Mansion Hendrik.
Malam harinya, Yuan, Mei Chen, Marlina serta Michael telah berkumpul bersama dan berdiri di pintu masuk untuk menyambut kepulangan orang tua mereka.
"Selamat datang Mommy, Daddy!" seru mereka kompak sambil menunjukkan raut wajah gembira.
Hendrik dan Alin tentu dibuat haru oleh kekompakan anak-anaknya itu, mereka pun memeluk semuanya secara bergantian.
"Terima kasih, masuklah! Kalian pasti sudah berdiri cukup lama disini bukan?" ajak Alin menyuruh semua anak-anaknya masuk ke dalam.
"Tidak juga kok Mah," balas Yuan mewakili.
Setelah masuk, seluruh keluarga duduk bersama di ruang keluarga. Mereka berbincang dan menanyakan bagaimana aktifitas sehari-sehari selama orang tuanya itu pergi.
"Marlina, Michael. Bagaimana dengan sekolah kalian?" tanya Alin pada keduanya yang belajar disatu sekolah yang sama.
"Kami sekolah seperti biasanya Mom, cuma karena Mommy tidak ada di rumah, jadi kami tidak bisa bawa bekal siang saja," balas Marlina berkeluh kesah dan hal tersebut disetujui oleh Michael.
"Yang dibilang sama Ci Marlina benar Mom, tapi ada bagusnya juga sih jadi Michael bisa jajan di kantin," ucap Michael cengengesan.
"Ya enggak apa-apa jajan di luar, asal jangan jajan sembarangan ya. Beli makanan yang bikin kenyang di perut, jangan beli mainan saja!" nasehat Alin.
"Baik Mom," patuh Michael.
"Lalu bagaimana denganmu Yuan? Apa kamu bisa ngurusin pekerjaan Daddy tadi di kantor dan bagaimana dengan berkas yang Daddy pinta?" tanya Hendrik ingin tahu.
"Bisa Daddy! Mengenai berkas yang Daddy pinta tadi pagi itu semuanya sudah siap, jadi besok daddy sudah bisa langsung memulai meetingnya," balas Yuan.
Hendrik menghela nafas lega mendengarnya, ia begitu bangga dengan Yuan karena diusianya yang masih muda, putra sambungnya itu sudah bisa diandalkan.
Lalu pria paruh baya itu melayangkan pandangannya pada Mei Chen, yang sedari tadi diam saja sambil memainkan ponselnya. Membuat raut wajahnya seketika berubah datar.
"Mei, bagaimana denganmu? Apa kau belajar dengan baik hari ini?" tanya Hendrik.
"Iya, aku belajar hari ini Daddy." Mei menjawab sekenanya.
Karena didalam pikirannya saat ini adalah bagaimana ia keluar dari rumah itu sesegera mungkin, untuk menemui Nicole yang sudah menunggunya sejak dari tadi dan terus saja menghubunginya.
"Mei ... " tegur Yuan.
"Eh iya!" terkejut Mei.
"Ada apa? Kenapa diam saja?" tanya Yuan mulai curiga.
"Enggak ada apa-apa," balas Mei Chen sambil menatap semua orang yang sama menatapnya juga.
"Mei, kenapa kamu terlihat pucat?" tanya Alin.
"Sepertinya Mei kurang sehat Mom," balas Mei. Seketika ia memiliki alasan untuk meninggalkan tempat keluarga itu.
"Kurang sehat? Kenapa tidak bilang dari tadi?" tanya Alin cemas.
"Mei memang sudah tidak enak badan sejak dari tadi pagi, Mom. Tapi pas denger kalau Mommy sama Daddy mau pulang hari ini, Mei jadi lupa sama rasa sakitnya," balas Mei Chen berpura-pura.
"Ya Tuhan, kasian sekali putri cantik Mommy ini. Kalau begitu kita berobat ke rumah sakit ya," ucap Alin iba dan segera mengajak putri sambungnya untuk berobat agar tidak sakit berkepanjangan.
Namun Mei Chen menolak. "Tidak usah Mom, sepertinya Mei cuma kurang tidur saja," balasnya.
"Begitu kah? Ya sudah lebih baik kamu tidur lebih awal ya, jangan lupa minum vitaminnya biar besok pagi kamu sudah merasa baikkan," balas Alin.
Mei Chen mengangguk patuh, "Iya Ma, kalau begitu Mei ke atas dulu ya," pamitnya beranjak pergi.
"Ya sayang cepat sembuh ya," balas Alin.
"Ya Mom," sahut Mei Chen.
Gadis itu menghela nafas lega, lalu bergegas pergi masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian dan mencari cara agar bisa pergi dari rumah itu tanpa ketahuan siapapun.
Sedangkan Yuan merasa curiga dengan gerak gerik Mei Chen. "Tadi pagi dia sehat-sehat saja, sampai aku menjemputnya juga dia tidak sakit sedikit pun. Apa jangan-jangan Mei sedang merencanakan sesuatu?" duganya.
Ia kemudian berpamitan untuk meninggalkan ruang keluarga dan menyusul Mei Chen ke kamarnya demi memastikan sesuatu.
...***...
Sementara itu Mei Chen sedang bersiap-siap untuk pergi, ia menukar baju tidurnya dengan baju bagus yang biasanya untuk jalan-jalan ke luar dan tidak lupa memberi riasan tipis pada wajah cantiknya.
"Oke sudah siap," gumam Mei Chen lalu merampas tas selempangnya.
Ia berjalan mendekati jendela kamar dan berencana keluar dari kamarnya melalui balkon. Lalu menuruni tangga lipat yang sudah ia siapkan sebelumnya, kemudian berlari menuju pintu belakang rumah dan menemui Nicole disana.
Sungguh rencana yang begitu sempurna dan Mei Chen yakin, pelarian dirinya kali ini akan berhasil. Terlebih kedua orang tuanya itu percaya jika ia sedang berbaring di kamar karena kurang sehat dan sudah tentu mereka tidak akan mengganggu tidurnya hingga esok pagi.
Akan tetapi rencana tinggallah rencana, karena kepergian Mei Chen kini terendus oleh Yuan yang sudah curiga setelah adik tirinya itu berkata tidak enak badan.
Dan kecurigaannya itu terbukti saat ia membuka pintu kamar Mei Chen menggunakan kunci cadangan dan tidak menemukan wanita itu didalam ruangan tersebut.
"Mei," panggil Yuan dan menyibak bed cover diatas ranjang. Namun hanya bantal guling yang ia temukan tersusun rapih disana.
Pandangannya kini tertuju pada jendela yang terbuka dan Yuan yakin, Mei pergi melalui jendela kamarnya itu.
Dengan segera Yuan melemparkan pandangannya jauh ke depan sana, dimana ia melihat Mei sedang berlari menuju pintu belakang rumah.
Yuan menghembus nafas kasar dan bergegas menyusul kemana perginya Mei Chen dengan mengikuti jejak seperti menuruni tangga yang diyakini sebagai tangga darurat buatan Mei Chen sendiri.
Yuan tidak habis pikir, kenapa wanita secantik itu harus berbuat nekad demi cinta butanya kepada Nicole.
Namun bukan hal itu saja yang Yuan pikirkan saat ini, melainkan ia sangat khawatir Nicole akan membawa Mei Chen ke tempat yang tidak diinginkan.
"Sial!!" maki Yuan saat motor Nicole sudah keburu melaju kencang dan ia tidak sempat menghadang laju kendaraannya itu.
Sedangkan ia sedang memutar isi kepalanya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengejar Mei Chen.
Tak ingin membuang waktu berharga Yuan meminjam motor milik petugas keamanan yang ada disana. "Maaf Pak, saya pinjam motornya sebentar."
"Oh ya silahkan Tuan Yuan," balas petugas tersebut.
"Tolong rahasiakan ini pada semua orang ya, jika ada yang mencari saya. Bilang saja saya sedang ada keperluan di luar," ucap Yuan menitip pesan dan tidak ingin keluarganya itu sampai tahu jika dia atau pun Mei Chen sedang tidak berada di rumah.
"Baik Tuan!"
Yuan akhirnya pergi untuk menyusul motor yang membawa adik tirinya itu pergi dan bertekad akan membawanya pulang ke rumah dengan selamat bagaimanapun caranya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
anggita
like👍iklan☝
2024-10-24
0
Teteh Lia
ooo..
ketahuan lho,,, Mei...
2024-05-29
0
Teteh Lia
kurang tidur memang bikin lemes badan.
2024-05-29
0