Izinin gue buat jadi penghapus rasa takut Lo ya Al.
...----------------...
- Bagas.
Setelah selesai mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, mereka ber empat kembali berkumpul di parkiran.
"gimana? An, Za? aman, kan kalian?" tanya Ale.
"Aman, kami sudah catat dan dokumentasikan semuanya," jawab Ana yang kemudian memberikan hasil catatan nya kepada Ale.
"Oke, biar gue tugas yang nyalin ke word, nanti Ana lo tugas rapihin kalau gue udah selesai salin semuanya dan kalian yang cowok tugas nge print dan nambahin gambar," ucap Ale sembari mengambil kertas dari tangan Ana.
"Sudah jam 5 sore nih," jawaban Reza.
"Yaudah kita langsung pulang saja kalau begitu," ucap Bagas.
"Yuk."
Mereka kemudian berpisah. Ana pulang bersama Reza sedangkan Ale bersama dengan Bagas. Bagas melajukan mobilnya. Beberapa menit kemudian mobil Bagas melewati rumah Ale.
"Lah? Gas, Bagas! Rumah gue kelewatan!" jawab Ale panik.
"Gue tau."
"Terus? Kenapa Lo ga stop?"
"Kita ke fun city dulu ya," jawab Bagas.
"Hah? apa? enggak! gue gamau, ntar bunda nyariin lagi."
"Gaakan."
"Dih? jelas bunda bakalan nyariin tau! orang belum izin juga."
"Sudah, gue udah izin. Tadi waktu lo lagi siep-siep gue ngobrol sama bunda buat izin ajakin lo ke fun city. Terus bunda ngizinin katanya yang penting lo dijagain dan pulang sebelum jam 9 malam," ucap Bagas menjelaskan.
"Wah! parah si lo! kebiasaan ya tiba-tiba mutusin sepihak sebelum nanya gue mau apa engga," ucap Ale kesal.
"Lo bakalan mau pasti," jawab Bagas.
"PEDE banget lo! ya engga lah."
"Meskipun lo ga mau, gue bakalan paksa sampe Lo mau! Bakalan tetep gue ajakin!"
"Gila emang ni orang," jawab Ale.
Bagas tidak memperdulikan ucapan Ale. Dia hanya memilih fokus untuk menyetir karena meskipun perempuan itu marah-marah akhirnya bakalan tetap nurut juga dan ga ngereog. Bagas tersenyum samar sambil di dalam hati berkata (yang buat gue gila itu lo Le).
Mobil Bagas terparkir rapi di parkiran Mall. Dia kemudian membukakan pintu mobil untuk Ale. Dengan cepat Ale keluar dengan muka pasrahnya sementara Bagas hanya tersenyum manis melihat Ale.
"Apa lo senyum-senyum? Merasa menang? Hah?" ucapnya kesal.
"kalo iya emang kenapa?" ledek Bagas.
"Rese banget," jawab Ale sambil melipat tangannya di dada dan memalingkan wajahnya.
Ale mengikuti kemana arah Bagas akan membawanya.
"Gas! pegangin gue! gue takut naik eskalator," ucap Ale yang kini sedang berdiri di samping Bagas.
"Lo ga pernah naik eskalator?"
Ale menggeleng. "Pernah, tapi udah lama sekali jadinya sekarang aku takut," ucapnya polos.
Memang benar, Ale sangat jarang ke tempat mewah seperti Mall. Jika tidak bersama Anda, mungkin dia tidak akan pernah ke Mall. Dia ingat sekali saat Anda pertama kali mengajarkan dia cara naik eskalator.
"Anda Ale takut!" ucap gadis remaja SMP itu dulu.
"Gapapa Al, ada aku kan yang pegangin nih," jawab Anda.
"Gimana caranya Nda?"
"Sekarang, ulurkan kaki kanan kamu dulu ke tangga eskalator lalu di susul kaki kiri cepat!" jelas Anda.
Ale melakukannya dengan sangat baik meskipun harus berpegangan pada Anda dan sedikit merasa ingin terjatuh ke belakang.
"Nda takuttt," ucapnya sembari berpegangan pada lengan Anda.
"Kamu gaboleh takut kalau lagi sama aku ya Al, inget! Ale nya Anda selalu akan aman bersama Anda. Kamu percaya kan?" jawab anda.
Ale kemudian mengangguk paham.
"Ale berani, harus! ada Anda soalnya," ucapnya sambil menggenggam lebih erat lengan Anda.
Ale tersenyum mengingat kejadian itu. Dan sekarang, bukan Anda yang sedang ia pegangi lengannya untuk menaiki eskalator. Tapi tangan Bagas. Dengan hangat Bagas mendekap tangan Ale yang menempel di lengannya. Terasa aman.
"Lo gausah takut ... gue pegangin," ucap Bagas.
Ale kemudian melihat tangannya yang sedang dipegangi oleh Bagas. Dan dalam hati berkata
( Terasa nyaman, seperti saat bersama Anda. Anda, jangan khawatir ya ... Ale sekarang bisa naik lift dipegangi Bagas jadi Ale enggak takut. Ale tetap jadi yang pemberani kan, Nda? meski enggak ada Anda. Keren ga Ale? ).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Amelia
semangat ❤️👍
2024-02-28
0