Bab 7 Rindu Surya

Senja merayap perlahan di ufuk barat, memancarkan warna-warna keemasan yang memukau. Cahaya senja membelai perlahan puncak-puncak gunung di Provinsi Sumatera Selatan yang menjulang tinggi, menciptakan bayangan-bayangan yang menggoda di antara lekuk-lekuk lembah. Udara terasa segar, mengusap lembut wajah-wajah yang lelah setelah seharian bekerja. Di tengah keindahan alam yang mempesona sebuah desa yang bernama Kungku, Rubi tampak berkali-kali mengusap keringatnya.

Ia berada di depan tungku, api menyala-nyala. Hari ini ia begitu lelah, pulang dari ladang ia melihat nasi yang ia tanak pagi tadi telah habis dimakan oleh kedua putranya. Setelah nasi itu masak, Rubi memanggil Abi dan Bima. Kedua putranya sedang bermain di samping rumah.

"Bima, Abi... Ayo makan. Sebentar lagi beduk." Panggil Rubi pada kedua putranya.

Abi dan Bima berlari ke dalam rumah setelah mendengar bahwa nasi sudah matang. Namun sore ini tidak seperti biasanya. Dua bocah itu sebenarnya lapar, tapi mereka tak selera makan. Mereka menatap isi piring yang sudah terisi nasi jagung.

Rubi terpaksa mencampur beras dengan jagung saat akan memasaknya. Karena ia mulai khawatir dengan persediaan beras mereka. Surya tak kunjung memberikan kabar dan uang. Sudah beberapa Minggu makan nasi, membuat Abi dan Bima saling pandang ketika sore ini mereka harus makan nasi jagung lagi. Karena pagi tadi mereka sudah makan nasi jagung, dan rasanya tidak enak.

"Kenapa? Tadi katanya lapar?" Rubi menatap kedua putranya yang hanya menatap isi piring.

"Mak... Abi tidak suka nasi jagung. Kenapa harus di campur jagung? Rasanya susah untuk mengunyah." Keluh Abi.

"Iya Mak. Tidak enak." Bima mulai mencuci tangannya di dalam mangkuk dan mengambil garam yang berbentuk balok lalu ia tempelkan pada nasi yang ada di piring.

"Bima, Abi. Kondisi kita sedang sulit. Mak tidak punya uang. Kalian tahu jika gaji Bapak sudah mak belikan keperluan kalian dan beras untuk kita makan. Mak khawatir nanti berasnya tidak sampai Pak Dolah datang sudah habis. Kan lebih baik makan nasi jagung daripada oyek? Atau gaplek?" Ucap Rubi.

Dua bocah itu saling pandang.

"Gaplek?" Tanya Abi.

"Lebih enak Oyek daripada Gaplek." Ucap Bima. Ia mengenang masa-masa di Kalimantan. Dulu ia sering makan gaplek di Kalimantan. Bagi Bima Oyek lebih lezat daripada Gaplek, tetapi tidak bagi Abi. Bungsu Rubi itu belum pernah makan gaplek.

"Gaplek terbuat dari apa Mak?" Tanya Abi penasaran. Ia pun dengan berat hati memakan nasi jagung yang hanya berlauk garam sebagai penyedap makan.

Gaplek dan oyek adalah dua jenis makanan yang berasal dari bahan dasar singkong, namun memiliki perbedaan dalam proses pengolahannya.

Gaplek adalah singkong yang diolah menjadi lembaran tipis dan pipih seperti lembaran kertas. Proses pembuatan gaplek melibatkan pengupasan kulit singkong, perebusan, penghalusan, dan pengeringan. Gaplek memiliki tekstur kenyal dan biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam berbagai hidangan seperti soto, pecel, atau kerupuk gaplek.

Oyek adalah singkong atau ubi kayu yang diolah menjadi adonan yang lebih kasar dan berbutir. Singkong dikupas, direbus, kemudian dihaluskan dengan cara diparut atau dihaluskan menggunakan alat khusus. Setelah itu, adonan singkong tersebut dibentuk menjadi butiran-butiran kecil dan dijemur hingga kering. Oyek memiliki tekstur yang lebih kasar dan sering digunakan dalam hidangan seperti sayur oyek atau digoreng menjadi keripik oyek.

"Bedanya gaplek dan oyek yaitu tekstur dan bentuk akhirnya. Gaplek memiliki tekstur tipis dan pipih," Jelas Rubi pada Abi yang memang tidak bertemu jaman susah ketika makan gaplek.

"Ya tidak apa-apa Mak. Daripada Mak harus buat oyek lagi. Abi lebih suka makan nasi jagung daripada oyek." Ucap Abi yang tidak suka bau oyek.

Dua bocah itu makan nasi jagung itu dengan perlahan mengunyah nya. Bagi mereka yang mulai nyaman makan nasi, nasi jagung sangat sulit di telan.

Namun di tempat lain Surya justru sedang berjuang untuk mengumpulkan hasil jerih payahnya yang halal untuk anak istrinya.

Di tengah hutan di Jambi, para buruh angkut kayu dan gesek kayu sedang bingung karena mereka harus mengangkut kayu-kayu itu untuk di antar ke truk yang menanti di jalan Utama.

"Bagaimana ini... Kita tidak bisa menghanyutkan nya." Ucap ketua dari mereka yang menjadi buruh kayu.

"Bisa, kita putar arah atau kita pikul." Usul Surya pada pimpinan mereka. Lelaki tua yang memiliki kumis tebal itu menatap Surya.

'Setidaknya aku bisa dapat uang. Dan mereka bisa menghasilkan uang untuk ku.' Batin pria pria bernama Lesmana.

"Baik. Yang bersedia memikul kayu itu sampai ke truk akan ku berikan tambahan satu kayu 5 sen." Tawar Lesmana.

Surya merasakan jika ia akan pulang dan mengambil uang pada Lesmana. Jika di hitung-hitung ia akan pulang ke Kungku dengan membawa Rp. 1.000,00. Jumlah uang yang begitu besar bagi Surya.

'Aku bisa beli beras dan sepeda. Agar Rubi tidak perlu berjalan kaki ketika ke hutan. ' Bayangan Surya akan keuntungan yang menggiurkan jika ia bersedia memikul kayu itu melewati arus sungai yang deras.

"Saya mau Tuan." Jawab Surya mantap. Salah seorang teman Surya bernama Santo juga bersedia. Akhirnya mereka dengan semangat memikul kayu-kayu. Mereka menyebrang sungai yang setinggi dada. Mereka tak bisa menghanyutkan kayu-kayu tersebut seperti biasanya. Karena mobil menunggu di arah berlawanan arus sungai itu.

Tak terasa hampir 50 kayu gelondongan yang sudah di pikul oleh Surya dan Santo. Sang mandor atau pimpinan kelompok mereka berjanji akan memberikan Surya dan Santo upah mereka setelah kembali dari kota.

"Tunggu aku pulang dari Kota. Akan ku berikan upah kalian." Ucap Pak Lesmana.

"Baiklah, tolong belikan aku sepeda jika bapak pulang dari kota. Potong saja dari semua uang saya yang ada dengan bapak. Juga sepatu dan dua setel baju anak." Pinta Surya seraya mengelap keringat sebesar jagung yang terus membasahi wajahnya. Ia bahkan memeras baju yang baru saja ia kenakan.

Namun malang nasib orang yang jujur dan lugu seperti Surya. Hari demi hari hingga berganti minggu. Pak Lesmana tak kunjung datang lagi. Kini mandor mereka telah berganti orang. Surya menanyakan perihal uang yang ia titipkan pada Pak Lesmana juga upah terkahir saat ia dan Santo juga 3 orang lainnya, memikul berpuluh-puluh kayu Kulim dengan menyebrangi sungai. Mereka bahkan selama 9 hari bolak-balik membawa kayu-kayu gelondongan dengan diameter yang begitu besar. Bahkan jika di peluk oleh 3 orang, maka belum bertemu tangan mereka menyerupai lingkaran.

"Saya tidak tahu. Karena Tuan Soleh hanya meminta saya menggantikan Pak Lesmana. Orangnya saja saya tidak tahu yang mana." Ucap Pria yang berwajah seram itu sedikit ketus pada Surya.

Seketika Surya dan Santo saling menyemangati.

"Coba kau baca surat dari istri ku. Aku tidak bisa membaca." Ucap Santo pada Surya yang sedang menatap api unggun di depan pondok mereka.

Hanya api unggun sebagai cahaya untuk melindungi mereka di tengah hutan belantara dan juga menjaga dari serangan hewan buas.

Seketika surya membuka surat yang ditujukan kepada Santo. Lalu ia pandangi Santo.

"Apa isinya?" Tanya Santo penasaran.

"......"

Surya tak tega memberitahu Santo. Bahwa itu surat dari istrinya. Perempuan beranak satu itu pergi ikut seorang saudagar ke Jawa. Ia tak sanggup hidup di Desa Kungku. Hidup sulit, makan sulit, belum lagi jauh dari suami. Seketika Surya teringat Rubi dan dua anaknya.

'Semoga kamu tetap kuat dan sabar menanti mas pulang... Ru...' Harap Surya.

"Sur... Apa isinya?" Suara Santo membuyarkan lamunan Surya akan kondisi istrinya.

"Istri mu bilang. Baik-baik disini. Kabar baik nya kamu tenang saja. Istri dan anak mu dalam keadaan baik-baik saja. Ia meminta kamu mengumpulkan uang saja. Jangan dikirim." Surya terpaksa berbohong. Ia tak ingin menceritakan kebenarannya. Sakit dan kecewa tentunya. Ia bahkan tadi hampir melukai mandor baru karena tahu di tipu mandor lama.

'Wahai rembulan... Sampaikan rindu ku pada Rubi. Wahai Tuhan... Jaga anak dan istri ku." Surya bergegas masuk ke dalam pondok, meninggalkan Santo yang merasa bahagia karena mendapatkan surat cinta dari sang istri.

Terpopuler

Comments

Sadiah

Sadiah

Masya allah,, gak pernah ngerasain makan nasi jagung kaya gmna?... penasaran,, padahal orang tuaku suka bilang dulu ngalamin makan nasi jagung cuma gak tau bentuk nya kaya gmna.. 🤔🤔

2024-03-02

1

Jihan Rafif

Jihan Rafif

Ya Allah...Krn baca kisah ini,aku jadi makin sayang dgn beras ku ..

2024-01-22

2

𝐀⃝🥀ℝ𝔸 ¢нαιяα

𝐀⃝🥀ℝ𝔸 ¢нαιяα

oalahhh gaplek pun enak jga lho abi...🤭🤭

2024-01-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!