...Jika secara halus tidak bisa, maka aku akan mencintaimu, secara ugal-ugalan!...
...----------------...
- Bagas.
Pagi-pagi sekali selesai solat subuh tidak seperti biasanya, Ale masih duduk di atas sajadah. Dia merenung. Ada hal yang membuat kepalanya sudah terisi pagi ini.
Iya, benar saja dia teringat surat Anda semalam. Apa maksudnya meminta Ale untuk melanjutkan hidup? Sementara tujuan Ale selama ini adalah ingin bertemu dengan dirinya. Pria itu selalu ambigu sejak dulu. Selalu terus membuat Ale berpikir keras dengan perasaanya.
Lamunan Ale terhenti oleh notif WhatsApp . Ada nomer baru yang masuk. Tumben sekali ada yang meng- chat dirinya sepagi ini.
[Ting]
+628XXXXXXXXXXXX
_Gue jemput_
Pesan yang sangat singkat dan sangat to the point.
Ale dibuat bingung oleh nomer tersebut. Pagi-pagi sudah menggangu, tidak ada basa basi, tidak ada salam, tiba-tiba bilang akan menjemput? Ale berpikir keras dengan siapa dia mutualan nomer selain Adul? Dia pikir tidak ada.
Tidak ingin terlalu lama penasaran dia kemudian mulai melihat bio dibawah nomer telfon itu tertulis "Bagas Maximulyo"
Terjawab sudah. Ale merasa sangat kesal.
"Gila ni orang, enggak cukup apa ngeliat gue di siksa kemarin. Kalau gue sama dia yang ada malah Stevy bisa melakukan hal yang lebih kejam lagi!" ucapnya dengan nada kesal dan suaranya terdengar oleh bunda yang sedang di dapur.
"Ada apa Kaka? Kok pagi-pagi udah teriak?"
"Gaada Bunda, ini cuman nomer orang gila kayaknya ngechat pagi-pagi bikin emosi aja Bunda."
"Blok saja," jawab Bunda menyarankan.
"Gapapa Bunda."
Ale kemudian membalas pesan singkat itu.
_"Ogah! gue mau pake ojek online!"_
5 menit kemudian balon chat masuk lagi.
_"Gaada penolakan"_
Ah! menyebalkan! pagi-pagi mood Ale sudah hilang melayang oleh nya.
Tanpa mau membalas, Ale lebih memilih hanya untuk me-read chat Bagas. Ale meletakkan kembali handphone nya di meja belajar. Lalu mengambil handuk dan bersiap menuju ke kamar mandi.
45 menit berlalu. Ale sudah siap dengan seragamnya sama halnya dengan Ela. Dia bersiap akan memesan ojek online. Baru akan membuka aplikasinya tiba-tiba ada suara ketukan pintu membuat Ale menjeda aktivitasnya yang ingin memesan ojek online.
"Sebentar," ucapnya sambil bergerak membuka pintu.
Setelah pintu dibuka, dia melihat sosok pria yang sudah rapi lengkap dengan seragam sekolah SMA. Siapa lagi kalau bukan Bagas.
"Lo?"
"Udah siap?"
"Lo ngapain kesini, gue kan udah bilang gamau! Sana-sana lo pergi cepat sebelum Bunda liat."
Pria itu hanya tetap diam.
"Ii lo budek? pergiiiiiii," usir Ale sambil mendorong tubuh kekar pria itu agar ia pergi.
Sayangnya, bunda lebih dulu datang.
"Siapa, Nak?" tanya Bunda.
"Bagas Bundaaaaa," jawabnya lebih dulu mendahului Ale.
Bunda kemudian menuju ke arah Ale dan Bagas yang berada di depan pintu masuk.
"Oo Bagas, mau jemput Ale lagi, Nak?" ucap Bunda menyambut hangat.
"Iya Bunda, izin lagi ya ... Alenya berangkat bareng Bagas lagi," katanya sambil menyalami Bunda.
"Boleh banget, Bunda mah seneng banget malah. Tapi maaf sudah sering merepotkan," balas Bunda.
"Enggak kok Bunda, dengan senang hati."
"Yey naik mobil Kaka ganteng lagi," sambung Ela yang tiba-tiba datang.
Bagas yang melihat kedatangan Ela langsung menyambut gadis manis itu.
"Iya dong, ayok kita ke mobil La," katanya sambil mengarahkan ela berlalu lebih dulu ke dalam mobil.
"Mari Bunda kami berangkat, Assalamualaikum," ucap Bagas.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, hati-hati Gas," jawab Bunda.
Sekali lagi, Bagas berlalu meninggalkan Ale lebih dulu.
Saat melewati Ale dia berbisik pelan, "Gue menang lagi, lo ga bisa nolak," ucapnya persisi sebelum melewati tubuh Ale yang masih diam dan kesal di samping pintu.
Ale menarik nafas berat. Tidak bisa menolak, lagi-lagi dia kalah telak.
"Pamit ya Bund assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, hati-hati Kak," ucap Bunda sembari mengecup kening Ale.
Mobil itu melaju, beberapa menit setelah itu kemudian berhenti di sekolah Ela. Lalu melaju kembali. Selama di perjalanan Ale lebih memilih untuk diam. Tidak ingin banyak bertanya dan mengomeli Bagas. Bahkan masalah Stevy akan melukainya lagi atau tidak jika melihat nya bersama Bagas lagi sudah jauh dari pikirannya. Dia hanya fokus menghadap jendela, kepalanya masih memikirkan surat Anda dari semalam, itu jauh lebih menguasai otaknya.
Bagas dalam hati heran. Tumben sekali Ale yang biasanya banyak bicara dan mengomelinya malah lebih memilih untuk diam. Hadeh! giliran banyak omong juga Ale di suruh diam.
Bagas kemudian salfok pada penampakan siku Ale yang sudah tidak menggunakan perban kain kasa.
"Kenapa perbannya di buka?" tanyanya membuat Ale yang sedari tadi fokus sendiri menjadi menoleh ke arahnya.
"Lukanya udah kering," jawabnya singkat.
"Syukurlah."
"Iya," ucap Ale sembari fokus melihat bekas luka yang sudah kering di sikunya.
Mobil putih Bagas persisi berhenti di parkiran sekolah. Ale melihat sekeliling dan menemukan mobil Stevy terparkir juga disana. Sekali lagi, mereka berdua sampai sekolah pada waktu yang bersamaan.
Ale terkaku saat melihat Stevy keluar dari mobil dan melihat dirinya.
Bagas yang mengerti langsung menghampiri Ale, dan berkata, "Gausah takut, ada gue. Dia gaakan ngelukain lo lagi."
Ale hanya menunduk dan mengikuti langkah Bagas dari belakang menuju ke kelas.
Stevy n friend yang melihat kejadian itu hanya bisa diam.
"Ko lo cuman diem Stev?" tanya Vanya.
"Iya Stev! kayanya dia ga kapok sama hukuman kita kemarin," ucap Vinola melanjutkan.
Namun Stevy hanya diam, tidak ingin menanggapi perkataan sahabatnya itu. Dia mengingat perjanjian yang dia buat bersama Bagas.
"Udahlah yuk ke kelas," ajaknya pada Vanya dan Vinola.
Vanya dan Vinola yang kebingungan dengan tingkah Stevy hanya bisa menurut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments