Bab 5 Balasan Bantuan

...Bantuan itu tidak punya kembalian. Karena dasarnya adalah keikhlasan...

...----------------...

- Ale.

Ale tergopoh - gopoh membopong nasi bungkus menuju ke arah kantin berharap akan segara sampai karena dia sudah tidak bisa menahan 40 nasi bungkus di pelukannya. Saat hendak ke kantin Ale berpapasan dengan Bagas dan Stevy yang baru saja keluar dari arah kantin sepertinya. Posisinya mereka berlawanan arah, Ale menuju kantin sementara Bagas dan Stevy menuju ke arah kelas. Ketika Stevy melihat Ale dari kejauhan segeralah dia menarik lengan Bagas dan mendekapnya.

Bagas hanya diam saja tak peduli. Tak sedikitpun dia juga menoleh ke arah Ale tapi aku yakin sekali kalau sebenarnya Bagas itu melihat Ale, hanya saja sengaja mengalihkan pandangan. Sementara Stevy dia menatap Ale dengan senyum getir dan tatapan yang sinis. Ale yang tidak peduli tetap melanjutkan perjalanannya, mengarahkan pandangannya ke depan dan berjalan agak lebih santai tidak se cepat yang tadi lagi.

"Bi Siti nasinya Ale bawa 40 ya, di lebihkan 10 dari biasanya."

"Mantap Le," tukas Bi Siti pada Ale sembari mengambil sekantung penuh nasi bungkus di dekapan Ale.

"Yaudah Bi, Ale lanjut ke kelas dulu ya bentar lagi bel masuk." Ale berjalan meninggalkan kantin setelah mengantarkan nasi.

Kelas berjalan seperti biasa, tidak ada yang aneh. Hanya bedanya penambahan personil aja yaitu bagas. Dan satu lagi, tidak ada gangguan dari Stevy sampai pulang sekolah. Syukurlah.

...----------------...

Sepulang sekolah tidak seperti hari biasanya, Ale dan Karin tidak pulang. Mereka ada ekstrakurikuler melukis. Karena baru awal masuk jadi kelas 10 belum ada yang mulai aktif mengikuti ekskul melukis sementara kelas 12 sudah di wanti-wanti untuk tidak mengikuti ekskul lagi karena harus fokus pada ujian sekolah. Alhasil karena hanya ada Ale dan Karin yang kelas 11 jadi tersisa mereka berdua.

Namun siang itu, Ale dan Karin yang baru saja masuk ruangan di buat kaget oleh sosok pria yang sudah 5 menit lalu berada di dalam kelas sedang sibuk memainkan handphone. Ale dan Karin saling bertatapan. Tatapan mereka sama-sama memperlihatkan kebingungan.

Karin berbisik pada Ale. "Anak baru di kelas lo itu ya?"

Ale membalas pertanyaan Karin dengan anggukan. "Iya."

Keduanya masih berdiri di depan kelas. Aneh saja bisa-bisanya mereka membeku di depan kelas dan tidak langsung duduk. "Ganteng juga dia Le," kata Karin berbisik lagi. Ale dengan sigap langsung memukul bokong Karin dari belakang yang kemudian dibalas cengir oleh Karin.

Bagas yang mulai menyadari keberadaan Ale dan Karin langsung menoleh sekilas ke arah mereka berdua dengan tatapan datar lalu kembali sibuk dengan handphone nya lagi seolah tidak tertarik untuk sama sekali mengetahui siapa mereka. Keheningan itu kemudian dipecahkan oleh kehadiran Pak Seto di ruangan. "Siang anak-anak," kata Pak Seto menyapa. Ale dan Karin langsung bergegas mencari tempat duduk bersebelahan. "Siang Pak." Mereka menjawab serentak.

Pak Seto adalah guru yang memegang ekstrakurikuler melukis. Beliau orang yang hebat, lukisannya sudah terkenal di kancah internasional. Namanya juga sekolah favorit, jadi guru-guru nya pun juga berkelas. Pak Seto tidak Islam, dia hindu jika kamu bertanya-tanya. Jika tidak bertanya pun akan tetap aku kasi tahu.

"Oke baik, jumlah kalian sekarang tiga orang ya yang kelas 11 karena ditambah satu teman kalian lagi yaitu bagas. Sudah kenalan?"

Spontan Karin menjawab. "belum Pak! kami belum kenal."

"Yasudah kenalan dulu biar tugasnya gampang di kerjakan karena hari ini Bapak ada tugas untuk kalian. Ini tugas dari sekolah."

Dengan semangat 45 Karin langsung menyodorkan tangannya pada Bagas yang tepat berada di kursi depan samping kanannya. Sementara Ale berada di meja depan samping kiri nya. "Gue Karin dari 11 IPA 3 salam kenal."

Bagas menoleh ke arah Karin. Masih dengan tatapan datar namun anehnya dia tetap terlihat tampan mau bagaimanapun ekspresinya. Bagas hanya menjawab singkat. "Bagas," jawabnya tanpa ingin membalas uluran tangan Karin. Karin yang sadar diri langsung tersenyum dan menarik kembali tangannya.

"Sekarang giliran Ale, silahkan Ale kenalan dulu dengan Bagas."

"Sudah kenal Pak," jawab mereka serempak tanpa ingin saling menatap sedikitpun.

Pak Seto terkekeh pelan sembari berkata. "Loh kok bisa kenal?"

Karin yang tidak ditanya langsung menjawab. "Mereka satu kelas Pak"

"Ooh begitu rupanya. Oke baiklah perhatikan semuanya. Bapak ada tugas untuk kalian ber tiga. Di ruang perpustakaan sekolah sudah dibuat sebuah ruangan baru untuk pojok baca. Beliau meminta anak ekskul seni untuk membantu melukis di tembok. Kalian boleh berkreasi sesuka kalian ya!"

"Baik Pak!"

"Cat sudah Bapak siapkan di Perpustakaan. Kalian tinggal pakai saja. Kuas juga sudah ada. Tapi itu kuas untuk cat Bapak yakin kalian semua membawa kuas lukis kalian jadi bisa digunakan itu. Baik sekarang silahkan bisa menuju ke Perpustakaan."

...----------------...

Ruangan Perpustakaan sudah sepi. Hanya ada Mereka ber tiga disana. Karin mulai membuka obrolan. Karena dia sudah tau sosok Ale jika bertemu orang baru apalagi ini pria dan pria itu adalah BAGAS dia tidak akan mau memulai percakapan dulu. Sementara pria dingin kaya Bagas akan diharapkan memulai juga sangat tidak mungkin.

"Kita mau gambar apa nih sekarang?"

Ale membuka suara. "Bagaiman jika di bagian bawah ini kita gambar sebuah rak buku yang berisi buku-buku kemudian emmmm ..." Ale berpikir lagi.

"Terus di atas rak kita gambar pohon gitu ga si? Kayanya bagus deh kita buat seolah taman baca," lanjut Karin.

"Boleh tuh boleh," kata Ale menjawab.

"Kalau lo gimana Gas?" tanya Karin pada Bagas yang masih sibuk melihat dinding polos di perpustakaan itu.

"Nurut." Bagas menjawab.

"Nurut apa si lo? Ini kerja tim ya! lo gausah sok dingin, lo kira keren kaya gitu?" semprot Ale yang sudah tidak tahan dari tadi dengan sikap Bagas.

"Sewot? yang mau dibilang keren juga saha, Neng?" jawab Bagas lagi.

Karin yang sudah kebingungan langsung menghentikan perdebatan mereka sebelum nantinya menjadi lebih panjang.

"Ah elah! udah-udah, gini aja mending ... lo kan manut aja tuh Gas? jadinya gue bakalan gambar pohon, Ale gambar rak buku sesuai idenya tadi dan lo Gas, boleh gambar bebas ditambahkan sesuka lo aja nanti asalkan sesuai tema."

Mereka kini mulai bekerja sesuai panduan Karin. Mereka memulainya dengan menggambar sketsa di tembok terlebih dahulu. "Gue gapunya pensil," kata Bagas tiba-tiba.

"Yah gue juga cuman bawa satu, biasanya Ale punya banyak," balas Karin.

Tanpa berpikir lama dan malas untuk buka suara lagi alias tidak ingin lama berkomunikasi lagi dengan bagas langsung saja dia menyodorkan pensil pada Bagas dengan wajah malas. Bagas kemudian mengambil pensil di tangan Ale tanpa ada kata makasi. Pengerjaan lukisan ini lumayan selama 4 hari dari Selasa, rabu, Kamis, dan Sabtu.

...----------------...

Hari ini hari Sabtu, hari terakhir untuk finishing gambar yang telah mereka buat.

"Huh! Jadi juga," kata Karin.

Mereka bertiga memandangi tembok perpustakaan dengan senyum yang merekah. Kerjasamanya tidak begitu buruk ternyata. Ketika mereka sedang istirahat tiba-tiba Pak Seto datang.

"Wahh! Keren juga ya," kata Beliau sambil memberikan tepuk tangan.

"Oiya dong Pak! karena ada saya," kata Karin dengan pedenya sambil cengir. Karin memang selalu ceria anaknya.

pak Seto terkekeh pelan. Beliau mulai menggabungkan diri dengan Ale, Karin, dan Bagas yang sedang duduk di kursi. "Ini upah dari Kepala Sekolah untuk kerja keras kalian." Pak Seto memberikan mereka uang masing-masing 100 ribu.

"Wih Pak! terimakasih banyak bisa buat beli makanan kucing saya ini Pak. Soalnya kucing saya padahal kucing kampung tapi makanannya dia harus wishkes Pak kalo makan sisa- sisa yang sembarangan dia mencret tuh," celetuk Karin yang kemudian di balas Pak Seto.

"Syukur-syukur yang mencret kucing kamu, bukan kamu."

Ale dan Karin tertawa dengan yang diucapkan Pak Seto sementara Bagas, hanya menampilkan sedikit saja senyum di wajahnya.

"Baiklah, Bapak duluan ya ... kalian selesai beres - beres langsung pulang juga."

"SIAP PAK!"

Karin dan Ale sudah berpisah semenjak keluar dari perpustakaan. Karin sudah dijemput oleh ayahnya yang sedari tadi siap siaga di depan gerbang sekolah. Sementara Ale dan Bagas mereka menuju ke parkiran. Jangan salah, mana mau mereka jalan ber dua. Ale lebih dulu ke parkiran lalu Bagas setelahnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Ale mengayuh sepedanya dengan cepat. Dia harus segera sampai rumah perutnya dari tadi keroncongan parah. Tidak berjalan mulus seperti biasanya. Kini Ale mengalami tragedi tidak mengenakkan. Saat di jalan, Ale bertabrakan dengan anak kecil yang membawa sepeda listrik. Ale terjatuh dari sepedanya. Anak itu membawa sepeda listriknya dengan gas full sementara Ale juga mengendarai sepedanya dengan kecepatan penuh karena terburu - buru untuk pulang. akhirnya Karena lepas kendali.

[ BRUK ]

Mereka terjatuh. Syukur-syukur anak kecil itu tidak kenapa-kenapa. Sementara Ale sepedanya rusak parah. Kedua sikunya mengeluarkan darah segar sepertinya kena parutan jalan. Tanpa memperdulikan lukanya Ale langsung menghampiri anak kecil yang mengendarai sepeda listrik itu.

Ale langsung memeluknya sembari berkata, "Adek gapapa? ada yang luka?" dia mulai membalik - balik badan adik kecil itu untuk memastikan dia baik-baik saja.

Anak kecil itu hanya mengangguk tapi jelas dia terlihat ketakutan. Sepeda listri anak itu tidak banyak rusaknya. Masih bisa digunakan sementara sepeda Ale sudah tidak bisa diselamatkan.

Semua orang mulai ramai mengerumuni. Seorang bapak-bapak paruh baya mulai mengamankan anak kecil dan sepeda listriknya sementara beberapa orang juga mengerumuni Ale dan memberikan Ale minum.

Di jalan, sebuah mobil putih mulai menepi ke pinggir. Keluar seorang pria di dalamnya. Pria itu langsung menghampiri Ale.

"Ini kenapa Pak?" tanya nya.

"kecelakaan Mas tadi."

"Dia teman saya, biar saya yang bawa," kata pria itu.

Ale tidak bisa apa-apa. Dia tidak bisa bohong, dia memang sedang membutuhkan bantuan. Dia membiarkan pria itu membopongnya ke dalam mobil. Sementara sepedanya diikat di belakang mobil pria itu.

Sebelum pergi, pria itu menyempatkan diri memberikan adik kecil itu uang dan mengelus kepalanya. Mobil itu kemudian melaju menerabas jalanan sore yang padat dan macet.

Mobil itu kembali menepi lagi saat menemukan apotek. Pria itu keluar dari mobil lalu membeli obat merah dan kain kasa steril. Ale hanya bisa diam dan meringis kesakitan. Dia ingin membuka suara hanya saja belum sanggup karena dia lemas ditambah lagi belum makan. Dia pasrah saja akan kemana dibawa oleh pria yang sekarang bersamanya ini.

"Kita bawa sepeda lo ke bengkel ya."

"Gausah, aku gapunya uang buat biaya ongkosnya nanti."

"gue yang tanggung."

"gaus- " baru saja akan berbicara, pria ini memotong pembicaraan Ale.

"Stt! diem, klo orang lagi sakit tu ga banyak omong."

Akhirnya Ale mengalah dan diam saja. untuk kali ke dua mobil ini berhenti setelah sampai di bengkel. Baru saja Ale ingin turun tapi dihentikan oleh pria itu.

"Lo diem, biar gue yang turun. Sepeda lo butuh di perbaiki dan enggak mungkin bisa selesai hari ini. Kita cukup anter dulu. Kalau sudah selesai baru di ambil."

Ale kemudian mengurungkan niatnya dan tetap berada di dalam mobil sesuai perintah.

Beberapa menit kemudian pria itu masuk ke dalam mobil. Dia mulai mengambil obat merah dan kain kasa. Dengan telaten dia mengolesi obat merah pada kedua siku Ale lalu melilitkan kain kasa steril setelahnya.

Ale melihat lamat - lamat pria itu sambil berkata dalam hati (selain rese, dia juga baik ternyata).

"Terimakasih," kata Ale.

pria itu hanya diam. Tetap sibuk merapikan kain kasa di siku Ale. Sampai ...

[Rggggggghhhhh]

suara perut Ale berbunyi. Sebenarnya dia malu sekali..tapi apa boleh buat dia hanya bilang, "Maaf."

Selesai dengan tangan Ale pria itu kemudian mulai melanjutkan melajukan mobilnya. Menjauh meninggalkan bengkel. Untuk kali ke tiga mobil itu berhenti di sebuah warung makan sederhana. Pria itu kembali keluar dari mobil. Ale yang kebingungan tidak bergeming dan tidak turun karena menurutnya ini kan bukan rumahnya dia mengira akan langsung di antar ke rumah.

Pria itu kemudian membukakan pintu mobil untuk Ale.

"Turun," katanya.

"Lah? bukannya lo mau nganter gue pulang."

"Masih aja ngoceh, diem. Turun, perut lo laper gue tau lo belum makan."

"Gue bisa makan di rumah kok nanti."

"Gaada penolakan."

Akhirnya Ale turun menuruti perkataan pria itu untuk kesekian kalinya.

Mereka sekarang duduk di sebuah meja persegi panjang. Warung ini rame, kayanya enak.

"Lo mau makan apa?" tanya nya.

Ale mencari-cari makanan di list menu yang ada.

"Nasi goreng."

"Minum?"

"Jus jeruk."

Akhirnya pria itu memesan. Tidak ada percakapan ketika awal makan. Hanya saja di pertengahan Ale mulai membuka obrolan.

"Lo kok mau bantuin gue?"

Pria itu tanpa sedikitpun menoleh pada Ale, alias masih tetap berkutik dengan makannya menjawab, "Buat tanda terimakasih, udah nganter gue ke kelas dan pinjemin pensil."

"Gitu doang? tapi lo bales berlipat - lipat? padahal mah ga perlu, soalnya kata bunda kalau nolong orang itu harus ikhlas. Enggak punya kembalian."

Pria itu diam. Malas menggubris pertanyaan Ale. Ale kemudian menghembuskan nafas dan kembali dengan makanannya. Tidak ingin menyerah, Ale bertanya sekali lagi namun dengan pertanyaan yang berbeda.

"Lo kenapa pindah ke sini sih?"

Pria itu sekarang tidak memilih menghadap Ale dan menjawab, "Gue udah ngizinin lo buat nanya?"

"Kan tinggal di jawab apa susahnya si?" kata Ale.

Pria itu kemudian meninggalkan Ale menuju kasir sambil berkata, "Makanan lo habisin tinggal dikit, gue tunggu di mobil."

Dengan segera Ale kemudian menghabiskan makannya yang memang tinggal 1 sendok saja. Dia menyeruput sedikit es jeruk lalu segera menuju ke mobil.

Sudah pukul 18: 30 mereka baru saja selesai makan dan solat magrib.

"Rumah lo dimana?" tanya pria itu.

"Emang gue udah izinin lo nanya?" balas Ale dengan senyum kemenangan.

"Yaudah berarti lo gue bawa pulang ke rumah gue!" kata pria itu lalu melajukan mobilnya.

"BAGASSSSSS RESEEEE!!!!" teriak Ale dalam mobil. Dia lalu menyerahkan handphone nya yang sudah membuka google maps menuju rumahnya.

Sontak bagas mengambil Handphone yang disodorkan dan mulai melihat dan mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh maps.

...----------------...

Mobil putih itu berhenti di sebuah rumah kecil yang di sampingnya ada warung tepat di depan kampus Universitas Konoha.

"Makasi sekali lagi," kata Ale sebelum keluar dari mobil.

Senyuman di wajah Ale memang sangat indah apalagi matanya berbinar memancarkan ketulusan membuat siapa saja yang melihatnya akan jatuh cinta. Masih dengan pendiriannya. Bagas hanya mengangguk. Padahal dadanya sudah berdebar sangat kencang.

Ale kemudian turun dan menunggu sampai mobil Bagas berlalu pergi. Di dalam mobil Bagas senyum sumringah! senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun karena sudah lama sekali senyum itu hilang dari dirinya dan kini kembali lagi.

"Sial! Ale membuatku jatuh cinta."

Holla salam kenal! Jangan lupa vote, komen, beri dukungan ya gais! Terimakasih!

ini gambar ilustrasi dinding perustakaan hasil kerjasama karin, Ale, dan Bagas.

Terpopuler

Comments

Pie Yana

Pie Yana

lanjut mampir

2024-04-01

0

Pie Yana

Pie Yana

idih meni dingin dingin atuh jang, entar jadi es batu loh

2024-04-01

0

fayefae

fayefae

semangat thor, aku mampir yaa

2024-03-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Aku Ale!
2 Bab 2 Anak Baru
3 Bab 3 Pertemuan Pertama
4 Bab 4 Obrolan Bunda
5 Bab 5 Balasan Bantuan
6 Bab 6 Cinta Bagas
7 Bab 7 Cinta Bagas Part 2
8 Bab 8 Cinta Bagas Part 3
9 Bab 9 Berpamitan
10 Bab 10 Surat Anda
11 Bab 11 Cinta Bagas Part 4
12 Bab 12 Cinta Bagas Part 5
13 Bab 13 Cinta Bagas Part 6
14 Bab 14 Cinta Bagas Part 7
15 Bab 15 Ingatan kala Hujan
16 Bab 16 Cinta Bagas 8
17 Bab 17 Museum
18 Bab 18 Museum Part 2
19 Bab 19 Fun City
20 Bab 20 Fun City Part 2
21 Bab 21 Kebun Binatang
22 Bab 22 Kebun Binatang
23 Bab 23 Kebun Binatang
24 Bab 24 Senja yang meredup
25 Bab 25 Kebersamaan Terakhir
26 Bab 26 Penolakan
27 Bab 27 Kesalahan
28 Bab 28 Takdir
29 Bab 29 Takdir Part 2
30 Bab 30 Takdir Part 3
31 Bab 31 Perpisahan
32 Bab 32 Pertemuan
33 Bab 33 Pertemuan part 2
34 Bab 34 Kembali
35 Bab 35 Ketidaksengajaan
36 Bab 36 Ketidaksengajaan Part 2
37 Bab 38 Ketidaksengajaan Part 3
38 Bab 38 Penghianatan?
39 Bab 39 Rumah Sakit
40 Bab 40. Rumah Sakit Part 2
41 Bab 41 Penantian
42 Bab 42 Penantian part 2
43 43 Memasak Cinta
44 44 Telfon
45 Bab 45 Mengantar Cinta
46 Bab 46 Memberontak
47 Bab 47 Kacang
48 Bab 48 Puisi
49 Bab 49 Bagas?
50 Bab 50 Bulan
51 Bab 51 Ingatan
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54 Kembali
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57 Kebingungan
58 Kembali
59 Penolakan
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1 Aku Ale!
2
Bab 2 Anak Baru
3
Bab 3 Pertemuan Pertama
4
Bab 4 Obrolan Bunda
5
Bab 5 Balasan Bantuan
6
Bab 6 Cinta Bagas
7
Bab 7 Cinta Bagas Part 2
8
Bab 8 Cinta Bagas Part 3
9
Bab 9 Berpamitan
10
Bab 10 Surat Anda
11
Bab 11 Cinta Bagas Part 4
12
Bab 12 Cinta Bagas Part 5
13
Bab 13 Cinta Bagas Part 6
14
Bab 14 Cinta Bagas Part 7
15
Bab 15 Ingatan kala Hujan
16
Bab 16 Cinta Bagas 8
17
Bab 17 Museum
18
Bab 18 Museum Part 2
19
Bab 19 Fun City
20
Bab 20 Fun City Part 2
21
Bab 21 Kebun Binatang
22
Bab 22 Kebun Binatang
23
Bab 23 Kebun Binatang
24
Bab 24 Senja yang meredup
25
Bab 25 Kebersamaan Terakhir
26
Bab 26 Penolakan
27
Bab 27 Kesalahan
28
Bab 28 Takdir
29
Bab 29 Takdir Part 2
30
Bab 30 Takdir Part 3
31
Bab 31 Perpisahan
32
Bab 32 Pertemuan
33
Bab 33 Pertemuan part 2
34
Bab 34 Kembali
35
Bab 35 Ketidaksengajaan
36
Bab 36 Ketidaksengajaan Part 2
37
Bab 38 Ketidaksengajaan Part 3
38
Bab 38 Penghianatan?
39
Bab 39 Rumah Sakit
40
Bab 40. Rumah Sakit Part 2
41
Bab 41 Penantian
42
Bab 42 Penantian part 2
43
43 Memasak Cinta
44
44 Telfon
45
Bab 45 Mengantar Cinta
46
Bab 46 Memberontak
47
Bab 47 Kacang
48
Bab 48 Puisi
49
Bab 49 Bagas?
50
Bab 50 Bulan
51
Bab 51 Ingatan
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54 Kembali
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57 Kebingungan
58
Kembali
59
Penolakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!