Malam harinya.
Alin termenung setelah tidak sengaja mendengar curhatan putranya itu dihadapan Mei Chen belum lama tadi, apakah ia harus bertindak sendiri dengan menunda pernikahan tersebut sampai Yuan benar-benar siap? Atau membatalkannya karena Yuan tidak mencintai Caroline.
Akan tetapi, jika ia melakukan hal tersebut, maka hal itu akan membuat Hendrik maupun keluarga Caroline kecewa, bahkan bisa jadi akan menimbulkan kemarahan besar, karena telah berani membatalkan apa yang sudah dijanjikan sebelumnya.
Alin menghela nafas panjang, beban pikiran itu membuat ia sampai mengabaikan suaminya yang sudah menyuruhnya untuk tidur sejak dari tadi.
"Kenapa belum tidur? Sedang memikirkan apa?" tanya Hendrik seraya mengecup pundak istrinya.
Alin akhirnya tersadar dari lamunannya. "Aku hanya sedang memikirkan masa depan anak-anak kita saja," balasnya.
"Mereka sudah mendapatkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, tempat tinggal yang layak dan jodoh yang sesuai. Aku juga pernah berjanji kepadamu akan merawat dan menjaga anak-anak kita agar terhindar dari masalah, lalu apa lagi yang kau khawatirkan sayang?" tanya Hendrik.
"Sayang, apa menurutmu anak-anak kita sudah bahagia?" tanya Alin.
"Tentu saja mereka bahagia, selama ini apapun yang dicita-citakan oleh mereka satu persatu telah terwujud. Dan kita selalu memberikan yang terbaik untuk mereka," balas Hendrik yakin.
"Kau benar sayang, tapi entah mengapa aku merasa mereka masih belum sepenuhnya bahagia," balas Alin.
"Apa maksudmu? Apa yang membuatmu berkata seperti itu? Apa yang kurang dari pemberian kita?" tanya Hendrik ingin tahu.
"Kebebasan," balas Alin.
Hendrik mengernyitkan dahi. "Kebebasan? Apa yang mengikat mereka, selama ini kita selalu memberikan kebebasan untuk mereka. Mereka ingin sekolah dimana kita bebaskan untuk memilih. Ingin membeli sesuatu, kita juga selalu memberikan kebebasan untuk mereka membelinya, lalu apa menurutmu selama ini kita tidak memberikan mereka kebebasan, hm?"
"Bukan kebebasan itu yang ku maksud, sayang. Aku hanya ingin mereka bisa bebas memilih pasangan hidup yang mereka inginkan," balas Alin.
Hendrik lantas duduk dan menatap istrinya. "Kenapa? Apa ini soal Mei Chen dan Yuan? Bukankah sebelumnya mereka sudah setuju dengan pasangan mereka masing-masing? Lagi pula kita sudah memberi mereka kebebasan untuk memilih," balasnya.
"Tapi sayang, apa kau pernah berpikir kalau mereka memilih pasangan hanya karena terpaksa saja? Mereka terpaksa memilih karena tekanan dan tuntutan dari kita, lalu mereka tidak berani menolak karena tidak mau melihat kita sedih atau merasa kecewa. Kalau sudah begitu, mereka akan menjalaninya dengan rasa keterpaksaan. Bukan kah itu namanya mereka telah pasrah oleh keadaan dan apa mereka akan bahagia jika menjalani hidup seperti itu?" tutur Alin.
"Sepertinya kau terlalu banyak berpikir sayang, entah apa yang membuatmu berkata seperti itu. Tapi aku yakin kau sedang lelah karena pekerjaan beratmu bukan? Sekarang tidurlah, jangan memikirkan hal yang tidak-tidak," balas Hendrik tidak menanggapi.
"Tapi sayang ---"
"Ssst, sudah jangan bicara lagi. Ayo kita tidur," Hendrik menarik lembut raga Alin agar berbaring, lalu mendekapnya erat-erat.
Alin menghembus nafas panjang, sambil menatap wajah suaminya yang sudah tidur terlelap. Ia membelai lembut rahang suaminya itu, sejenak ia berpikir untuk menguji seberapa cinta Caroline kepada Yuan. Agar ia bisa memutuskan hasil akhir, apakah ia akan mendukung atau malah sebaliknya.
"Yuan tidak mencintai Caroline, tapi apakah Caroline mencintai putraku? Sepertinya aku harus menguji ketulusan cintanya dan kalau terbukti cinta Caroline itu tidak tulus, maka jangan salahkan aku membatalkan hubungan ini," batin Alin bertekad. Lalu perlahan terlelap bersama dengan hangatnya pelukan malam.
...----------------...
Keesokan harinya.
PT Meitama.
Setelah berpikir cukup lama kemarin malam, akhirnya Alin memutuskan untuk datang mengunjungi kantor suaminya secara dadakan, agar bisa melihat sendiri bagaimana putra serta calon menantunya itu saat bekerja di kantor.
Ada perasaan bangga kepada suami serta putranya saat melihat perusahaan besar tersebut, karena keduanya mampu menjalankan bisnis yang cukup rumit menurutnya.
Selain itu, ia juga merasa bangga karena putranya mampu bekerja bersama orang-orang hebat lainnya diusianya yang masih tergolong muda.
Ia melangkah maju ke depan, diantar oleh sang asisten pribadinya menuju ruang kerja sang anak, hingga tibalah ia didepan ruangan tersebut dan tidak sabar untuk memberi kejutan karena kedatangan mendadaknya.
"Kokoh Yuan pasti terkejut melihat kedatanganku," gumam Alin terkekeh.
Akan tetapi kedua matanya dibuat gatal saat dirinya baru saja membuka pintu dan hendak memasuki ruangan tersebut, dimana ia tidak sengaja menangkap momen tidak mengenakkan setelah melihat Caroline tengah bergelayut manja diatas punggung putranya yang sedang bekerja.
"Menyingkirlah Carol, aku sedang bekerja!" tegur Yuan berusaha sekuat mungkin untuk menyingkirkan wanita yang sedang menempel di punggungnya.
"Tidak mau," balas Caroline enggan.
Sedangkan Alin yang mengerti jika putranya itu sedang merasa tidak nyaman pun segera memisahkan, dengan mengetuk pintu.
Carol sontak melepaskan pelukannya setelah melihat siapa sosok tamu yang datang ke ruangan calon suaminya itu.
"Tante," sapa Carol hormat.
Sedangkan Yuan segera menghampiri ibunya dengan riang gembira. "Ma, masuklah!" ajaknya kedalam.
Alin tersenyum. "Apa benar Mama boleh masuk? Tadi Mama lihat kalian berdua sedang sibuk," ucapnya sedikit menyindir.
"Tidak Ma, tidak sibuk sama sekali. Justru Kokoh senang Mama datang kesini," balas Yuan merasa lega akhirnya Carol berhenti menganggunya karena kedatangan sang ibu.
"Oh baguslah kalau begitu," ucap Alin sambil duduk.
Yuan menuangkan air minum untuk ibunya. "Mama tumben datang kesini? Ada perlu apa?" tanyanya begitu fokus melayani sang ibu dan mengabaikan wanita satunya lagi yang ada didalam ruangan itu juga.
"Mama mau main kesini saja, memangnya tidak boleh?" balas Alin.
"Ya tentu saja boleh, tapi bagaimana pekerjaan Mama di rumah katering? balas Yuan bertanya.
"Mama kebetulan sedang senggang, jadi menyempatkan diri untuk melihat Kokoh sama Daddy," balas Alin lalu ia melirik kearah Caroline yang terlihat sedikit dongkol. "Carol sayang, kenapa berdiri saja disana? Duduklah!" pintanya.
Caroline tersenyum dan patuh. "Baik," balasnya lalu duduk.
"Kau sedang apa di ruangan Yuan? Apa tidak ada pekerjaan?" tanya Alin.
"Aku kesini sedang meminta tanda tangan Yuan, Tante," balas Caroline.
"Notanya sudah ku tanda tangani semua jadi kau boleh pergi sekarang," serobot Yuan menggunakan kesempatan itu untuk mengusir Caroline.
"Kenapa terburu-buru? Biarkan saja dia disini, kebetulan sekali kita bisa bersama dalam satu ruangan. Jadi kita bisa mengobrol bersama," ucap Alin menahan Caroline agar tidak keluar dari ruangan Yuan.
"Tapi Ma, ini masih jam kerja dan urusan dia disini juga sudah selesai. Kalau mau mengobrol kenapa tidak diluar jam kerja saja," ucap Yuan tidak setuju.
"Kalau kamu mau kerja ya kerja saja, Mama cuma sebentar disini. Lagipula jarang-jarang Mama mampir loh, masa kalian tega lihat Mama sendirian tanpa teman," balas Alin lalu menatap Caroline. "Kalau begitu biar kamu aja disini yang temani Tante, ya Carol?" pintanya pada Caroline.
Caroline tersenyum. "Tentu Tante."
"Terima kasih," balas Alin.
"Sama-sama," balas Caroline.
Alin memindai penampilan Caroline yang terlihat sekssi untuk ukuran sebagai seorang pekerja kantoran, ia tersenyum lalu mengusap pergelangan tangannya Caroline.
"Sayang, katakan pada Tante. Bagaimana sikap Yuan padamu di kantor? Apa dia baik padamu?" tanya Alin.
"Yuan baik Tante, cuma terkadang sikapnya dingin. Apalagi saat bekerja seperti ini, dia suka mengacuhkan aku," balas Caroline.
Didalam pikiran wanita muda itu mungkin adalah ini merupakan kesempatan besar untuk menarik simpati calon mertua perempuannya agar mendapat dukungan penuh seperti calon mertua lelakinya.
Akan tetapi didalam pikiran Alin saat ini adalah, ia ingin menguji sendiri bagaimana hubungan wanita itu dengan putranya, salah satunya adalah dengan menguji seberapa tulus wanita itu mencintai putranya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lee
Keren kmu alin, jngan biarkan Yuan trsiksa krna Carol 😍
2024-07-20
0
Dewi Payang
5🌹buat Alin
2024-02-05
0
Dewi Payang
Ide bagus Alin
2024-02-05
0