Siapa Lelaki Itu?!

Dalam sebuah gedung pencakar langit, Deri tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya yang lumayan banyak karena Mario tidak masuk bekerja.

Drrttt....

Ponselnya berdering membuat pria yang belum menikah itu menghentikan pekerjaan nya dan melihat siapa yang menelpon.

"Mario," katanya membaca nama yang tertera di layar handphonenya. Lalu pria itu menyambungkan dengan memilih ikon hijau.

"Hallo, Mario. Ada apa?" tanyanya setelah tersambung.

"Cepat kirimkan aku alamat Ananda," kata Mario dingin.

"Ananda, maksudnya Suster Ananda?" tanya Deri tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Kau pikir siapa lagi yang bernama Ananda? Cepat kirimkan."

Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di rumah, Deri jadi penasaran. Tetapi tidak mungkin jika dia bertanya pada Mario, apalagi suaranya saat ini terdengar menggelitik bagi Deri. Bukan apa-apa, hanya lucu saja.

"Untuk apa mencari alamatnya, dia kan sudah kamu usir, Mar," ujar Deri berusaha santai, tapi telinga nya sudah siap mendengar suara yang mungkin saja tidak enak di dengar.

"Deri. Aku tidak mau main-main, cepat kirimkan sekarang!" marah Mario karena Deri terdengar mempermainkan dirinya.

"Maaf-maaf, jangan marah. Aku akan mengirimkan padamu alamat Suster Ananda."

Deri menjawab sambil menahan tawanya, tapi ia tahu Mari menyadari hal tersebut makanya langsung mematikan sambungan tanpa memberi Deri tanggapan.

"Herman, ini sudah hampir siang. Apa kamu belum mau pulang?" tanya Ananda pada lelaki menawan yang kini masih setia di tempat duduknya.

Herman tertawa mendengar pertanyaan Ananda lalu beralih melihat Salma yang juga sudah ada di sana.

"Lihatlah Bibi, Aku di usir," canda Herman, dan Salma hanya bisa tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangan.

"Tidak Herman, aku bukan mengusir mu. Hanya saja ini sudah mau siang," kata Ananda cepat.

Ia tidak mungkin mengusir Herman. Baginya, Herman sudah lebih dari sekedar teman. Bisa di bilang Ananda sudah menganggap nya seperti seorang kakak yang selalu ada untuk nya.

Masa remajanya yang sangat susah selalu mendapatkan bantuan dari Herman yang tidak pernah meminta balas budi. 

Herman sangat berarti bagi Ananda, walau mereka hanya beda 2 tahun, tetapi di mata Ananda, Herman adalah sosok yang sangat ber karismatik dan mempunyai tanggung jawab.

Padahal dirinya bukanlah siapa-siapa, mereka hanya di pertemukan oleh sebuah peristiwa yang kebetulan dan berakhir sangat dekat seperti keluarga.

"Anna, aku hanya bercanda," ucap Herman sambil mengacak kepala Ananda.

Ananda hanya mengangguk dengan malu, walau ia tahu Herman hanya bercanda, tapi mungkin saja Herman merasa dirinya di usir karena kata-kata Ananda tadi.

Tok.

Tok.

Mereka bertiga serempak menoleh pada ketukan pintu, di sana berdiri seorang pria tampan dengan wajah datar.

"Pak!"

Ananda langsung berdiri begitu tahu itu adalah Mario. Untuk apa orang itu datang ke rumah mereka yang kecil ini.

"Anna, dia siapa?" tanya Salma.

Herman juga terlihat sangat penasaran dan menunggu jawaban Ananda akan pertanyaan Salma. 

Ananda terlihat kaget dengan kemunculan pria yang nampak tidak bersahabat dari wajahnya yang datar.

"Dia itu...."

Ananda tidak tahu harus menyebut Mario siapa, kontrak mereka sudah di akhiri tapi Mario malah muncul di rumah itu.

"Siapa Nak?" Salma bertanya lagi karena Ananda tidak melanjutkan perkataannya.

"Biar saya yang menjawab, saya siapa."

Mereka kembali mengalihkan pandangan mereka pada Mario.

Saat Ananda berdiri tadi, Herman dan Salma juga ikut berdiri setelah nya, dan kebetulan Ananda berada di dekat pintu yang artinya berdekatan pula dengan Mario.

"Saya ini adalah suam\_"

Mata Ananda melebar dan dengan cepat menutup mulut Mario dengan tangan kecilnya. Ia kira Mario ingin menyebutkan namanya. Tapi kata Suami hampir saja keluar dari mulut pria itu.

"Kau!"

Mario memelototi Ananda setelah ia menghempaskan tangan itu dari mulutnya, Ananda hanya tersenyum canggung dan menarik tangan Mario untuk keluar pergi dari sana.

"Tolong Pak, kita bicara di luar," kata Ananda dengan wajahnya tergambar jelas tengah memohon. Karena Mario tidak mau beranjak dari berdirinya.

Ananda menarik sekuat tenaga tapi Mario tidak tergerak sama sekali.

"Pak," pinta Ananda.

Mario melihat mata wanita itu seakan berembun, mungkin saja akan keluar air mata jika Mario tidak ikut keluar.

"Anna, kalian mau ke mana?" tanya Salma begitu Mario telah menyetujui untuk bicara di luar.

"Dia ini Bos di rumah tempat ku bekerja, Bu. Kami hanya ingin bicara sebentar."

Setelah menjawab pertanyaan Salma, Ananda kembali menarik tangan Mario dan keluar dari rumah kecil itu meninggalkan Salma dan Herman dalam kebingungan.

"Siapa lelaki itu?" gumam Herman. Gumamnya sangat kecil seperti berbisik yang hanya di dengar dirinya sendiri.

~~~~~~🤗🤗🤗

Ananda menarik Mario sampai di belakang rumah, dan jauh dari penglihatan orang lain.

Jika mereka berbicara di depan rumah, mungkin saja para tetangga akan mendengar pembicaraan mereka, sedangkan di belakang rumah itu ada beberapa pohon dan juga pembatas dari rumah orang lain.

"Sekarang lepaskan tanganku."

Ananda segera melepaskan tangan kekar yang dari tadi di tariknya begitu mendengar ucapan Mario.

"Apa yang anda lakukan di sini, Pak?" tanya Ananda berbicara dengan suara kecil, takut suaranya masih bisa di dengar oleh Salma dan Herman, yang berada di dalam rumah walau itu pasti tidak mungkin bisa di dengar oleh mereka.

"Kenapa, kau ingin sembunyi dan ingin bisik-bisik saat berbicara denganku?"

Ananda tidak mengerti dengan perkataan Mario yang bukan jawaban dari pertanyaan nya.

"Apa maksud anda, Pak?" tanya Ananda bingung.

Mario hanya menerbitkan senyum anehnya lalu memberikan tatapan menusuk.

"Siapa lelaki itu?!" tanya Mario menatap tajam Ananda.

"Pak, saya itu bertanya tujuan dan maksud Bapak datang di sini. Bapak jangan ber\_"

"Dia bahkan mengacak rambutmu dan kamu membiarkannya?"

Ananda tidak bisa melanjutkan ucapannya saat tangan Mario bergerak memegangi rambutnya.

Tangan itu terus bergerak, jari-jarinya menyisir rambut gelombang Ananda.

"Pak, apa yang Anda lakukan."

Ananda segera menyingkirkan tangan Mario dari kepala nya dan bergerak mundur dari tempatnya agar berjarak dengan Mario.

"Baru kemarin sore, dan kamu sudah berani bermain di belakangku!"

Entah mengapa Ananda seperti merinding dengan kelakuan Mario saat ini, apa yang sebenarnya pria itu maksudkan, Ananda sungguh tidak mengerti.

"Bermain apa, Pak? Saya tidak ada melakukan seperti apa yang Bapak maksudkan."

"Lalu tadi apa?!"

Ah!

Mario menarik kedua lengan atas Ananda sampai gadis itu tidak berjarak lagi dengan nya.

"Pak," ringis Ananda merasakan lengannya berkedut sakit saat tangan besar Mario mencengkram lengan kecil itu.

"Kau tersenyum dengan malu-malu saat pria itu mengacak rambutmu, dan kau mengatakan tidak ada bermain di belakangku."

Mario semakin kuat mencengkram lengan Ananda.

"Bermain apa, Pak. Saya tidak mengerti."

Ananda berkata dengan parau, ia mencoba menahan sakit, air matanya bahkan sudah menetes Karena rasa sakit itu.

"Perempuan murahan!"

Mario menghempaskan tubuh Ananda begitu saja sampai gadis itu terduduk di tanah, untung saja di tempatnya terjatuh tidak ada bebatuan.

"Aawww...," Ananda meringis pelan saat bokong nya terasa sakit apalagi kedua lengannya.

Ia berusaha mengecilkan suara ringisan nya agar tidak terdengar sampai ke dalam rumah.

Mario tersadar, apa yang sudah dia lakukan. Sedangkan Ananda masih menunggu rasa sakit di tubuhnya mereda sebelum mencoba untuk berdiri.

Cukup lama Mario terdiam, dari rumah ia begitu marah dan seperti frustasi lalu mencari alamat Ananda, dan ternyata setelah ia sampai di rumah Ananda, Mario menyaksikan sesuatu yang membuat dirinya terbakar dan semakin berkobar saat Ananda mencegahnya untuk mengatakan siapa dirinya sebenarnya.

"Pak, kita sudah tidak punya urusan apa-apa lagi. Kenapa Bapak datang di sini."

Setelah di rasa membaik dengan lengannya yang masih terasa sedikit nyut-nyutan, Ananda mencoba untuk kembali berbicara dengan baik-baik.

Ia tidak mau membuat masalah  dengan Mario, sudah cukup masalah nya yang di fitnah kemarin sampai dirinya harus berpisah dengan Kelvin.

Jangan sampai Mario marah dan berbicara yang tidak-tidak, terutama kepada Salma yang masih menunggu mereka. Mungkin saja Ibunya itu telah memiliki pikiran buruk karena Ananda menarik Mario pergi dan tidak berbincang di depannya dan Herman.

"Pak?"

Beberapa menit Ananda bersuara lagi karena Mario hanya diam di tempatnya tanpa menanggapi Ananda sama sekali.

Terpopuler

Comments

Sleepyhead

Sleepyhead

Victory..... Mulai ni percikan² jealous

2024-09-25

1

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

cemburu membakar hati

2024-05-05

1

👑Кιкαη Αqυєєη👑

👑Кιкαη Αqυєєη👑

daripada km bermain terang2an 😁😁

2024-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 Lebih Baik Aku Mati!
2 Menikahi Seorang Perawat
3 Kontrak 5 Tahun
4 Perjanjian
5 Ceraikan
6 Menjauhkan Mario dari Monika
7 Pulang
8 Sekamar
9 Mama?
10 Ananda Keluar
11 Ketergantungan
12 Sangat Penasaran Dengan Ananda
13 Papa Akan Pergi Jemput Mama
14 Bibi Jahat
15 Siapa Lelaki Itu?!
16 Melanjutkan Kontrak
17 Aku Akan Membantumu Memakainya
18 Kelvin Masih Membutuhkan Ananda
19 Rahasia
20 Pesanan
21 Kebun Binatang
22 Mario Berubah
23 Ulang Tahun
24 Ulang Tahun 2
25 Ulang Tahun 3
26 Cemburu?
27 Permen
28 Sudah Terbiasa
29 Disalahkan
30 Ananda Takut
31 Terlalu Manis
32 Mendengar Kebenaran
33 Bisakah Kita Bertemu
34 Berbohong
35 Mengutarakan Perasaan
36 Aku Tidak Bisa
37 Selingkuh
38 Minta di Kasih Adik
39 Lembut Tapi Mematikan
40 Membayar
41 Ananda Pasrah
42 Jemput Ananda
43 Menenangkan Diri
44 Kita Pulang
45 Tidak Suka Sisa Orang
46 Menghabisi Ananda
47 Tolong
48 Keluar Dari Sini
49 Pesan Misterius
50 Andre (pria misterius)
51 Bunuh Dia Sekarang
52 Jangan Biarkan dia Mati dengan Mudah
53 Menikahi Ku
54 Aku Akan Menikahi Mu
55 Ini Semua Salah Ku
56 Ini Bukan Salah Mu
57 Kecelakaan
58 Bunuh Saja
59 Mama mau Mendidik nya Dengan Benar
60 Peluk Aku
61 Malu
62 Mulai Sekarang Kamu Tidur di Sini
63 Pergi Bersama Ku
64 Ayo Kita Menikah
65 Saya Takut
66 Pergi Menemui Ibu
67 Restu
68 Dunia Harus Tahu
69 Siap
70 Salah Paham
71 Sah
72 Maaf
73 Pilih
74 Pergi
75 Selamat
76 Jenguk Adik Bayi
77 Aku Berdarah
78 Pergi Bulan Madu
79 Kamu Mabuk
80 Cium-ciuman
81 Bulan Madu
82 Tenang di Sana (Tamat)
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Lebih Baik Aku Mati!
2
Menikahi Seorang Perawat
3
Kontrak 5 Tahun
4
Perjanjian
5
Ceraikan
6
Menjauhkan Mario dari Monika
7
Pulang
8
Sekamar
9
Mama?
10
Ananda Keluar
11
Ketergantungan
12
Sangat Penasaran Dengan Ananda
13
Papa Akan Pergi Jemput Mama
14
Bibi Jahat
15
Siapa Lelaki Itu?!
16
Melanjutkan Kontrak
17
Aku Akan Membantumu Memakainya
18
Kelvin Masih Membutuhkan Ananda
19
Rahasia
20
Pesanan
21
Kebun Binatang
22
Mario Berubah
23
Ulang Tahun
24
Ulang Tahun 2
25
Ulang Tahun 3
26
Cemburu?
27
Permen
28
Sudah Terbiasa
29
Disalahkan
30
Ananda Takut
31
Terlalu Manis
32
Mendengar Kebenaran
33
Bisakah Kita Bertemu
34
Berbohong
35
Mengutarakan Perasaan
36
Aku Tidak Bisa
37
Selingkuh
38
Minta di Kasih Adik
39
Lembut Tapi Mematikan
40
Membayar
41
Ananda Pasrah
42
Jemput Ananda
43
Menenangkan Diri
44
Kita Pulang
45
Tidak Suka Sisa Orang
46
Menghabisi Ananda
47
Tolong
48
Keluar Dari Sini
49
Pesan Misterius
50
Andre (pria misterius)
51
Bunuh Dia Sekarang
52
Jangan Biarkan dia Mati dengan Mudah
53
Menikahi Ku
54
Aku Akan Menikahi Mu
55
Ini Semua Salah Ku
56
Ini Bukan Salah Mu
57
Kecelakaan
58
Bunuh Saja
59
Mama mau Mendidik nya Dengan Benar
60
Peluk Aku
61
Malu
62
Mulai Sekarang Kamu Tidur di Sini
63
Pergi Bersama Ku
64
Ayo Kita Menikah
65
Saya Takut
66
Pergi Menemui Ibu
67
Restu
68
Dunia Harus Tahu
69
Siap
70
Salah Paham
71
Sah
72
Maaf
73
Pilih
74
Pergi
75
Selamat
76
Jenguk Adik Bayi
77
Aku Berdarah
78
Pergi Bulan Madu
79
Kamu Mabuk
80
Cium-ciuman
81
Bulan Madu
82
Tenang di Sana (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!