Cerita Ale

Cerita Ale

Bab 1 Aku Ale!

...Tidak ada manusia yang bisa memilih jalan hidupnya, mereka hanya bisa menerima dan terus berusaha....

...----------------...

Ale.

Udara pagi ini sangat segar, terlihat perempuan cantik dengan rambut sebahu sedang sibuk memasukkan beberapa bungkus nasi campur kedalam keranjang sepeda miliknya.

"Sudah dimasukkan semua nasinya, Ale?" tanya seorang wanita paruh baya yang mengenakan piyama biru pagi itu.

"Beres, Bunda." Jawabnya sambil memeriksa sepeda pink miliknya aman untuk dikendarai menuju sekolah.

"Adik kamu mana?"

"Aku disini Bunda," celetuk gadis kecil yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah mengenakan baju merah putih sudah lengkap dengan dasi dan topi serta mulutnya penuh dengan roti selai coklat membuatnya susah untuk berbicara.

"Ela, kalau lagi makan itu di telen dulu. Duduk habisin jangan sambil jalan masih ngunyah mulut penuh gitu."

"Hehe iya maaf Kak, buru - buru."

"Yasudah Bunda, kami berangkat ya Assalamualaikum."

"Hati-hati, Waalaikumussalam."

Dua perempuan cantik itu kini mulai menyusuri jalanan dengan sepeda pink yang terlihat sudah 3 tahun usianya. Perempuan itu adalah aku. Namaku Aleasyaza dan Adikku Elasyaza. Aku sekarang kelas 11 SMA di salah satu SMA favorit yang terkenal sebagai sekolah anak-anak pintar dan orang kaya tapi sayangnya aku tidak kaya. Tapi kenapa aku bisa masuk ke sekolah ini karena aku cukup pintar, aku dapat beasiswa di sekolah ini.

Jadi aku sekolah gratis dengan catatan aku harus bisa terus mempertahankan juara kelas selama 3 tahun ini serta aktif mengikut lomba-lomba di luar sekolah. Beberapa juara yang pernah aku raih selama kelas 10 adalah lomba juara essay tingkat nasional di beberapa Universitas salah satunya di universitas impianku kelak. Serta berhasil memperoleh 2 atau 3 kali juara lomba melukis tingkat nasional se Kabupaten.

Aku memang suka belajar, suka melukis, hanya saja aku payah pada olahraga, benar-benar kurang. Anak perempuan manis nan cantik di belakangku, yang tengah aku bonceng ini adalah adikku Ela. Dia adik yang penurut, meski di beberapa kesempatan dia sering membuatku jengkel dengan kelakuannya. Dia menggemaskan, kalau tidak ada dia sepertinya rumah akan sepi.

Aku ingat dulu waktu dia kecil bagaimana aku menggendongnya, menggantikan bunda menyampihnya saat bunda sibuk di dapur dan mengurus warung. Adikku yang mungil, sekarang sudah tumbuh besar. Dia duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Tumbuh terus ya sayang, Kaka akan selalu menjadi orang terdepan yang menemani setiap proses perkembanganmu.

Nah! wanita paruh baya yang super cantik tadi pagi itu adalah bundaku, namanya Bu Vivi. Beliau wanita paling hebat sepanjang masa. Membesarkan dua anak perempuan kecil sendirian bahkan dua wanita kecil tersebut tumbuh dengan rasa kasih sayang yang cukup. Tumbuh menjadi anak yang baik dan kerap membanggakan selalu. Semangatnya tidak pernah alpa setiap hari demi anak-anaknya dapat makan.

Pernah sekali aku mendapati bunda sakit tapi dia tetap bekerja. Itulah hebatnya bunda, tidak pernah menyerah dengan kehidupan ini. Siapa lagi yang belum ku ceritakan?

Oh iya! sosok ayah ya! saat membahas sosok hebat ini, aku tidak bisa biasa-biasa saja. Bagaimana bisa? terlalu banyak kenangan yang akan muncul tiap kali aku membahasnya bahkan sampai membuat air mataku tumpah. Ayahku bernama pak Azam Ali. Biasa dipanggil pak Aza. Beliau sudah meninggal saat adikku berusia 3 bulan.

Saat itu usia ku kurang lebih 5 tahun. Ayah meninggal karena sakit. Sedih rasanya, saat-saat ayah masih ada setiap malam minggu aku selalu di ajak ke pasar malam, apa yang aku mau selalu ayah berikan dengan syarat aku harus memberikan alasan manfaat dari barang yang aku inginkan.

Karena ayah selalu berpesan :

"Ale, setiap kamu ingin belanja ... kamu harus tau dulu kamu perlu atau tidak dengan barang itu. Kalau tidak diperlukan meskipun ingin dibeli, jangan dibeli. Karena itu hanya berlandaskan keinginan bukan kebutuhan dan hidup harus selalu mengutamakan kebutuhan, Sayang."

Setiap libur sekolah juga ayah selalu mengajak Aku jalan-jalan ke beberapa tempat terutama pantai. Itu sebabnya sampai sekarang aku suka sekali pantai karena saat aku kesana, aku merasa ayah hidup. Merindukan ayah membuatku selalu ingin ke pantai. Ayah itu orangnya kuat, tangguh dan sangat bertanggung jawab untuk keluarganya. Tidak heran bunda juga bisa sekuat ini karena suaminya juga tak kalah kuat nya untuk melawan kerasnya hidup. Sayang sekali, Ela tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan dan lewati bersama ayah.

Maka dari itu, sebisa mungkin aku dan bunda akan selalu menggantikan sosok ayah untuk Ela. Meskipun tidak sesempurna sosok ayah meratukan aku di istana kecil kita dulu.

Kami tinggal di sebuah rumah kecil peninggalan alm. Ayah. Di samping rumah ada kios kecil juga, disana bunda membuka rumah makan kecil-kecilan karena kebetulan rumah kami tidak terlalu jauh dari sebuah kampus jadi banyak Mahasiswa yang mampir ke warung bunda.

Aku ke sekolah juga membantu bunda berjualan, bunda menitipkan beberapa bungkus nasi di kantin sekolah. Jadi tiap pagi saat ingin ke sekolah aktivitasku pertama adalah membantu bunda memasukkan nasi bungkus ke dalam keresek besar lalu menaikannya kedalam keranjang sepedaku. Sepeda ini adalah sepeda yang aku beli 3 tahun silam dengan uang tabunganku. Setiap membantu bunda di warung, bunda selalu memberikan uang belanja dan selalu ku tabung.

Saat masuk SMP aku terpaksa membeli sepeda karena lumayan jauh juga dari rumah. Aku menghentikan sepedaku tepat di depan gerbang sekolah yang ber cat oren itu. Perempuan kecil itu turun dari sepeda lalu menyalami Ale.

"Cepet masuk gih."

"Iya Kak, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, belajar yang rajin ya ... semangat adikku," kata Ale sambil mengelus kepala adik kecilnya yang kemudian dibalas anggukan serta senyum manis lalu dia berlari masuk ke dalam sekolah.

Setelah memastikan adiknya masuk sekolah, Ale segera lagi menjalankan sepedanya menuju ke sekolah.

"Astaga! Beberapa menit lagi jam masuk," katanya setelah melirik jam tangan tua yang ada di tangannya.

Dia melajukan sepedanya dua kali lebih cepat dari biasanya. Menerobos jalanan pagi itu, membuat rambut sebahunya tergerai indah di sapa angin. Rasanya dunia ini seperti hanya ada dirinya disaat - saat tergesa begini Ale masih sempat tersenyum lebar membayangkan dirinya bisa terbang dengan laju kecepatan yang tidak seperti biasa ini.

Beberapa menit setelahnya, benar saja saat Ale baru sampai parkiran, bel masuk pun berbunyi. Ale menarik napas lega.

"Huh! untung saja sudah masuk area sekolah ... kalau tidak, pak Amin akan mengusirku dan tidak mengizinkan aku untuk masuk."

Ale berjalan cepat menuju kelas, meletakkan tas beserta nasi bungkus yang ia bawa.

Terpopuler

Comments

Pie Yana

Pie Yana

izin mampir thor, mohon dukungan dan support nya juga ya.

2024-03-24

0

Pie Yana

Pie Yana

nasehat yg sangat bijak banget

2024-03-24

0

Pie Yana

Pie Yana

semangat yg hebat..

2024-03-24

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!