Malam hari sebelumnya, di rumah Ananda. Gadis itu tidak nyaman dalam tidurnya, ia terus memikirkan Kelvin.
"Sayang, kamu sedang apa," lirih Ananda bertanya pada dinding.
Saat ini ia tengah berbaring sembari memeluk guling yang telah lama ia tinggalkan, kerinduan pada kamar tercinta telah terobati.
Hanya saja, gelisah dan khawatir entah mengapa terus saja menghantui. Pikiran nya tidak lepas dari Kelvin yang mungkin saja tidak bisa makan tanpa dirinya.
Anak kecil itu biasa bergantung pada Ananda, ia bahkan tidak mau di suapi atau di mandikan orang lain.
"Masa belum sehari aku sudah seperti ini?!"
Hah....
Ananda menghela nafas lalu berbalik disisi kiri bersama guling yang terus di peluk. Ia sudah memperingati dirinya untuk bisa bertahan tanpa Kelvin.
Ananda sudah terbiasa membaca dongeng untuk anak itu sebelum tidur. Mereka akan tertawa jika dongeng yang Ananda bawakan terdengar lucu.
"Aku merindukan Kelvin."
Ananda tidak bisa memaksa dirinya, ia segera bangun bersama wajah galau. Pikiran nya di penuhi ketakutan, takut Kelvin tidak makan dengan baik malam ini.
Tok.
Tok.
Tok.
"Ibu."
Ananda mengetuk pintu kamar Salma, mungkin ia akan tidur dengan Ibunya itu. Sudah lama ia tidak tidur dengan wanita baya tersebut. Dengan demikian semoga saja ke inginnya untuk tidur bersama Kelvin bisa sedikit terobati saat Salma menggantikannya.
Ceklek.
"Ada apa, Nak?" tanya Salma setelah membukakan pintu.
"Anna tidur dengan Ibu ya," pinta Ananda.
Salma mengernyit heran, bukan kah saat Salma menawarkan tadi Ananda bilang masih ingin tidur dengan kamar yang sudah lama dia tinggalkan?
"Boleh ya, Bu. Hehehehe."
Ananda tahu, mungkin Salma terdiam karena tadi Ananda sempat menolak saat Salma meminta nya untuk tidur bersama.
"Ya sudah, ayo."
Akhirnya Ananda masuk dan mereka pun tidur bersama, Ananda tidak ragu tidur sambil memeluk Salma.
Ia berharap bisa melupakan Kelvin yang biasa di peluk saat bocah itu telah tertidur saat cerita dongeng telah selesai.
"Assalamualaikum."
Di pagi hari, saat Ananda tengah sibuk membuat sarapan untuk nya dan Salma, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu sederhana mereka dan terdengar salam setelah nya.
Karena Salma tengah berada di dalam kamar kecil, terpaksa Ananda harus menjeda masakannya dan pergi ke depan.
Ceklek
"Waalaikumussalam."
Ananda menjawab salam sambil membuka pintu rumah mereka.
"Hallo Anna."
Rupanya seorang pria dengan senyum menawan yang tengah menunggu Ananda untuk membuka pintu.
"Herman!"
Ananda memekik tidak percaya dan bahkan langsung memeluk pria yang bernama Herman itu.
"Kamu kapan pulang dari Amerika?" tanya Ananda tidak sabar menunggu jawaban.
"Ayolah Nona Anna yang cantik, apa kita harus berbicara seperti ini."
Herman sangat bahagia dengan respon Ananda yang menyambut kemunculan nya dengan ekspresi seriang itu.
"Oh Maaf, ayo masuk."
Ananda menawarkan sambil tersenyum canggung, ia menarik tangan pria itu untuk masuk agar kecanggungan nya tidak nampak.
"Kamu duduk dulu, aku harus membuat sarapan dan menyajikan minum untuk mu."
Herman dengan patuh duduk di atas tikar yang telah berubah dari terakhir ia duduk di situ, mungkin sudah di ganti.
Herman yang bisa di bilang adalah anak orang kaya, tidak ragu untuk duduk lesehan di atas tikar murahan itu. Ia akan menunggu dengan tenang sampai sajian yang Ananda katakan datang.
Tidak berselang lama, akhirnya minuman sebuah teh manis bersama beberapa potongan kue telah datang.
"Herman, Kamu minum dulu sambil bercerita dengan Ibu, aku mau melanjutkan membuat sarapan. Belum makan kan?" tanya Ananda memastikan.
"Belum."
"Anna, biar Ibu saja yang buat sarapan."
Kebetulan Salma telah selesai dari kamar kecil dan langsung melihat siapa gerangan tamu mereka.
"Sudah, ibu di sini saja. Biar aku yang buat, lagian sudah mau selesai."
Ya, Ananda sudah menyiapkan bumbu, tinggal menggoreng saja, karena ia berniat untuk membuat nasi goreng.
"Benar, Bibi. Aku sudah lama tidak makan masakan Ananda," sahut Herman.
Ia memang belum sarapan dari rumah, bahkan ia sudah tidak sabar untuk menunggu pagi dan segera meluncur ke rumah Ananda.
"Hehehehe, kau ini."
Ananda tersenyum malu dan sedikit memukul punggung Herman, yang kini sedang duduk dan Ananda yang telah selesai menyajikan minum.
Salma hanya menggeleng dan ikut duduk di sana.
"Anna, kamu pergilah buat sarapan nya. Tamu kita sudah lapar," kata Salma dan Herman memberikan kedipan mata pada Wanita baya itu.
"Oke, tunggu ya."
Ananda segera pergi untuk menggoreng nasi meninggalkan Herman bersama Salma.
~~~~~🤗🤗🤗
"Herman, cepat cerita. Kapan kamu pulang dari Amerika?"
Ananda mengulang pertanyaan nya. Saat ini mereka sudah selesai sarapan dan hanya duduk berbincang-bincang. Salma sudah pergi ke dapur untuk membersihkan piring kotor yang telah mereka pakai tadi dan membiarkan Herman bersama Ananda. Karena dia sendiri sudah menanyakan pertanyaan Ananda itu pada Herman saat Ananda membuat sarapan tadi.
"Kemarin aku tiba di Indonesia."
"Lalu bagaimana dengan di Amerika, katamu sudah bekerja di sana?" tanya Ananda lagi.
"Aku ingin menyelesaikan urusan ku di sini dulu, baru setelah itu memutuskan untuk kembali ke Amrik atau menetap di sini," jelas Herman.
"Urusan apa?"
Ananda mengernyit kan dehi serta rasa ingin tahu.
Namun Herman tidak menjawabnya dan hanya memberikan Ananda senyuman.
~~~~~~🤗🤗🤗
"Aku tidak mau sama Bibi jahat!"
Kelvin menolak keras dan mempererat pegangannya pada Sakinah saat Monika mengajaknya bermain.
"Sayang, ini Mama Monika," bujuk Monika berusaha sabar dan selembut mungkin.
"Bukan."
Kelvin nampak takut dan tangan nya gemetar memegang Sakinah.
"Oma Kinah, Kelvin tidak mau sama Bibi jahat."
Kelvin semakin berpegangan erat.
"Iya sayang, Kelvin akan tetap dengan Oma."
Sakinah menyadari ketakutan Kelvin dan meyakinkan anak itu, bahwa Ia tidak akan melepaskannya dengan memeluk tubuh kecil Kelvin.
"Monika, kenapa Kelvin ketakutan saat melihatmu!"
Mario yang dari tadi menyaksikan hal itu menarik Monika dari jongkoknya sampai wanita itu berdiri mengikuti lengannya yang tertarik.
"Mario, aku juga tidak tahu. Kemarin Ananda menakut-nakuti Kelvin sampai Kelvin ikut takut padaku. Semua ini karena ulah Ananda," jelas Monika.
Sebenarnya Mario ragu dengan penjelasan Monika tersebut, tidak mungkin Kelvin akan takut sampai gemetar jika memang kemarin takut pada Ananda saat melihat kehadiran Monika.
"Mario, kamu melihat nya sendiri kan. Itulah sebabnya nya Mama menyuruh Sulis untuk melarang Monika masuk di rumah ini."
Laily menyunggingkan senyum di sudut bibirnya, ia tahu pasti kali ini Mario bisa berpikir dengan baik.
"Lihatlah anakmu itu, dia sangat ketakutan dengan kehadiran Monika."
"Tidak sayang, aku akan mencobanya lagi. Pasti Kelvin tidak akan takut padaku."
Tanpa menunggu persetujuan dari mereka, Monika kembali membujuk Kelvin.
Hua....
"Sudah Monika!"
Kali ini Mario menarik Monika dengan keras, karena Kelvin malah menangis karena kelakuan Monika yang terkesan memaksanya.
"Mario, kamu kasar padaku...."
Mario menjambak rambutnya sendiri setelah menyadari apa yang telah dia lakukan. Ia segera melangkah lebar menuju pintu.
Brak!
Pintu di tutup dengan kencang yang membuat daun pintu itu kembali terbuka karena kaget dengan reaksinya.
Mario meninggalkan mereka yang terkejut dengan kelakuannya. Sakinah dengan cepat menutup telinga Kelvin agar anak itu tidak kaget dengan suara yang di ciptakan Mario.
Mario akan pergi menyeret Ananda agar Kelvin berhenti menangis, ia menjalankan mobilnya dengan cepat.
Tetapi di tengah perjalanan, Mario baru sadar kalau ia tidak tahu di mana alamat tempat tinggal Ananda. Terpaksa Ia menghubungi Deri yang ada di kantor untuk memberitahu alamat nya. Karena Deri sering memberikan tumpangan pada Ananda saat wanita itu pergi menjenguk Ibunya di pagi hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sleepyhead
Curiga mau melamar Amanda
2024-09-25
1
Sleepyhead
whooaahh percikan cemburu mulai datang
2024-09-25
1
Qaisaa Nazarudin
Semoga aja Mario sadar kalo yg Kevin takutkan itu Si Mo bukan Anna..
2024-05-20
1