Kampus.
Disisi lain, selama jam pelajaran Mei Chen selalu saja tidak fokus mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen karena rasa kesalnya pada Yuan.
Akan tetapi ia hanya bisa pasrah dan tidak bisa kemana-kemana, karena didalam kampusnya itu terdapat mata-mata, teman Yuan sendiri saat satu kelas dahulu.
Sehingga mau tidak mau, gadis cantik itu pun harus duduk diam dan mengikuti semua pelajaran agar tidak diadukan.
"Ini semua gara-gara dia, aku jadi terjebak di kelas bersama dosen membosankan ini!" ketus Mei Chen dalam hati.
Kekesalannya bertambah ketika Nicole selalu saja mencoba menghubungi dan mengajaknya untuk pergi dari kelas, padahal ia sendiri sudah memberitahu kalau dirinya tidak bisa diganggu barang sesaat.
"Ck! Nicole, berhentilah menghubungiku!" geram Mei Chen mematikan ponsel pada akhirnya. "Kenapa semua lelaki selalu saja bertingkah seenaknya!" gerutunya kemudian.
Mei Chen berdecak kesal dan ingin sekali rasanya kabur dari tempat tersebut, agar bisa menenangkan diri sejenak. Namun lagi-lagi ia gagal karena cctv hidup selalu memantau gerak geriknya.
...***...
Beberapa jam kemudian, semua mata pelajaran telah habis dibahas untuk hari ini dan Mei Chen bergegas membuka kembali ponselnya yang telah ia matikan.
Seketika ia merutuk dalam hati, karena kesal ketika mendapat pesan dari seseorang yang sudah ia kenal sejak masih kecil.
Setelah selesai kuliah, jangan pergi kemana-mana, karena aku akan menjemputmu dan kita akan pulang bersama. Jangan menemui Nicole atau coba-coba pergi bersamanya!
"Argh Yuan! Kau memang pria menyebalkan!" gemas Mei Chen sambil terus melangkah maju ke depan.
Dan seketika langkah kakinya terhenti, saat kedua netranya tidak sengaja menangkap sesosok pria yang sedang berdiri di depan pintu gerbang kampus dari kejauhan.
Mei Chen sontak tertegun dan berdiri mematung cukup lama memandangi saudara tirinya itu, ada perasaan kagum saat melihat pria tersebut nampak tampan dalam balutan kemeja berlengan panjang dan tergulung sampai ke sikut.
Akan tetapi, rasa kagumnya itu masih kalah besar daripada rasa kesalnya terhadap Yuan.
"Memangnya aku anak kecil harus dijemput segala," gerutu Mei Chen setibanya disebelah Yuan.
"Kau memang seperti anak kecil," balas Yuan.
Mei Chen mendengus. "Daripada kau yang sok dewasa!" cibirnya sengit.
Yuan menghela nafas panjang, tidak ingin melanjutkan perdebatan itu ia pun akhirnya mengalah. "Ayo cepat masuklah ke dalam, kita harus segera pulang!"
"Tidak perlu disuruh, aku sudah tahu!" ketus Mei Chen lalu masuk ke dalam mobil.
Setelah Mei Chen masuk duduk tenang didalam, Yuan bergegas melajukan kendaraannya menuju rumah. Dan selama perjalanan pulang, Yuan selalu saja mencuri pandangan kearah wanita cantik disebelahnya itu, yang sedang asyik memandangi ruas jalan.
Kemudian ia berpikir, ingin mentraktir saudari tirinya itu makan bersama dan berharap agar hubungan mereka sedikit membaik.
"Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang ke rumah?" ucap Yuan berinisiatif.
"Tidak perlu, aku ingin pulang saja!" balas Mei Chen menolak.
"Apa kau yakin? Padahal aku ingin mentraktirmu makan sepuasnya," balas Yuan menyayangkan.
Mei Chen terdiam dan berpikir ulang, "Apa salahnya kalau aku menerima ajakan itu? Lagipula dia sudah punya banyak uang sekarang," batinya menimbang-nimbang.
"Baiklah," balas Mei Chen setuju.
Yuan menarik senyumnya, lalu memutar kemudi untuk menuju rumah makan terdekat yang berada disekitar mereka.
...***...
Setibanya di rumah makan, Yuan segera memesan beberapa menu. Ia juga mempersilahkan Mei Chen agar memilih menu makanan yang disukai.
"Pilih saja, aku yang bayar!" ucapnya serius.
Mei Chen berdecih. "Sombong sekali," balasnya. "Baiklah, kalau begitu aku mau pesen kelapa kopyor sama steaknya 1," pesannya kemudian. Lalu mencari tempat duduk yang kosong tanpa menunggu Yuan selesai memesan makanan.
"Samakan pesananku dengan dia," ucap Yuan pada sang pelayan rumah makan. Lalu menyusul Mei Chen dan duduk bersama.
"Bagaimana dengan pelajaranmu hari ini? Apa ada tugas sulit?" tanya Yuan mencoba mencairkan suasana.
Mei Chen menggeleng. "Tidak ada tugas yang sulit, yang sulit adalah menjauhkanmu dariku!"
"Jangan berkata seperti itu, aku hanya sedang menjalankan perintah daddy saja. Jadi kuharap kamu mengerti," balas Yuan.
"Kenapa kau selalu saja menuruti perintah daddy? Apa kau tidak bosan dengan semua peraturan yang ia buat untuk mengekangku?" tanya Mei Chen.
"Menuruti perintah orang tua itu termasuk tindakan terpuji, jadi kenapa aku harus keberatan dan merasa bosan?" balas Yuan.
"Kau sangat aneh, dia bukan ayah kandungmu, tapi kau selalu saja menganggap dia sebagai ayah kandungmu sendiri," cibir Mei Chen.
"Kenapa? Apa yang salah dari semua itu? Bukankah itu bagus kalau aku bersikap berbakti kepada ayah tiriku sendiri, daripada anak kandungnya sendiri yang tidak mau menuruti bahkan enggan mematuhi perintah ayah kandungnya," balas Yuan mencibir balik.
Mei Chen tersedak ludahnya sendiri ketika mendapat balasan menohok dari Yuan, namun ia terus berusaha menghasut pria itu agar berhenti menuruti perintah sang ayah yang selalu saja melarangnya.
"Itu karena aku sangat berbeda denganmu, aku menyukai kebebasan, hidup tanpa aturan, tanpa perintah maupun larangan. Tidak seperti dirimu yang selalu saja patuh, bahkan kau sudi menjalankan bisnis Daddy padahal kau sendiri sudah tahu kalau perusahaan itu akan diwariskan kepada Michael," ucap Mei Chen tidak mengerti.
"Hidup bebas tanpa aturan hanya akan membuat orang menjadi hilang arah, seperti hidup tanpa tujuan yang tidak jelas ingin menjadi apa nantinya. Aku sudah jelas ingin membahagiakan kedua orang tuaku dan aku selalu siap melakukan apapun saat mereka membutuhkanku."
"Dan mengenai bisnis, daddy belum bisa mengandalkan Michael, karena Michael masih terlalu kecil dan dia juga masih sekolah. Jadi daddy membutuhkanku untuk membantunya dan setelah itu aku akan membantu daddy mengajari Michael jika ia sudah siap," tutur Yuan menjelaskan.
Mei Chen seketika terkesiap, ia tidak menyangka jika pria yang bukan anak kandung dari ayahnya sendiri itu lebih berbakti daripada dirinya. Ia berubah malu dan merasa tidak enak hati jika membahas masalah keluarga lagi.
"Sudahlah jangan dibahas lagi, lebih baik kita makan saja. Setelah itu aku ingin kita pulang," ucap Mei Chen menyantap menu yang baeu saja datang. Sesekali melirik kearah Yuan yang sedang tersenyum kepadanya.
"Oh iya Mei, daddy dan mommy akan tiba di rumah nanti malam. Jadi aku harap kita bisa menyambutnya dengan baik," ucap Yuan memberitahu.
"Hem, baiklah." Mei Chen mengangguk patuh dan terdiam setelahnya.
Dalam pikiran gadis itu entah bagaimana jika sudah malam nanti, karena ia sudah terlanjur membuat janji dengan Nicole ingin jalan-jalan bersama ke suatu tempat.
"Kenapa diam saja? Apa kau merencanakan sesuatu?" tanya Yuan curiga.
Mei Chen menggeleng. "T-tidak, aku tidak merencanakan apapun," balasnya berdusta.
"Mei, jangan bohong padaku. Sekarang jawab pertanyaanku ini, apa kau akan pergi dengan Nicole nanti malam?" cecar Yuan menuntut.
"Aku tidak bohong Yuan!" jawab Mei Chen dengan nada penekanan.
"Baiklah, anggap saja aku percaya padamu. Tapi ingatlah satu hal ini Mei, Daddy tidak akan memaafkanmu jika kau sampai ketahuan masih berhubungan dengan Nicole dan daddy sudah memberi peringatan untukmu melalui diriku. Daddy akan menikahkanmu dengan pria pilihannya apabila kau masih tidak menurut padanya!" kecam Yuan menekankan. Lalu menyantap lauk sisa di piring hingga habis.
Mei Chen meneguk ludahnya kasar, mendengar kecaman tersebut membuat hatinya gelisah. Akan tetapi bagaimana kalau ia sampai menolak ajakan Nicole?
Nicole pasti tidak akan melepaskannya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
mama Al
di China ada kopyor juga
2024-02-16
0
mama Al
hai mei anggun dikit dong.
marah-marah terus nanti hilang cantiknya
2024-02-16
0
💞Amie🍂🍃
Kak Novi, aku hadir lagi. Bunga sudah mndrat ya🤭
2024-01-14
2