**___** 🤗🤗🤗
"Dokter! Dokter!"
Yang berteriak itu adalah Rasyid, ayah Della.
Mereka tengah beriringan sembari mendorong tandu ambulans bersama para perawat.
"Papa. Anak kita, Pah," kata Ratna sedih dan khawatir dengan kondisi Della.
"Sabar, Ma. Della tidak akan Kenapa-napa," ucap Rasyid menenangkan sang istri, walau ia sendiri juga tidak bisa tenang.
"Di mana Dokternya?!" teriak Rasyid lagi kala tidak menemukan seorang Dokter yang menghampiri tandu ambulans tersebut.
"Pak, Dokter sudah menunggu di ruang gawat darurat," ucap salah satu perawat yang ikut mengiringi tandu tersebut.
Rasyid tidak bersuara lagi, ia terus melangkahkan kakinya dengan cepat dan hanya memandangi Della yang tengah berbaring tidak sadarkan diri.
"Maaf, Bapak, Ibu. Selain pasien di larang masuk," ucap seorang perawat perempuan yang tadi sudah menunggu pasien bersama para perawat dan juga Dokter yang akan menangani.
Dia adalah Ananda, belum lama ini ia berhasil di terima kerja di sebuah rumah sakit tersebut.
"Saya Mamanya, Sus. Izinkan saya ikut masuk," ucap Ratna yang masih kekeuh untuk ikut masuk dalam ruangan tersebut setelah tandu yang membawa Della sudah tidak terlihat.
Hanya tinggal Ananda lah yang masih tetap ada di pintu tempat di mintai nya itu.
"Maaf, Dokter harus fokus bekerja. Mohon kerjasama nya agar pasien cepat di tangani."
Ananda berujar cepat dan langsung menutup pintu IGD itu dari dalam serta tidak mengizinkan keluarga ikut masuk.
"Pah, Della Pah."
Ratna hanya bisa mengadu pada Rasyid yang juga sedang tidak berdaya dengan keadaan Della saat ini, Ia hanya bisa menenangkan sang Istri dengan memeluknya karena dia juga membutuhkan pelukan.
"Deri, kamu coba hubungi Mario lagi."
Laily juga serta beberapa keluarga turut hadir mengikuti Ambulans yang membawa Della.
Ia tidak mau menantu dan calon cucunya kenapa-napa, sedangkan Mario penyebab semua ini malah tidak bisa di hubungi.
"Tetap tidak bisa Tante, Mario tidak menjawab panggilan. Aku sudah mencoba puluhan kali," kata Deri.
Entah sudah berapa banyak ia mencoba untuk menghubungi Mario, tetapi hasilnya tetap sama dan tidak ada jawaban dari sebrang.
"Kak. Kakak pergi ke Kantor aja kasih tahu Kak Mario. Mungkin dia sedang membisukan telepon nya," usul Cerry.
Cerry adalah adik perempuan Deri yang juga turut ikut ke rumah sakit.
"Kamu benar, Dek."
Tanpa menunggu lagi, Deri segera pergi untuk mencari sendiri Mario dan Monica berada di mana.
Semoga saja mereka segera kembali ke kantor agar Deri tidak bersusah payah mencari ke tempat lain.
Deri tidak mungkin mengatakan jika Mario sedang bersama Monika, karena pasti Laily akan mengamuk pada Mario jika mengetahui hal tersebut. Jalan terbaik memang Deri pergi berbicara langsung dengan Mario.
Deri sudah mencari ke kantor dan tidak menemukan keberadaan mereka.
Sekarang ia sedang berada dalam mobil untuk kembali mencari, tapi niatnya terhenti saat teringat sesuatu. Ia segera mengeluarkan Handphone dan menelepon Monika.
"Angkat...," pinta Deri saat panggilan hampir berakhir.
"Ada apa menghubungi ku, Der?" tanya wanita di balik telepon.
Deri mencoba membuang nafas kasar nya agar tidak mengeluarkan kata kasar pada Monika. Bagaimana pun, Monika adalah perempuan.
"Monika, cepat berikan teleponnya pada Mario," kata Deri.
"Memang nya ada apa?" tanya Monika acuh tak acuh.
Sebenarnya ia malas berbicara dengan Deri, tetapi hal penting apa sampai Deri tidak sabar menunggu Mario kembali ke kantor.
"Monika....! Aku tidak punya banyak waktu berbicara dengan mu," kata Deri nampak terdengar marah.
"Ya sudah."
Mendengar itu Monika langsung mematikan sambungan telepon dari Deri begitu saja, jika tidak mau bicara padanya mengapa meneleponnya? Aneh!
Mereka baru saja selesai makan di sebuah restoran, tetapi Deri malah membuat mood Monika yang baru saja terisi, malah rusak karena kelakuan Deri yang membuat nya kesal.
"Ada apa?" tanya Mario melihat wajah Monika yang nampak kesal.
"Deri menelepon ku, tapi tidak mau bicara dengan ku. Ya sudah, panggilan nya aku bunuh saja," kata Monika kesal namun sedikit manja saat berbicara pada Mario.
Mario hanya menanggapi nya dengan gelengan kepala mendengar apa yang Monika katakan.
Ddrrtttt....
Ponsel Monika kembali berbunyi saat Mario ingin menanyakan alasan dari Deri tidak mau berbicara dengan Monika. Karena Mario tahu seperti apa sepupunya itu, walau ia membenci orang lain tetapi tidak akan mengatakan jika ia tidak menyukai orang tersebut.
"Tunggu, jangan di bunuh dulu. Biar aku yang coba berbicara," cegah Mario saat Monika hendak mematikan panggilan masuk tersebut.
"Der, Ini aku Mario. Ada apa kamu menghubungi Monika?" tanya Mario setelah mengangkat panggilan tersebut.
"Apa?! Aku pulang sekarang."
Kata Mario begitu mendengar apa yang Deri sampai kan, tetapi Mario tidak mendengar sampai selesai dan langsung memutuskan sambungan untuk kembali pulang ke rumah.
Deri masih ingin memberi tahunya, jika Della telah memotong nadinya sendiri karena Mario tidak kunjung datang, dan sudah di bawa ke rumah sakit. Tetapi Mario malah langsung memutuskan sambungan tanpa mendengarkan sampai selesai.
~~~~~~~~🤗🤗🤗
"Dilla akan menikah dengan Mario. Saya tidak mau cucu kami berada di tangan orang lain."
Tiba-tiba Rasyid bersuara setelah sunyi menerpa dalam ruangan itu. Mereka baru saja dari pemakaman Della. Saat ini mereka tengah berkumpul di kediaman Rasyid dan para pelayat telah pulang menyisakan keluarga.
Untuk pihak Mario, hanya Tinggal Laily yang menemani. Sebagian telah pulang dan juga ada yang pergi ke rumah sakit.
Ya, Della tidak bisa tertolong. Niatnya begitu kuat sampai maut pun tetap mengambil nyawa nya walau telah di lakukan penyelamatan.
Della meninggalkan malaikat kecil yang bahkan harus lahir dengan prematur karena Della sudah tidak bernyawa. Untungnya sang janin masih bisa bertahan di dalam tubuh yang sudah tidak bernafas.
"Pah, bisakah kita membicarakan ini nanti. Della bahkan baru di kebumikan, tapi kalian sudah merencanakan hal yang akan sangat menyakitkan bagi Della."
Ratna yang masih merasakan duka tidak terima dengan apa yang Rasyid, suaminya utarakan.
"Ma, Papa nglakuin itu supaya anak Della tidak di celakai orang jahat."
Dilla ikut menimpali tanggapan Ratna. Ia tentu sangat senang mendengar apa yang Rasyid, Papanya sampaikan.
Mendengar apa yang Dilla katakan, Ratna hanya bisa diam dan masih berwajah sedih mengingat putri sulungnya.
"Tidak bisa, Mario akan menikah dengan Ananda," ujar Laily.
Laily tidak mau bila Mario menikah dengan Dilla, saudari Della. Walau mereka nampak baik, tapi Laily tidak mau jika Mario kembali terikat dengan keluarga mereka.
Ia juga sangat kaget begitu mendengar ucapan Rasyid tadi, begitupun dengan Mario yang juga saat ini berada di sana dan dalam kondisi menyayangkan. Wajah nya masih membiru karena mendapat pukulan dari Rasyid kemarin.
"Ananda, siapa orang itu? Saya tidak bersedia. Sebaiknya kami saja yang mengambil bayi itu jika kalian tidak menyetujui kemauan ini," kata Rasyid tegas.
Laily menghela nafas mendengar ucapan Rasyid, Mario juga tidak menyahut karena mungkin sudut bibirnya terasa sakit bila berbicara.
"Kelvin, namanya Kelvin," kata Mario yang membuka sedikit mulutnya.
"Sudah sayang. Biar Mama yang bicara."
Laily mencegah Mario untuk kembali bersuara, Ia kasihan bila Mario menahan sakit begitu.
"Besan. Ananda itu adalah seorang perawat, dia bisa menjaga Kelvin dengan baik. Saya tentu juga tidak mau bila cucuku kenapa-napa. Untuk itu Ananda adalah pilihan yang tepat. Kalian tentu tahu jika Kelvin seperti apa kondisinya."
"Dokter bilang mungkin saja akan memerlukan waktu sampai Kelvin tumbuh seperti anak lainnya. Apakah Dilla bisa memberikan jaminan, bisa merawat Kelvin dengan baik melebihi seorang yang berpengalaman?" lanjut Laily panjang lebar dan memberikan pertanyaan itu.
"Tante, kita bisa menyewa perawat tanpa perlu menikahinya," kata Dilla cepat bahkan melebih Rasyid yang ingin membalas ucapan Laily.
Dilla tidak mau jika kesempatan nya menikah dengan Mario hilang begitu saja, hanya kerena perawat bernama Ananda itu.
Laily menggeleng,
"Bagi saya, itulah yang bisa menjamin keselamatan Kelvin. Perawatan itu tidak akan berani macam-macam jika Mario menikahinya."
Keluarga Rasyid tidak bisa bersuara mendengar ucapan Laily
Dilla juga tentu tidak bisa memberikan jaminan, karena itu bukanlah bidang nya. Jadi diapun hanya bisa diam dengan semua ini.
Tapi dia pasti akan tetap berharap agar bisa menjadi Nyonya Mario
~~~~~~~🤗🤗🤗
1 Minggu berlalu. Hari ini, di sebuah restoran yang ramai pengunjung, sepasang Insan tengah duduk berdua setelah mengisi perut mereka.
"Sayang," panggil Monika.
Wanita cantik itu meraih kedua tangan Mario dengan kedua tangannya, mereka saling menatap dan memberikan senyuman simpul.
"Bukan kah Della sudah tidak ada?" tanya Monika malu-malu.
"Lalu? kenapa kalau Della sudah tidak ada."
Mario tersenyum dan mengelus tangan Monika dengan jempolnya.
"Kapan kita menikah? Bukan kah sudah tidak ada halangan untuk kita menikah."
Monika sangat menantikan hari dimana ia bisa bersama dengan Mario selamanya, Ia sudah merasa puas karena Della sudah mati.
Monika bahkan tidak menyangka jika semudah itu Della bunuh diri.
"Monika, apakah kamu masih mencintai ku?" tanya Mario.
Mendengar itu Monika langsung mengangguk cepat.
"Tentu saja. Aku sangat mencintaimu, Mario. Kenapa kamu bertanya begitu?"
Monika seperti menangkap hal lain dari pertanyaan Mario.
"Bisakah kamu menunggu lebih lama lagi."
Genggaman Monika mengendor, namun Mario tetap setia menahan tangan Monika.
"Kenapa? Kamu juga mencintaiku, untuk apa kita menunda lagi," ujar Monika.
Mario membawa salah satu punggung tangan itu ke bibirnya dan mengecup.
"Mama belum merestui, dan dia akan merestui jika aku mengabulkan syarat nya."
Wajah tanya Monika nampak jelas setelah mendengar ucapan Mario.
"Keluarga Della ingin mengambil Kelvin, anakku. Mereka mau menyerahkan nya jika aku menikahi Dilla."
Monika langsung menarik tangan nya mendengar apa yang Mario sampaikan.
"Lalu kamu mau menikahi nya!" Marah Monika.
Ia tentu tahu siapa Dilla, Dilla saudari kembar Della. Walau Monika tidak membenci Dilla seperti pada Della, tapi tetap saja. Monika tidak akan pernah melepaskan Mario untuk siapapun.
"Tidak. Aku tentu tidak mau, mama juga demikian. Makanya Mama memintaku menikahi seorang perawat selama 5 tahun. Waktu itu sudah cukup agar Kelvin bisa sehat dan baik seperti anak lain."
Monika membeku mendengar hal itu, mendengar apa yang Mario sampaikan, sudah jelas pria ini menyetujui hal tersebut.
"Lalu aku? Bagaimana dengan hubungan kita?" tanya Monika pelan. Perasaan nya campur aduk akan kenyataan ini.
Mario kembali meraih tangan Monika dan menggenggam nya erat.
"Kumohon untuk bersabar. Aku hanya meminta waktu 5 tahun."
"Siapa wanita itu?" tanya Monika.
Ia harus menemui wanita itu secara langsung.
"Aku belum pernah melihatnya, Mama bilang namanya Ananda."
~~~~🙏🙏🙏🙏
Mohon maaf, Untuk suatu dan lain hal sehingga Kontrak 5 tahun baru bisa di lanjutkan.
In sya Allah mulai sekarang akan giat untuk mengupdate 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sleepyhead
U bet a go to hell...
2024-09-25
1
Sleepyhead
Kamu hanya cocok untuk menjadi wanita penampung sprem /Facepalm/ klasifikasi utk menjadi Istri ------------
2024-09-25
1
Sleepyhead
Extreme yah Vocab nya /Tongue/
2024-09-25
1