"Pak, biar saya yang gendong Kelvin."
Ananda menyarankan saat mobil mereka telah sampai di halaman kediaman Okto.
Mario menurut dan menyerahkan bayi kecil itu pada Ananda. Mereka pun keluar dari mobil hitam tersebut.
Untuk Ananda, ini adalah kali ke-2 ia menginjakkan kaki di tempat tersebut, langkahnya terus mengikuti Laily dan Mario memasuki rumah besar dan megah itu.
"Besan," sapa Ratna saat mereka baru saja sampai di dalam.
Rupanya Ratna telah menunggu mereka bersama Dilla di sana.
Sesama besan itu pun saling ber cipika-cipiki.
"Tante," Dilla juga ikut salim pada Laily dan memberikan senyum manis serta tidak lupa mencuri pandang pada Mario.
"Besan, tumben. Ada apa?" tanya Laily langsung pada intinya.
"Kami hanya mau melihat Kelvin," jawab Ratna.
Akhirnya Ratna pun mengambil alih Kelvin dari gendongan Ananda. Mario langsung menuju ke kamar, ia sedang malas berbasa-basi dengan mantan mertua dan iparnya itu.
Mario ingin istirahat sebentar, dan mungkin akan mengerjakan pekerjaannya yang tertinggal hari ini di rumah saja.
"Ananda, ikuti saya."
Laily memanggil Ananda untuk ikut dengan nya, mungkin akan menunjukkan untuk kamar yang akan wanita itu tempati. Begitu pikir Ananda.
"Tapi, Bu. Kelvin."
"Mereka itu juga Nenek dan Bibinya, Kelvin aman dengan mereka."
Jelas Laily yang melihat kekhawatiran Ananda bila meninggalkan Kelvin.
Ananda tahu hal itu, soalnya Ratna pernah ke Rumah Sakit bersama dengan Dilla juga. Mungkin 2 kali kalau tidak salah, pikir Ananda, Yang lupa-lupa ingat.
Ia malas memikirkan berapa, tapi juga khawatir jika meninggalkan Kelvin. Entahlah, Ananda hanya merasa lain jika keluarga itu datang berkunjung di rumah sakit tempo hari. Akhirnya Ananda hanya bisa mengikuti langkah Laily.
"Ma, apa yang kalian lakukan di sini!" Kaget Mario karena pintu kamar nya di buka begitu saja. Padahal dia baru saja ingin istirahat sebentar.
Ananda juga kaget saat tahu itu adalah kamar milik Mario, kamar itu sangatlah besar dan mewah. Apalagi saat ini Mario tidak mengenakan pakaian atas dan memperlihatkan perut yang bergaris kotak-kotak.
Ananda sampai menelan liur dengan susah payah melihat pemandangan itu, ia juga segera membuang pikiran aneh dan beralih pada hal lain.
Mario memanglah sangat tampan, ketampanannya di atas rata-rata dan banyak menarik perhatian kaum hawa.
"Mama cuma mengantar Ananda," jawab Laily yang sudah masuk di dalam tanpa peduli sama sekali.
"Kalau mau antar, kenapa harus di sini Ma. Mario mau istirahat sebentar."
Mario menatap tajam Ananda yang dari tadi menunduk.
"Kau, kenapa ikut masuk?!" kata-kata penuh tekanan Mario berikan pada Ananda.
"Karena dia akan tinggal di sini, Mario. Mama juga akan memindahkan tempat tidur Kelvin di kamar ini."
Mario langsung menoleh pada Laily.
"Maksud Mama apa? Ada banyak kamar kosong di rumah ini. Dia tidak perlu ikut tinggal di kamar ini."
Mario tidak terima dengan keputusan Laily. Bukan kah Ananda hanya untuk mengurus dan menjaga Kelvin saja?
"Mario, Mama lakukan ini supaya kamu ada waktu untuk putramu. Bukan hanya sibuk pada pekerjaan yang tidak pernah ada habisnya."
Mario hanya bisa membuang kasar nafasnya, berharap tidak meluapkan emosi karena keputusan Laily ini.
"Ya sudah, terserah saja."
Mario malas berdebat, waktu untuk istirahat nya sudah hilang dan tidak mau istirahat lagi, ia langsung pergi keluar dan menuju ruang kerjanya. Tapi sebelum itu ia mengenakan baju lebih dulu.
Malam hari pun tiba, Kelvin sudah meminum susunya dan kembali terlelap, Ananda juga sudah mengganti popok bayi itu. Ia juga tidak ada kerjaan lagi sampai dua jam ke depan.
Waktu sudah pukul 09 malam, pergantian detiknya sangat nyaring di telinga Ananda dalam kamar luas dan sunyi itu.
"Kamar sebesar ini cuma milik satu orang," gumam Ananda meneliti setiap sudut dan dinding.
Cat yang di gunakan tidak terlalu mencolok, khas warna pria dan Ananda cukup suka dengan kombinasi warna putih, hitam dan abu-abu tersebut.
Ceklek.
Tiba-tiba pintu di buka dari luar dan nampak lah Mario. Ananda memperhatikan sekejap dan kembali melihat dinding. Mario juga seakan tidak memperdulikannya.
Namun pandangan nya terusik dengan gerakan Mario yang membuka baju dan hendak menanggalkan celana panjang yang pria itu kenakan.
Apakah dia tidak tahu jika perbuatannya merusak mata suci Ananda?
"Pak, apa yang mau anda lakukan?" tanya Ananda dengan mata membesar. Apa pria itu sungguh tidak sadar jika ada orang lain di kamar ini.
Padahal Ananda cukup besar dan tengah duduk di sofa, tidak mungkin Mario tidak melihat keberadaan nya.
Apalagi pria itu sudah berjalan dari pintu dan menuju sebuah ranjang besar. Tentu saja melewati Ananda, akan sangat mustahil jika dirinya tidak nampak.
Mario menyelesaikan membuka celananya tanpa peduli dengan penglihatan Ananda. Ia hanya meninggalkan celana pendek sepaha.
Mario mengambil baju dan celana bekas nya lalu melemparkannya pada Ananda.
"Simpan di tempatnya."
Ananda kaget saat lemparan itu tepat mengenai mukanya, dan Mario dengan tidak merasa bersalah nya menyuruh Ananda.
Ananda membuka baju itu dari wajahnya dengan wajah kesal dan menyumpahi Mario dalam hati.
"Kenapa hanya diam? Aku menyuruhmu bukan untuk diam!"
Mario menaikkan nada suaranya dan terpaksa Ananda berdiri menuju kamar mandi menaruh baju Mario yang sudah kotor itu.
"Baca peraturan menempati kamarku."
Mario yang sudah berbaring di atas kasur menyodorkan sebuah kertas, untuk Ananda patuhi selama tinggal sekamar dengannya setelah wanita itu muncul kembali.
Ananda berjalan untuk mengambil kertas tersebut, setelah ia meraihnya Mario berbalik memunggungi gadis itu untuk segera tidur.
Ananda kembali duduk di sofa dan membaca kalimat per kalimat yang tertera di atas kertas putih itu.
"Lalu aku harus tidur di mana?" gumamnya bertanya saat melihat kalimat tidak boleh tidur satu ranjang.
"Hih, siapa juga yang mau tidur dengan orang itu!"
Ananda meralat ucapan sebelumnya sambil menampar bibirnya sendiri, entah apa yang dia pikirkan saat membaca kertas itu sampai berpikir tidur seranjang.
"Lagipula kamar ini sangat besar, aku bisa baring di mana saja walau bukan di ranjang," kata Ananda lagi berbicara sendiri.
Ia bisa tidur di sofa, atau di lantai, Ananda tidak masalah.
Untuk beberapa poin Ananda tidak masalah, seperti menjaga kebersihan dan harus mengetuk pintu jika Mario ada di kamar, atau tidak mengganggunya saat pria itu tertidur.
Hanya saja, Ananda menyipitkan matanya saat sampai pada tulisan harus terus mematuhi perintah pemilik kamar.
"Kenapa tidak sekalian dia tulis untuk memperalat ku sesukanya!"
Sambil berkata, Ananda menatap jengkel dan sinis pada punggung yang membelakanginya itu.
"Jangan menatapku dengan mata jelek mu itu."
Ananda kaget karena tiba-tiba Mario bersuara dan berbalik menghadap ke arahnya. Bukannya orang itu sudah tidur?
Cepat-cepat Ananda beralih melihat hal lain seakan tidak membenarkan ucapan Mario tadi.
'*Bagaimana dia bisa tau aku melihatnya*' batin Ananda.
"Jangan sok melihat dinding, jika kau berani menatap ku dengan mata jelek mu itu lagi!" kata Mario penuh penekanan.
"Ke\_ kenapa, Pak?" tanya Ananda merasa takut saat mata tajam itu menatapnya, tapi juga penasaran apa yang akan Mario lakukan padanya.
Tidak adil sekali, Mario bahkan melihat dirinya saja ingin menelan Ananda hidup-hidup, tapi Ananda malah di kasih ancaman jika melihat orang itu.
'*Kalau saja aku punya kuasa, tidak akan ku biarkan di perlakukan seperti ini. Dasar iblis*!
Ananda hanya bisa berperang dengan batinnya.
"Aku akan mencongkel matamu dari tempat nya jika masih berani!"
"Jangan, Pak!"
Ananda takut mendengar perkataan Mario yang seakan langsung mengeluarkan matanya dari tempatnya.
Ananda sampai tidak sadar mengeluarkan air mata sangking refleks nya bila mata itu di congkel.
"Untuk sekarang aku masih mengampuni mu, awas saja jika kau berani. Aku tidak main-main dengan ucapanku."
Sebenarnya Mario merasa lucu, hanya karena ancaman kecilnya tadi Ananda sampai se takut ini. Rupanya mengerjai wanita itu juga tidak buruk
"Tidak akan, Pak."
Ananda menggeleng cepat di sertai ketakutan di matanya.
"Pak," panggil Ananda takut-takut.
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sleepyhead
Betulkan tidak bs mengambil sikap
2024-09-25
1
Sleepyhead
Tapi lemah dalam mengambil keputusan, untuk jodoh saja masih diatur oleh mamahnya yg berkuasa.
2024-09-25
1
galak bener deh mario.. kasihan ananda
2024-05-10
0