...Bahkan senja sekalipun kalah dengan indahnya dirimu al...
...---------------...
- Bagas.
Sepulang sekolah seperti dugaannya. Stevy mulai mendatangi meja Ale setelah semua isi kelas sepi.
"Sini lo! makin ngelunjak aja ya lo lama-lama!"
Kali ini Stevy n friend. Seperti biasa Stevy menyeret Ale ke pojok belakang kelas. kali kedua Stevy bermain fisik pada Ale.
"Aw! sakit Stev lepasin," ringis Ale karena luka di siku kanannya di seret. Dia lalu di dorong dan tentunya membuat Ale mendarat dengan kedua sikunya yang terluka itu. Ale mulai mencoba untuk mengangkat tubuhnya berdiri namun lagi-lagi dia di dorong oleh Stevy. Tubuh Ale terjatuh ke lantai lagi.
Dia kemudian dipegangi oleh dua teman Stevy di sebelah kiri dan kanannya. Stevy mulai jongkok dan mengambil dagu Ale lalu mengangkatnya. Stevy persis berbicara di depan wajah Ale yang sedari tadi menahan sakit. Matanya memerah karena lukanya yang masih basah harus terbentur lagi.
"Lo berani-beraninya berangkat bareng Bagas! gue aja belum pernah masuk mobil dia! Malah lo duluan," kata Stevy bicara penuh hati-hati namun dengan nada marah.
Ale hanya bisa diam. Suara Stevy semakin melengking lebih parahnya menjambak rambut indah Ale itu yang membuat Ale semakin meringis. Rupanya Stevy tidak puas dengan jawaban diam nya Ale.
"Jawab bangsat!"
Ale mulai meneteskan air mata.
"Yah, malah nangis dia Stev," kata Vanya dengan senyum getir dan wajah puasnya.
"Tampar aja Stev! biar mau ngomong!" bujuk Vinola memberikan ide.
[Plak]
Satu tamparan mengenai pipi sebelah kirinya.
"Sakit Stev, gue mohon lepasin ..." ringis Ale.
"Sakit? mau lagi?" kata Stevy puas.
Satu tamparan akan mendarat di pipi sebelah kanannya namun.......
"STEVY! CUKUP!"
Suara lengkingan pria yang terdengar menggema di kelas itu membuat Stevy n friend dan juga Ale kaget lalu mengarahkan pandangan ke sumber suara.
"Gue yang jemput Ale kerumahnya, puas lo? gue yang deketin dia! gue cinta sama dia!"
"Gas ..." jawab Stevy kebingungan.
Bagas mulai melangkah menuju ke arah mereka ber empat. Bagas mengangkat tubuh Ale agar bisa berdiri lagi dengan pelan dia memapah gadis itu. Sementara Stevy n friend masih diam tidak bisa berkutik.
"Jahat lo!" tukas Bagas sebelum pergi meninggalkan Stevy n friend
"Gas? Bagas! lo kok milih dia? gas inget bokap Lo!"
Bagas tak sama sekali menggubris ucapan Stevy. Dia lebih mengkhawatirkan kondisi Ale yang terlihat sangat lemah. Gadis itu hanya diam, membiarkan Bagas memapahnya menuju mobil. Seluruh tubuh Ale terasa sakit sekali. Pipi sebelah kirinya sudah memerah, kedua luka sikunya menjadi semakin perih, dan kepalanya kunang-kunang.
"Lo gapapa Le?" tanya Bagas serius. Baru kali ini dia melihat wajah pria itu terlihat begitu serius dan matanya? ada sedikit percikan kesedihan.
Ale hanya bisa mengangguk dan tersenyum lalu menyenderkan dirinya di kursi mobil.
Bagas dengan sigap kembali mengambil kain kasa dan obat merah yang dia beli kemarin.
"Sini tangan lo."
Ale kemudian menjulurkan tangannya sementara tubuhnya tetap ia biarkan bersandar dan Ale mulai menutup matanya berharap kepalanya akan berhenti berputar.
Bagas mulai mengganti kain kasa yang ada di kedua tangan Ale dengan pelan dan telaten dia mengobati luka Ale.
Mobil putih itu kemudian keluar dari halaman sekolah. Melintasi jalanan yang tidak terlalu ramai.
Selama di perjalanan tanpa di sadari Ale tertidur pulas. Bagas yang melihatnya langsung tersenyum dan di dalam hatinya berkata (MasyaAllah! tidur aja cakep banget! Tuhan kalau bisa jodohku dia aku gapapa banget). Karena tidak sedikitpun Ale terlihat jelek saat tertidur justru dia begitu imut.
Mobil putih itu berhenti tepat di sebuah pantai indah. Ale yang menyadari kalau mobil itu berhenti langsung terbangun. Dia tidak mendapati Bagas di kursi pengemudi. Dia melihat Bagas sedang berada di luar.
Ale kemudian menghampiri bagas. Bagas dibuat terkejut oleh sosok Ale yang langsung duduk di sampingnya.
"Indahnya," kata Ale.
"Eh? lo udah bangun? gaada yang sakit lagi kan?" tanya Bagas.
Ale kemudian mengangguk tanpa sedikitpun menolehkan pandangannya ke arah Bagas karena dia sangat tersihir oleh keindahan pantai di depan matanya itu. Bagas juga tidak ingin menggangu Ale. Dia kemudian memilih untuk ikut menikmati angin pantai sore itu.
"Minum Le, makan juga ni gue udah beli banyak makanan."
Ale kemudian tersenyum dan mulai mengambil air mineral yang ada di keresek putih.
"Terimakasih," katanya.
"Lo suka coklat ga? gue juga beliin coklat siapa tau bisa kasi mood baik, katanya kan kalau lagi ga mood cewe suka beli coklat."
Ale dengan senang hati mengambil coklat yang di sodorkan. "Sekali lagi terimakasih ya Gas," katanya dan kali ini dia menatap Bagas dengan begitu tulus.
Wajah Bagas mulai memerah. Dengan cepat pria itu memalingkan wajah agar Ale tidak menyadarinya. Tapi telat! Ale melihat persisi wajah Bagas yang memerah.
"Kenapa wajah lo? kok merah? sakit ya lo?" kata Ale mulai panik.
"Engga," kata Bagas membantah cepat.
Ale mulai terkekeh. "Atau lo beneran suka ya sama gue kaya yang Lo bilang di kelas tadi."
Sial! wajahnya makin memerah!
"Geer lo!" jawab Bagas tanpa berani menatap Ale sedikitpun.
Ale hanya tersenyum. Tidak ingin menggoda pria itu terlalu jauh. Dia kembali menatap deburan ombak pantai yang menenangkan. Saat-saat seperti ini dia teringat dua pria yang dia sayangi.
Ayah dan juga anda. Kembali terputar memori ketika ia bersama ayah di pantai. Dirinya seperti melihat bayangan masa kecilnya yang berlarian bersama ayah di pinggir pantai.
Saat itu ia ingat sekali sangat takut dengan ombak. Namun ayah selalu meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apapun padanya.
"Ale ayo sini! jangan hanya berani di pinggir, masuklah kedalam air bersama Ayah."
"Tidak Ayah! Ale takut, ombaknya besar sekali," kata Ale kecil saat itu.
"Tidak akan terjadi apapun Sayang, ada Ayah. Ayah akan selalu ada saat Ale mengalami kesulitan. Ale percaya sama ayah kan, Nak?"
Dengan melawan rasa takutnya Ale mulai berjalan pelan menuju ayahnya yang sedari tadi sudah menjulurkan kedua tangan akan menangkap Ale saat anak itu sudah berada di dalam air.
"Ayah Ale takut, ombaknya menyeret - nyeret Ale."
"Terus Nak! Jalan! jangan hiraukan ombaknya. Fokus pada Ayah, lihat Ayah. Ayah disini menantimu."
Ale kemudian meneruskan berjalan menuju ke arah ayahnya dan sampai ke dekapan.
"Tuh kan Ale pinter!" tukas Ayah.
Ale kemudian tersenyum. Mulai berani berdiri sendiri tanpa di pegang ayah meskipun sesekali saat ombak datang, dia harus memeluk ayahnya.
"Nak, jika kau punya rasa takut lawan! jangan mau kalah! kalau kamu lawan, rasa takutnya akan kalah! Dan kamu pemenangnya! paham?"
Ale kecil waktu ikut kemudian mengangguk. "Iya Ayah! Ale akan menjadi pemenang!"
"Pintar." Satu kecupan mendarat di kening Ale kecil.
Mengingat kejadian itu, ada sedikit air mata kerinduan yang tumpah di mata Ale. Di dalam hati ia berkata ( Ayah maaf, kali ini Ale kalah melawan rasa takut itu ).
Bagas yang menyadari Ale menangis langsung berkata. "Lo ko nangis? ga suka gue ajak kesini?"
Ale menggeleng pelan dan mengusap air matanya.
"Gue hanya merindukan seseorang yang selalu gue ingat ketika gue ke pantai."
"Siapa?"
"Emang gue ngizinin lo nanya?" jawab Ale puas karena bisa membalas Bagas.
"Gue ga maksa lo jawab."
Sial! ada aja deh jawaban Bagas yang tidak habis pikir.
Ale memilih dia tak menggubris jawaban Bagas. Dia malah tertarik untuk menanyakan hal lain
"Gas? Apa maksud Stevy bilang inget bokap lo? emang bokap lo kenapa?"
"Bukan urusan lo," jawabnya tegas lalu meninggalkan Ale duduk sendirian.
"Lah gas? lo mau kemana? kan gue cuman nanya?Gas, Bagas?" kejar Ale.
"Ke toilet," tukas pria itu.
Ale kemudian berhenti mengejar Bagas lagi dan memilih untuk kembali ke dalam mobil. Tanpa disadari, Bagas meninggalkan handphone nya yang masih menyala di kursi pengemudi dan kebetulan sekali layar handphone nya menunjukkan sebuah riwayat pencarian di google.
_Makanan apa yang bisa mengembalikan mood cewek_
"Cowok aneh!" kata Ale tersenyum geli.
Entah kerandoman apa lagi yang akan ditunjukkan Bagas di hari-hari selanjutnya untuk mengekspresikan cintanya yang belum di sadari oleh Ale.
HOLAAAA!!!!! Jangan lupa dukung aku ya! Biar semangat nulis nih! Terimakasihhhhhhh.
Kamu pendukung siapa nih? Tim Ale, Bagas atau Ale, Anda?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Pie Yana
tidak usah di ungkapin semua yg bagas lakuin udah kelihatan klu dia aa hati sm km Ale
2024-04-11
0