"Daddy!" pekik Mei Chen merasa lega setelah melihat ayahnya datang tepat waktu.
Entah bagaimana ayah dan saudara tirinya itu bisa datang ke tempat seperti ini, namun Mei chen tidak bisa menutupi perasaan harunya.
Sedangkan Yuan segera menutupi raga Mei Chen dengan hoodie yang ia kenakan dan membawanya keluar dari tempat tersebut selama sang ayah bersama dengan orang-orang kepercayaannya mengurus Nicole.
"Terima kasih," ucap Mei Chen memeluk Yuan erat sambil membenamkan wajahnya pada dada bidang saudara tirinya itu dan menangis tersedu-sedu.
Yuan membalas pelukan Mei Chen dengan rasa syukur dalam dadanya, karena Nicole tidak berhasil merusak kehormatan saudari tirinya itu. "Sudah jangan menangis, bagaimana aku bisa diam saja saat melihatmu dalam bahaya," balasnya menenangkan.
Mei Chen merasa terharu karena Yuan masih peduli padanya, padahal ia sendiri selalu saja jahat dan suka memarahi Yuan karena cemburu akan perhatian kedua orang tuanya yang selalu saja membangga-banggakannya.
"Tapi, bagaimana kamu dan Daddy bisa tahu kalau aku ada disini?" tanya Mei Chen ingin tahu.
"Sebenarnya saat kau bilang sedang tidak sehat pada Mommy dan Daddy, aku mulai curiga padamu. Lalu aku menyusulmu ke kamar untuk memastikan, apakah kau itu benar-benar sakit atau hanya pura-pura. Aku mengetuk pintu kamarmu berkali-kali dan memanggil namamu, tetapi kau tidak pernah menjawabnya."
"Karena aku khawatir, makanya aku pinjam kunci cadangan pada Bi Endah agar aku bisa masuk ke dalam kamarmu. Terus aku mencarimu didalam kamar, tetapi aku tidak menemukanmu dan aku tidak sengaja melihatmu pergi lewat pintu belakang."
"Saat aku tahu kamu pergi, aku merasa dugaanku padamu itu adalah benar, kalau kau sedang pura-pura sakit saja agar bisa menghindar dari mereka. Dan setelah aku melihat kau pergi bersama dengan Nicole, aku berusaha mengejarmu. Dan sesampainya disini, aku merasa kalau tempat ini sangat berbahaya dan aku juga tidak bisa melawan orang-orang itu seorang sendiri. Jadi aku terpaksa meminta bantuan Daddy," tutur Yuan menjelaskan apa adanya.
Mei Chen seketika bungkam, ia tidak menyangka jika aksi kaburnya itu telah ketahuan dan saudara tirinya itu masih mau menyusulnya kesini, walau ia telah melakukan kebohongan besar.
"Apa semua luka lebam ini karena melawan dua pria besar tadi?" tanya Mei Chen peduli, sambil menatapi wajah Yuan yang penuh dengan luka lebam.
Yuan mengangguk pelan. "Iya, mereka kuat sekali dan aku kalah."
Mei Chen berusaha menelan ludahnya yang tercekat, dirabanya luka lebam tersebut dan berhenti setelah melihat Yuan meringis.
"Maaf, ini semua salahku. Kau jadi babak belur begini," sesal Mei Chen.
"Sudahlah jangan merasa tidak enak hati seperti itu, ini hanya luka kecil. Aku tidak apa-apa, yang terpenting sekarang ini kau sudah bebas dari cengkraman Nicole," balas Yuan. "Ayo kita menemui Daddy dan pulang bersama," ajaknya.
Mei mengangguk patuh, lalu mereka berdua menghampiri Hendrik yang sedang kalap menghajar Nicole.
"Daddy, sudahlah!" pinta Yuan agar sang ayah berhenti memukuli Nicole yang sudah tidak berdaya.
"Tidak! Daddy tidak bisa diam saja melihat putri Daddy dilecehkan seperti tadi! Harusnya pria ini mati saja!" geram Hendrik.
Yuan segera menahan ayah tirinya agar tidak berlaku nekad, karena bisa saja keadaan memburuk akibat hilang kendali. "Sudah Dad, kita proses secara hukum saja. Mei sudah selamat dan ku mohon jangan kotori tangan Daddy lagi," pintanya memohon.
Hendrik perlahan menurunkan emosinya setelah Yuan berkata demikian. "Ya kau benar, kita akan menyeret dia ke kantor polisi dan menghancurkan bisnis haramnya ini!"
"Ampun Om! Jangan lakukan itu, saya mohon jangan Om!" Mohon Nicole mengiba.
Namun Hendrik tidak peduli, ia akan tetap membawa kejahatan Nicole jalur hukum.
"Kalian pulanglah terlebih dahulu, Daddy mau urus si breng-sek ini!" ucap Hendrik.
"Baik Daddy," jawab Yuan mengerti.
Hendrik kemudian menatap tajam Mei Chen, walau ia bersyukur putrinya itu tidak mengalami hal buruk. Akan tetapi rasa kecewa dan marah masih bergejolak didalam dadanya karena Mei telah membohongi kepercayaannya selama ini.
"Dan untuk kamu Mei, urusan kita belum selesai!" kecam Hendrik dengan tatapan tajamnya.
Mei Chen mengangguk pasrah, ia bahkan tidak berani menatap kedua mata ayahnya yang sedang marah itu. "Ya Daddy," jawabnya terisak.
Hendrik menghembus nafas kasar, lalu pergi bersama dengan orang-orangnya untuk mengurus Nicole. Menempuh jalur hukum untuk keadilan putri kandungnya.
"Ayo Mei kita pulang!" ajak Yuan menggandeng Mei Chen.
"Ya," angguk Mei Chen ikut.
Entah hukuman apa yang akan ia terima nanti di rumah, namun satu hal yang pasti dia tidak bisa lari lagi.
...----------------...
Mansion Hendrik.
Semua keluarga berkumpul di dalam satu ruangan yang sama, mereka menunggu sang pemilik rumah sekaligus kepala keluarga Pratama kembali dari kantor polisi.
Mei Chen tertunduk diam, tenggelam dalam rasa penyesalannya kepada seluruh keluarga.
Sedangkan Alin hanya bisa menyayangkan sikap Mei Chen sang putri sambungnya, yang dinilai sangat ceroboh dan kekanak-kanakan.
"Sikapmu sangat memalukan Mei, apa kau tidak berpikir dahulu sebelum bertindak?" cecar Alin kecewa.
"Maaf Mom, Mei memang bodoh!" Mei Chen mengakui kesalahannya.
Alin menghela nafas panjang, betapa pun kecewanya ia kepada Mei Chen dan menyetujui putri tirinya itu diberi hukuman, akan tetapi ia tetap harus mendinginkan suasana hati suaminya bila sudah datang nanti, agar tidak berlaku kasar.
Tak berselang lama kemudian, Hendrik tiba di kediamannya. Pria itu segera berkumpul bersama dengan yang lain untuk membahas kasus Mei Chen yang dinilai telah mencoreng nama baik keluarga.
Hendrik yang marah dengan aksi konyol Mei pun melayangkan satu tamparan di wajahnya.
PLAKK!!
Semua orang disana lantas terkejut dengan tamparan mendadak itu, tidak terkecuali Mei Chen.
Mendapat tamparan dari sang ayah membuat hatinya semakin hancur, apalagi ini kali pertamanya dalam seumur hidup, ia menerima pukulan tersebut.
"Daddy!" pekik Yuan menjauhkan Mei dari ayahnya.
Sedangkan Alin yang terkesiap, segera menenangkan sang suami agar tidak bertindak lebih jauh.
"Aku sangat malu memiliki putri sepertimu, kau berhubungan dengan pria pemilik club malam seperti Nicole! Kau juga putri yang tidak penurut dan sangat manja, bahkan kau selalu saja bertindak seenak hatimu sendiri!" teriak Hendrik menunjuk wajah Mei Chen dan meluapkan emosinya yang sudah terpendam sejak dari tadi.
"Maaf Daddy, Mei memang salah. Mei tidak tahu kalau Nicole adalah pria yang tidak baik," balas Mei Chen mengakui.
"Kau tidak tahu? Padahal Daddy sama Yuan sudah mengingatkanmu terus menerus, kau jangan berhubungan lagi dengan pria kepa-rat itu. Tapi apa? Kau tidak peduli dan selalu saja mengabaikan peringatan dari keluargamu! Jika bukan karena Yuan menelepon Daddy hari ini, maka Daddy tidak tahu kedepannya nasibmu akan bagaimana. Kau bisa saja menjadi wanita malam diclub si Nicole itu dan membuat nama keluarga kita ini hancur!" sergah Hendrik emosi.
"Sayang, tolong tenanglah. Sudah jangan membentak Mei lagi, aku yakin dia sudah jera sekarang." Alin mengusap dada suaminya berharap emosinya mereda.
Karena semarah apapun Hendrik saat ini, Alin tidak ingin melihat kekerasan seperti Yudi waktu lalu.
Hendrik menghembus nafas kasar dan menarik udara dalam-dalam, setelah berpikir panjang akhirnya ia memutuskan akan memberikan hukuman untuk Mei Chen dengan mencarikan jodoh untuknya dan menikahkan secepat mungkin agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nenie desu
untung Yuan gercep
2024-05-29
0
Lee
Syukurlah Mei akhirnya selamat..
2024-03-12
0
Dewi Payang
Bersyukur Yuan gercep ya,
2024-01-25
0