Bab 12 Ani-ani

Matahari belum terbit Rubi sudah berjalan ke arah sawang Nenek Hasmi bersama dua anaknya. Mereka akan membantu Nenek Hasmi untuk panen padi darat. Tiba di kebun Nenek Hasmi, tampak Abah Manan sudah mulai menggunakan ani-ani atau mengambil padi dengan sebuah alat yang diletakan di antara jari tengah dan telunjuk. Abi melihat bagaimana Abah Manan dan Nenek Hasmi tampak berlomba berjalan lurus ke depan dan jari-jari mereka sibuk dengan tangkai padi yang terdapat padi.

Krek.

Krek.

Krek.

Suara alat dari tangan Abah Manan dan nenek Hasmi. Membuat Bima penasaran.

"Mak, Bima boleh pakai alat ini?" Tanya Bima.

"Tidak, ini tajam Nak. Biar Mak saja. Abi pegang karung ini, Bima nanti bantu ambil hasil ani-ani daei Nenek Hasmi dan Abah Manan. Dan di ikat segenggam-segenggam nanti masukan ke dalam kayu ini.Paham?" Tanya Rubi. Bima mengangguk. Rubi pun meninggalkan dua anaknya di sisi gubuk yang beratapkan daun kelapa.

Namun di sela-sela kegiatannya, Rubi melihat Abi menggaruk-garuk tubuhnya karena gatal. Bima pun tampak sesekali duduk menemani Abi. Rubi tahu, harusnya anak-anak mereka bermain. Tetapi khawatir jika ditinggal dirumah. Nenek Hasmi dan Abah Manan juga meminta agar Bima dan Abi diajak.

Selagi berjalan lurus ke depan, Rubi sesekali melihat ke arah Abi dan Bima. Abi sesekali menangkap belalang dan Bima yang akan mengambil hasil ani-ani Rubi dab yang lainnya akan sesekali bersembunyi di tengah padi lalu berteriak.

"Abiii!"

Teriak Bima seraya bersembunyi. Abah Manan dan Nenek Hasmi juga Rubi ikut tertawa kala Abi berlari mencari Bima di tengah-tengah padi. Lalu mereka akan bersama-sama menangkap belalang.

Saat melihat Abi mulai bosan karena Bima kembali mengambil hasil ani-ani, Rubi memetik satu batang padi. Ia bawa ke arah Bima.

"Sini... Mak buatkan mainan." Ucap Rubi.

"Mainan?" Tanya Abi.

Rubi mengangguk dan membuat sebuah terompet dari batang padi. Ia lalu meniupkan terompet itu. Bima yang mendengar suara terompet itu bergegas berlari ke arah Rubi dan Bima.

"Teeet..." Suara terompet itu ketika di tiup Abi.

"Mak... Ajarkan Bima buat terompet itu mak." Pinta Bima.

"Ambil batang padi itu. Mak ajarkan, dulu di. Kalimantan, mbah mu mengajarkan mak." Ucap Rubi.

Ia mengajarkan Bima membuat terompet. Sulung Rubi itu tampak fokus mengikuti tangan Mak nya. Lalu ketika berhasil, mereka berlari-lari di antara padi-padi, seraya meniupkan terompet mereka. Rubi kembali melanjutkan ani-ani padi. Setelah tengah hari, mereka beristirahat. Namun Rubi tak melihat dua buah hati nya.

Tiba-tiba dua anak itu datang dari arah tepi kali dengan membawa sesuatu di bajunya. Udel bodong Bima bahkan terlihat karena bajunya yang ia angkat untuk membawa sesuatu.

"Sudah cuci tangan?" tanya Abah Manan.

"Sudah Bah." Jawab dua bocah itu bersamaan. Namun senyum mekar mereka saat mengeluarkan buah Rukem dari balik baju membuat Abah Manan terkekeh-kekeh.

"Hehehe.... Kalian lihat gigi kalian..." Ucap Abah Manan menyerahkan satu kaca kecil milik Nenek Hasmi, yang biasa digunakan untuk memakan daun sirih atau biasa nenek Hasmi sebut 'nginang' atau dalam bahasa Jawa nya di kenal 'nyusur'.

"Coba Hi..." Titah Nenek Hasmi pada Abi dan Bima. Sontak dua bocah itu tertawa dan saling dorong karena melihat gigi mereka berwarna kuning atau biasa di sebut 'gudalan.'

"Hahaha...Kalian tahu, itu buah Rukem. Itu kalau makan buah itu, gigi jadi gudalan." Abah Manan tertawa lepas karena dua muridnya tersipu malu.

Rubi pun mengambil satu buah Rukem yang di letakkan Bima di atas lantai pondok. Ya, buah yang batang nya banyak duri. Bentuk buahnya bulat mirip anggur warnanya merah tua. Rasanya manis-manis sepet.

Makan siang mereka begitu lahap, Abi dan Bima begitu semangat karena Nenek Hasmi sudah menyiapkan makan siang, Abah Manan memasang bubuh atau perangkap ikan. Ikan kecil-kecil yang di rebus dan rasa gurih juga asin di padu dengan nasi liwet yang begitu pulen, membuat dua buah hati Rubi dan Bima makan dengan lahap. Nenek Hasmi tak punya minyak sawit atau minya kelapa, maka ia hanya merebus ikan itu dan hanya diberikan garam.

"Bima..." Panggil Rubi seraya melirik Bima, saat putranya kembali ingin mengambil ikan di piring.

"Biarkan Ru... Abah memang menyiapkan ini untuk mereka." Abah Manan tahu bahwa Bima dan Abi tidak pernah makan ikan kecil-kecil. Maka ia sengaja kemarin meminta Rubi untuk mengajak Bima dan Abi.

Setelah selesai makan mereka sembahyang bergantian karena Rubi tak punya mukenah. Abah Manan tampak merokok dari sebuah lintingan pelepah yang setelah sembahyang.

"Bagaimana kalau Sembahyang tapi perut kenyang?" Tanya Abah Manan seraya menikmati rokok khas dari daun pelepah.

"Sakit Bah..." Ucap bima seraya nyengir seraya duduk bersandar pada tiang pondok.

"Hehehe... Besok-besok kalau makan jangan sampai kekenyangan biar tidak sakit perut..." Ucap Abah Manan.

Satu hari itu di lalui Rubi dengan merasa begitu letih. Namun saat sore hari tiba di rumah, Masriah menunggu di bawah pohon randu.

"Darimana Ru?" tanya Masriah seraya menyuapi Kuntum ubi kayu rebus.

"Dari mengambil upah ani-ani padi Bibi Hasmi." Jawab Rubi.

"Ru, besok pagi-pagi buta mobil yang membawa bibit karet akan datang. Kamu harus datang lebih awal, khawatir dapat bibit yang jelek." Ucap Masriah dengan semangat.

"Siapa yang mengatakan?" Tanya Rubi.

"Pak Dolah, oya... Ini gaji suami mu. Dan katanya ini 50 uang Opaknya bulan lalu. Ia cukup lama menunggu kamu tadi." Ucap Masriah seraya mengeluarkan dompet yang ia tempelkan dalam kut@ngnya dengan sebuah peniti.

Rubi tersenyum.

'Terimakasih Pak Dolah....' Batin Rubi, ia tahu bahwa Pak Dolah tak enak hati jika harus menitipkan pada Masriah tapi ia melebihkan gaji Surya.

"Terimakasih Mas," Rubi bergegas kerumah 3 orang tua yang kemarin minta denda karena anak-anak mereka di hajar habis-habisan oleh Bima.

"Mak pergi dulu ya. Cepat simpan gabah nya di atas kayu dekat luweng." Pinta Rubi.

Bima mengangguk seraya menggotong kayu yang di kedua ujungnya di berikan padi yang tadi di petik. Rubi mendapatkan upah lebih. Ia sengaja minta padi yang masih ada tangkai, ia akan menanam padi juga seperti nenek Hasmi, di lahan yang satu hektar yang dulu pernah ia buka bersama Surya.

'Kasihan Mak..." batin Bima menatap kepergian Rubi.

Terpopuler

Comments

Zahbid Inonk

Zahbid Inonk

bnr" merasa kembali k masa lalu ini mh 🥹
semangat 💪💪 thor

2024-01-26

1

Retno Endang

Retno Endang

aduuhh thor kurang, cuma novel novel yg selalu ku tunggu tunggu

2024-01-25

0

mudahlia

mudahlia

secara tidak langsung cerita ini mengajarkan banyak hal penuh makna penuh arti lo

2024-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!