..."Apakah jatuh cinta memang serumit ini? lalu kapan dan dimana bagian indahnya?"...
...----------------...
- Ale.
Mobil Bagas terparkir rapi di garasi sebuah rumah putih tingkat dua yang terlihat mewah dari luar. Bagas kemudian masuk kedalam rumah tersebut lalu saat dia akan menaiki tangga menuju kamarnya, langkahnya terhenti oleh suara seorang pria paruh baya memanggilnya.
"Agas," seru Pria yang muncul dari sebuah ruangan kecil di samping tangga.
Bagas menoleh, "Iya Pah?"
"Om Frans telfon Papa, katanya kamu berantem sama Stevy? Kamu jalan sama cewe lain? Kamu lebih membela cewe lain dari pada Stevy dan bahkan memilih cewe itu? parahnya dia cewe miskin?"
"Aku cuman membela yang benar Pah dan satu lagi yang mau agas tanya, kenapa kalau dia miskin Pah? miskin itu bukan aib! oke sekarang dia miskin harta, tapi dia kaya adab. Dia baik, dia cantik Pah kalau di bandingkan Stevy."
"Agas! sejak kapan kamu berani membantah Papa kaya gini? cewe itu yang ngajarin kamu?"
"Pah plis! gaada sedikitpun dia mempengaruhi Agas...."
"Sudah Agas! Papa gamau dengar apapun, intinya kamu harus tetap bersama Stevy! jauhi perempuan miskin itu!"
"Tapi Pah-"
"Gaada tapi-tapi Agas! Kamu mau liat Papa di penjara? Hutang papa sama om Frans masih banyak Gas ... hutang biaya pengobatan ibu kamu dulu belum lunas. Keadaan perusahaan juga masih menurun omzetnya. Kamu mau liat Papa di penjara? kalau Papa di penjara siapa yang akan mengurus kamu? Ibu sudah lama ninggalin kita".
Kalau sudah menyangkut masalah itu, Bagas tidak bisa berkata apapun. Setelah ibu meninggal, papanya selalu mengontrol segala tindakan Bagas. Apapun harus menurut pada papa. Bagas kemudian berjalan menuju ke kamarnya.
"Inget kata-kata papah barusan Agas! Kamu harus tetap bersama Stevy."
Bagas kemudian mengacungkan jempol kepada papahnya tanpa mau membalikkan badan ke arah papahnya. Dia tetap berjalan dan fokus menaiki anak tangga.
Bagas melemparkan tubuhnya nya ke atas kasur untuk meluapkan kekesalannya.
"Argh! kenapa harus kaya gini si? disaat gue pertama kali bisa jatuh cinta sama orang kenapa harus serumit ini tuhan ..." ucapnya sambil menjambak rambutnya sendiri.
Bagas menenangkan diri dengan menarik nafas, melihat langit-langit kamarnya, membayangkan seolah ia bisa melihat ibu nya sedang duduk di sampingnya, lalu menenangkannya seperti yang selalu dilakukan almarhumah dulu.
"Ibu, sampai kapan papa bakalan selalu ngatur kehidupan Agas? kapan agas bisa mengatur jalan hidup agas sendiri Ibu?"
Memang benar adanya, sedari kecil papanya yang selalu mengatur hidupnya, Bagas harus ini itu selalu atas kehendak papanya. Meskipun di beberapa situasi ibu selalu bisa menolong Bagas terlepas dari keinginan papanya. Tapi sekarang sudah tidak ada ibu di sampingnya.
Bagas kemudian teringat pesan almarhumah,
"Agas, saat kamu dewasa kelak, ketika Ibu sudah tidak bisa bersama kamu. Janji jadi anak yang baik ya? Jika papa masih terus memaksa kamu melakukan maunya, selagi itu baik lakukan, Nak. Kamu boleh mengambil dan terlepas dari papa kamu jika kamu sudah bisa mandiri dan ketika kamu harus memperjuangkan hatimu."
"Hati apa maksudnya Ibu?"
"Kau akan mengerti ketika kamu dewasa Sayang, saat kamu sudah bisa jatuh cinta maka kamu harus bisa memperjuangkannya."
Bagas akhirnya mengerti, dia harus memperjuangkan cintanya pada Ale! tapi untuk saat ini dia harus mematuhi perintah papanya.
Dengan cepat Bagas merogoh handphone yang ada di saku celana baju seragamnya. Lalu ia mencari sebuah nomor telfon yang akan ia hubungi. Telfonnya tersambung tak sampai sepuluh detik panggilannya di angkat.
"Hallo."
"kenapa Gas?"
"Stev, maafin gue soal yang tadi," ucapnya dengan tidak ikhlas namun suaranya dibuat sengaja memelas.
"Om Max udah ngasi tau lo?"
"Iya papa udah bilang ke gue tadi."
"Jadi?"
"Yaudah gue mau sama lo, tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Please kasi gue kesempatan buat nemenin Ale sampe sepeda nya selesai di perbaiki."
"What? itu kan bukan salah lo Gas kenapa harus nunggu sampe sepedanya jadi?"
"Syarat gue cuman itu, ayolah masa berat."
"Hmmm, okelah karena lo yang minta."
"Gue mohon, selama itu juga jangan nyakitin Ale."
"Iya - iya huh bawel, tapi inget setelah itu lo harus sama gue!" ancam Stevy.
"Iya Stev, gue janji."
[tutttt]
Sambungan telfon itu mati.
[tok, tok]
Terdengar suara pintu kamar Bagas di ketuk
"Den Bagas, Bibi membawakan makan malam."
Bagas kemudian bangkit dari kasur lalu membuka pintu dan mengambil makan malam yang diberikan.
"Makasi ya, Bi."
"Iya Den, kalau begitu Bibi permisi dulu."
Bagas kemudian membalas dengan anggukan lalu menutup kembali pintu kamarnya.
...----------------...
Hari ini Selasa, namun sekolah libur karena tanggal merah. Oleh karena itu, Ale memilih untuk stay di rumah dan membantu Bunda di warung. Pagi-pagi sekali Ale sudah menjejerkan berbagai macam lauk dan menaruhnya di etalase warung. Sementara Bunda sibuk di dapur memasak nasi.
[Tok-tok]
Suara pintu rumah di ketuk.
"Iya sebentar sahut Bunda yang berada di dalam rumah"
Saat pintu di buka, terlihat sosok pria yang mengetuk.
"Kamu siapa?"
"Ale ada Bunda?" kata pria itu sambil tiba-tiba menyalami Bunda.
Bunda masih kebingungan dengan pria ini. Dia masih menatap tajam mengira-ngira apakah dia mengenali pria itu atau tidak.
"Aku Adul, Bunda temen kecil Ale masa Bunda lupa?"
"Astaga Adul? YaAllah Nak, kamu sudah sebesar ini dan makin ganteng aja kamu Dul sampai Bunda ga ngenalin loh!" ucap bunda sambil menepuk - nepuk pundak Adul.
"Ah Bunda bisa aja, jadi gimana Bunda ... Ale ada?"
"Oh ada Dul, sebentar Bunda panggilin ya, pasti Ale senang tau kamu pulang."
Bunda bergegas menuju ke warung untuk memanggil Ale sedang sibuk menata lauk.
"Ale sayang, ada temen kamu tuh yang nyariin."
Ale bingung, teman siapa? perasaan dia tidak pernah mempunya janji untuk bertemu siapapun hari ini.
"Teman siapa Bunda?" dia sudah curiga sekali takutnya itu Bagas lagi. Soalnya dia tidak habis pikir dengan keanehan Bagas.
"Lihat sendiri dong, masa Bunda kasi tau," kata Bunda tertawa menggoda.
Ale jadi makin curiga dengan ekspresi Bunda. Tak mau penasaran Ale secepatnya menemui orang yang kata Bunda adalah temannya.
"Siapa ya?" ucap Ale.
Pria itu kemudian membalikkan badan.
"Yaampun Adul? Ini lo?" ucapnya kaget tak percaya.
Pria itu hanya cengengesan melihat Ale yang kaget.
"Ayo masuk dulu Dul," tawar Ale.
"Ah elah Le, gue udah sering kerumah lo. Udah puas banget dulu selalu di sini. Suasana juga gapernah berubah. Mending kita ke taman aja yuk!"
Ale berpikir sebentar lalu berkata, "Yaudah deh, bentar ya aku izin Bunda dulu."
"Khmmmm, jangan lupa bawain nasi ya belum sarapan gueeee Le. Laper kangen masakan Bunda mwehehhehehe."
"Uh dasar! lo emang gapernah berubah," tukas Ale dan meninggalkan Adul sendirian untuk meminta izin kepada Bunda.
Aku belum cerita perihal Adul ya?
Jadii Adul Mumtaz atau biasa di sapa Adul ini juga adalah teman masa kecil Ale. Sebenarnya mereka itu temenannya ber tiga. Ale, Anda, dan Adul. Teman yang tidak sengaja tercipta karena olimpiade waktu Sekolah Dasar yang mempertemukan mereka.
Adul rumahnya tidak sedekat Ale dan Anda. Tapi rumah Adul jarak 5 rumah dari kediaman Ale dan Anda. Adul di Lombok tinggal bersama neneknya. Sedari kecil sampai SMP Adul di titipkan di neneknya karena ibu dan ayahnya harus bekerja di luar kota sementara Adul harus menamatkan sekolah di Lombok. Makanya setelah lulus SMP baru Adul kemudian dibawa kedua orang tuanya untuk ikut. Adul dan Anda berada di kota yang sama yaitu Jogja.
...----------------...
"Tamannya masih aja sepi ya Le, suasananya masih adem kaya dulu."
"Iya Dul."
"Ah gue jadi kebayang waktu kita ber tiga selalu main disini," kata adul menyambung.
"Lo berdua si! Ninggalin gue," ketus Ale sebal.
"Yah mau gimana Le, terpaksa jalannya memang berpisah. Tapi kayanya lo ga sedih berpisah sama gue deh tapi sedih berpisah sama anda ea," celetuk Adul menggoda.
"Buset mana ada kaya gitu! gue juga sedih tau ditinggal sama lo, soalnya gaada yang lawakannya selucu lo Dul."
"Iyalah! gue kan limited edition ceunah!"
"Dih geer banget lo," kata Ale sambil menabok pundak temannya itu.
"Btw lo kenapa balik? terus udah berapa lama lo di sini?"
"Udah dari enam hari yang lalu Le, gue balik karena nenek meninggal, kan. Jadi gue sama nyokap bokap mau ngurusin pemakaman nenek."
"Inalillahi Wainnailaihi Rojiun Adul? lo ko ga bilang - bilang ? Parah lo." Sekali lagi tangan Ale mendarat di punggungnya, bahkan sekarang lebih sakit.
"Aw! ampun Le! gue juga lupa ngabarin lo karena saking sibuknya gue ngurusin pemakaman nenek. Mau cari celah buat ketemu lo aja susah banget Le dan sekarang baru ada kesempatan sekalian gue pamitan mau balik lagi."
"Ah lu mah ga seru," kata Ale cemberut.
Adul kemudian mulai menggoda Ale lagi.
"Kalau di liat-liat temen gue makin cantik aja ye! kalau ada si Anda dia udah kelepek-kelepek."
[ Plakkkkk ]
Satu jiplakan sekali lagi mendarat di punggung Adul membuat pria itu meringis lagi.
"Btw gimana keadaan anda di sana Adul?"
"Eh bicara soal anda, gue ada titipan dari dia nih! Katanya buat lo."
Adul menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna pink pada Ale. Yang kemudian di terima Ale. Ale tersenyum sumringah menerima kotak itu, terlihat binar matanya yang menyiratkan kerinduan pada sosok yang sangat ingin ia temui itu.
"Lo kangen banget ya sama Anda? keliatan banget dari mata lo," kata Adul merayu.
"Sok tauuuuuu!" kata Ale tersipu malu.
"Dih gue temen lo ya dari sejak curut, jadi apa sih yang gue ga tau dari lo? marah lo, seneng lo, sedih lo, lo jatuh cinta gue masih hafal," ucapnya membanggakan diri.
"Iya deh iya."
Ale dengan sigap akan membuka kotak itu namun di cegah oleh Adul.
"Etsss! jangan dibuka disini dong! lo buka di rumah aja ntar. Sekarang kita me time dulu. Urusan lo sama anda kan urusan kalian berdua masa lo gamau ngabisin waktu sama gue. Udah laper gini juga pengen makan," celetuk Adul.
"Iya iya, bawel banget si Dul," kata Ale sembari memasukkan kotak pemberian anda itu ke dalam tas yang ia bawa.
Mereka berdua kemudian tertawa bersama. Menikmati taman dan berbicara banyak hal sebelum Adul harus kembali ke Jogja besok pagi nya.
Terakhir sebelum berpisah Adul meminta nomer whattsap Ale. katanya anda yang minta. Padahal bisa saja Adul yang memberikan nomer Anda. tapi anda bilang jangan. Biarkan dia yang akan menghubungi Ale di waktu yang tepat menurutnya. Pria itu, memang selalu punya caranya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Pie Yana
perjuangkan masa depan dn kesuksesan mu gas, baru kau bisa perjuangkn hatimu di depan ayahmu
2024-04-11
0
Sabila
iya emang serumit itu jatuh cinta sama orang yang salah?
2024-01-15
0