Sore harinya.
Rumah tua Alin.
Sementara itu, ditempat yang berbeda. Tepatnya di rumah terdahulu yang sudah lama Alin tinggalkan, rumah yang pernah menjadi saksi bisu kekejaman Yudi kepadanya.
Serta rumah yang menjadi saksi bisu dari kerasnya perjuangan hidup yang dijalani oleh Alin untuk membiayai kebutuhan keluarganya dengan berjualan sembako.
Dimana rumah tersebut, menyimpan berbagai macam kenangan masa lalu yang tidak mungkin bisa dilupakan begitu saja.
Akan tetapi, Alin memilih untuk merenovasi daripada menjual rumah tersebut, untuk dijadikan tempat persembahyangan bagi keluarga leluhurnya yang lama.
Mendoakan mendiang kedua mertua dan juga mantan suaminya setiap malam Ce It (Tanggal 1 penanggalan imlek setiap bulannya) dan malam Cap Go (Tanggal 15 penanggalan imlek setiap bulannya), serta sembahyang besar lainnya seperti sembahyang imlek, sembahyang Ceng Beng, sembahyang kue bulan, sembahyang bacang dan juga sembahyang onde.
Lalu berharap semoga semua leluhur dan mendiang keluarganya terlahir dialam yang bahagia.
"Cik, Alin udah tuang teh buat mereka semua. Seperti biasa nanti Encik tolong jagain ya, kalau hionya udah habis baru dimatiin lilinnya," ucap Alin kepada Melan.
"Ya, kayak Encik anak kecil aja kudu diingetin segala. Tenang aja ada Encik sama Ayong yang jagain nih meja sembahyang, udah lu sono pulang. Elu pan mau sembahyangin mendiang keluarga laki elu juga," balas Melan menyanggupi.
"Ya Cik, kalau begitu Alin tinggal ya." pamit Alin.
"Ya, hati-hati ya dijalan. Titip salam buat anak-anak elu," balas Melan.
"Ya Cik," balas Alin lalu pulang ke rumah dengan mengendarai mobil pribadinya.
...----------------...
Mansion Hendrik.
Sedangkan disisi lain, setelah mendapat aduan dari Caroline atas sikap kasar padanya hari ini, Hendrik memanggil Yuan untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Kali ini masalahnya apa?" tanya Hendrik pada Yuan yang hanya bisa menunduk. "Jawablah Yuan dan tatap wajah Daddy saat Daddy bicara!" pintanya menekankan.
Yuan mengangkat wajahnya."Tidak ada masalah apapun."
"Tidak ada masalah apapun? Lalu kenapa Caroline sangat sedih hari ini? Apa yang telah dia lakukan sampai kau tega mengusirnya dan berlaku kasar padanya?" cecar Hendrik.
"Dia mengangguku saat bekerja, jadi apa aku salah mengingatkan dia kalau kantor itu bukanlah tempat yang cocok untuk berduaan?" balas Yuan apa adanya.
"Kau memang benar, kantor seharunya untuk bekerja. Tapi apakah harus menggunakan cara kekerasan seperti mendorongnya keluar dari ruanganmu?" tanya Hendrik ingin meminta penjelasan lebih.
"Aku tidak mendorongnya! Aku cuma mengantarnya sampai ke depan ruanganku," bantah Yuan.
"Yuan, mau apapun alasan kamu. Pokoknya Daddy tidak mau mendengar lagi ada kata-kata keluhan yang keluar dari mulut Carol, titik!" balas Hendrik menegaskan.
Yuan mendesahh kasar, kedua tangannya mengepal kuat. Tanpa mau membantah lagi, ia pun pergi dari ruang kerja ayahnya sebelum perbincangan itu usai.
"Yuan, mau kemana kamu! Daddy belum selesai!" panggil Hendrik sedikit mengeras.
"Aku mau ke kamar," balas Yuan berlalu.
Hendrik mengembus nafasnya kasar dan sedikit terkejut dengan sikap Yuan, karena ini kali pertamanya pria muda itu telah berani mengabaikannya.
...***...
Tak berselang lama kemudian, Alin tiba juga dikediamannya, ia segera disambut oleh Endah yang siap sedia membantu.
"Apa meja sembahyang sudah siap?" tanya Alin.
"Sudah Nyonya," balas Endah.
"Ya sudah kalau begitu aku kesana," ucap Alin lalu segera menghampiri meja sembahyang dimana foto mendiang akung Iyan beserta sang istri terpampang bersama.
Alin memasang dupa, dan tidak lupa memanjatkan doa. Walau ia tahu keluarga suaminya itu jarang melakukan sembahyang kepada arwah leluruh, namun Alin terus melakukan bakti tersebut demi kebaikan arwah mendiang yang telah lama tiada.
Lalu setelah semua ritual itu usai, Alin kembali menghampiri Endah yang sedia dibelakangnya.
"Bi Endah, apa semua orang sudah pulang?" tanya Alin sambil berjalan menuju dapur dan mengenakan celemek.
"Sudah, mereka sudah pulang semua dan sedang menunggu anda pulang untuk makan bersama," balas Endah.
"Hm, kalau begitu panggilkan semua orang ya!" titah Alin mulai memasak dan menghidangkan makanan.
Tak butuh waktu lama, semua anggota keluarga telah berkumpul dimeja makan. Namun ada satu dari anggota keluarga tersebut yang tidak ikut berkumpul.
"Kemana Kode (Kokoh paling tua) kalian?" tanya Alin pada Marlina dan Michael.
Marlina dan Michael mengangkat kedua bahunya. "Enggak tahu Mom," balasnya kompak.
"Kalau begitu biar Mommy panggilkan kode kalian dulu," ucap Alin.
"Untuk apa? Nanti dia juga akan turun sendiri, dan kalian semua tidak perlu menunggu dia, kita makan saja duluan!" ucap Hendrik kemudian memulai makan malamnya.
Alin merasa ada yang tidak beres, karena tidak biasanya putranya itu terlambat turun ke bawah apabila dipanggil. Terutama menyangkut perintah orang tua. "Apa telah terjadi sesuatu?" batinnya bertanya.
Tidak ada bedanya dengan Alin, Mei Chen pun merasakan hal yang sama. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi kepada Yuan, terlebih melihat sikap sang ayah yang terlihat tidak peduli dengan kehadiran Yuan saat ini.
"Ada apa dengan Daddy? Tidak biasanya Daddy cuek sama Yuan," batin Mei Chen menganggap aneh dengan sikap sang ayah terhadap putra kebanggaannya.
Waktu terus berlalu, pun dengan makan malam mereka yang sudah hampir selesai.
"Yuan masih belum turun juga, memangnya sedang apa dia di kamar?" tanya Alin cemas.
"Dia sudah besar, tidak perlu mencemaskannya." Hendrik menyudahi makan malamnya lalu kembali masuk ke dalam ruang kerjanya.
Alin merasa aneh dengan sikap dingin suaminya itu, sedangkan Mei Chen yang turut penasaran menyudahi makan malamnya untuk menemui Yuan.
Wanita itu mengambil piring kosong, lalu menyendok nasi serta beberapa lauk dan sayur.
"Untuk siapa Mei?" tanya Alin memperhatikan Mei.
"Untuk Yuan Mom," balas Mei Chen lalu bergegas pergi.
...***...
Kamar Yuan.
Sementara itu, Yuan tengah berbaring diatas kasur sambil memejamkan kedua matanya. Ia merasa frustasi dengan perjodohannya dengan Caroline, yang sebenarnya dia sendiri tidak menginginkan hal itu.
Ingin rasanya ia lari, membangkang, menolak atau memberontak kepada semua hal tersebut. Namun mengingat janji yang sudah ia teguhkan didalam hati, membuat ia harus menerima semua tuntutan agar ibu kandungnya tidak bersedih dan merasa bangga kepadanya.
Pria itu menghela nafas panjang, berharap semua masalahnya dapat menguap keudara seiring dengan hembusan nafasnya. Namun hal tersebut tetaplah sia-sia, ia terus memikirkan raut wajah kecewa ayahnya.
Bersamaan dengan hal tersebut, seseorang mengetuk pintu kamarnya dan Yuan segera duduk. "Siapa?" tanyanya terlebih dahulu.
"Aku, Mei!" sahut Mei Chen.
Yuan lantas membukakan pintu kamarnya. "Ada apa Mei?" tanyanya.
"Aku mengantarkan makanan untukmu," balas Mei Chen menunjukkan piring saji kehadapan Yuan.
"Terima kasih," balas Yuan menerima piring tersebut.
"Yuan, apa aku boleh masuk?" tanya Mei Chen meminta ijin.
"Masuk saja!" balas Yuan. Kali ini pria itu yang terlihat ketus pada Mei Chen.
Setelah berada didalam keduanya segera duduk di sofa yang berada didalam kamar itu, Mei Chen memandangi kamar Yuan yang terlihat rapih.
"Hari ini kau tidak turun ke bawah dan makan malam bersama kami semua, apa terjadi sesuatu padamu?" tanya Mei Chen ingin tahu.
"Tidak ada, aku hanya belum lapar. Kau sendiri kenapa kesini? Bukankah kau anti masuk ke dalam kamar laki-laki?" tanya Yuan.
"Ya sebenarnya sih aku malas masuk ke kamarmu, tapi melihat kamu belum makan aku jadi cemas dan sekalian saja mengantarkan makanan untukmu sebelum aku kembali ke kamar," balas Mei Chen.
Yuan tersenyum. "Terima kasih ya."
"Sama-sama," balas Mei Chen lalu berdiri.
"Mei," panggil Yuan sebelum Mei Chen pergi.
"Ya ada apa?" tanya Mei Chen.
"Apa kau mau menemaniku sebentar disini? Aku butuh seorang teman mengobrol," jawab Yuan malu-malu dan juga penuh harap.
"Boleh saja," balas Mei Chen tidak keberatan.
Yuan tersenyum senang, hatinya sedikit ringan karena Mei Chen tidak menolak keinginannya. Pria itu pun akhirnya bisa makan malam dengan tenang, ditemani oleh adik tiri sekaligus teman masa kecilnya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lee
Baik Yuan sma Mei sma2 djdohkan...entahlah om Hendrik suka bnget jdohin
2024-07-18
0
Lina Zascia Amandia
Kasihan juga Yuan....
2024-01-23
0
Lina Zascia Amandia
Wahhhh bentar lagi imlekan dong Kak Nov.
2024-01-23
0