Mario yang terlihat sangat di paksakan.
"Baiklah, suruh dia datang dengan baik-baik."
Mario tidak menanggapi ucapan itu, ia berniat akan mengatakan dengan tegas pada Ananda untuk tidak kasar lagi pada Kelvin.
"Sayang."
Saat hampir di ambang pintu, Mario di hentikan dengan kemunculan Monika dan Sulis yang mengikuti di belakang Monika.
"Monika, sedang apa kamu di sini?" tanya Mario.
"Sayang, aku ke sini tentu saja untuk menemui Kelvin. Kemarin aku pulang tanpa pamit dengan nya," ujar Monika dengan suara lembut.
Laily memberikan Kelvin pada Sakinah, dan beranjak untuk menghampiri Monika. Cerry sudah tidak ada di sana, Ia sudah pergi ke kampus, begitu juga yang lainnya yang sudah pergi bekerja sejak pagi tadi.
"Bi, kenapa Monika bisa masuk di rumah ini?" tanya Laily dengan suara tegas pada Sulis yang berdiri takut di samping belakang Monika.
"Anu, Nya. Itu, saya sudah melarang, tapi_"
"Oh, jadi Mama Laily yang menyuruh Bibi Sulis untuk mencegahku masuk di rumah ini!"
Sulis bahkan belum menyelesaikan ucapannya, tapi Monika sudah memotong dengan menghardik Laily.
"Lihat sayang, Mama Laily mencoba untuk tidak membiarkan aku masuk di rumah ini," Monika mengadu pada Mario dengan suara yang terdengar sedih dan nampak kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bilqies
hadeeeh uler keketnya datang lagi
2024-06-12
0
Bilqies
cepat bawa kembali anada Mario kasihan si kelvin
2024-06-12
0
Bilqies
jadi ikutan sedih dengar permintaan si kelvin
2024-06-12
0