Setelah mendapatkan hukuman dan menerima keputusan berat dari sang ayah, Mei Chen tidak henti-hentinya menangis di dalam kamarnya.
Selain karena mengalami patah hati akibat hubungannya dengan Nicole berakhir, ia juga merasa sedih karena akan dijodohkan dengan seorang pria asing pilihan sang ayah, yang tidak ia kenal sama sekali seluk beluknya.
"Harusnya aku mendengar kata-kata Yuan," sesal Mei Chen menyadari.
Namun apalah daya, nasi telah menjadi bubur. Menyesal pun dirasa percuma, akan tetapi ia tetap harus bersyukur karena dirinya telah terbebas dari cengkraman Nicole yang ingin mengambil kehormatannya secara paksa.
Bersamaan dengan hal tersebut, pintu kamarnya terketuk dari luar dan Mei Chen membukakan pintu.
"Yuan," ucap Mei Chen setelah tahu saudara tirinya yang mengetuk pintu.
"Sedang apa? Apa aku boleh masuk?" tanya Yuan meminta ijin.
"Masuk saja," balas Mei Chen mengijinkan.
Yuan tersenyum, lalu masuk ke dalam dan duduk disisi ranjang. Ia menatap wajah Mei Chen yang terlihat sedih dan merasa tidak tega saat melihat saudari tirinya itu mendapatkan tamparan keras dari sang ayah.
"Jangan sedih terus, Daddy marah itu karena dia sayang padamu. Karena kalau tidak, dia tidak akan mencari keadilan untukmu," ucap Yuan.
"Ya, tapi aku masih tidak setuju dengan rencana perjodohannya. Aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak aku cintai, bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali," balas Mei Chen sedih hati.
Air matanya kembali berguguran dan Yuan dengan sigap menghapus buliran bening tersebut. "Aku mengerti perasaanmu, tapi bagaimanapun tidak setujunya kau dengan rencana perjodohan Daddy, kau harus tetap menerimanya. Karena itu semua demi kebaikanmu sendiri," balas Yuan bijak.
"Apa yang baik untukku? Menjalani pernikahan tanpa cinta? Mana mungkin aku bisa menerimanya," balas Mei Chen lesu.
"Apa kau ingat awal mula hubungan daddy dan mommy?" tanya Yuan.
"Ya aku ingat," balas Mei Chen mengangguk.
"Apakah mereka menikah atas dasar cinta?" tanya Yuan mencoba mengingatkan. "Mereka menikah tanpa adanya rasa cinta dan menikah karena untuk kebaikan kita berdua saja kan? Tapi lihatlah hubungan mereka sekarang ini, mereka berdua saling mencintai dan menyayangi. Bahkan Michael adalah bukti dari cinta mereka," sambungnya.
Mei Chen kembali merenung, mengingat masa-masa lalu saat itu terjadi. "Ya kau benar Yuan, mereka menikah karena keinginanku. Dan aku berharap jodoh yang dicarikan oleh Daddy benar-benar tulus mencintaiku," ucapnya penuh harap.
"Itu sudah pasti Mei, Daddy sangat menyayangimu. Jadi dia akan mencarikan pria yang terbaik untukmu," balas Yuan.
"Semoga saja," balas Mei Chen sambil menatap wajah Yuan yang tampan, walau ada beberapa luka lebam diwajahnya. "Apa wajahmu sudah diobati?" tanyanya kemudian.
"Sudah, mommy sudah memberikanku salep," balas Yuan.
"Apa itu sakit?" tanya Mei Chen polos.
"Tidak," balas Yuan sok kuat dan tersenyum lebar. Namun meringis pada akhirnya. "Aduh sakit," ucapnya sambil memegangi wajah karena terlalu lebar menarik senyum.
"Huh! Kau berbohong padaku," dengus Mei Chen sebal.
"Ya sudah tahu luka seperti ini pastilah sakit, kenapa juga kamu harus bertanya bodoh seperti itu!" tegur Yuan dan menyentil lembut dahi saudari tirinya.
"Aku kan hanya bertanya saja, memangnya tidak boleh?" cebik Mei Chen.
"Ya boleh, tapi berilah pertanyaan yang berbobot."
Mei Chen menghembus nafas kasar. "Baiklah, kalau begitu jawab pertanyaanku. Tapi kau harus menjawabnya dengan jujur," tantangnya.
"Hem, silahkan! Kau mau tanya apa?" tanya Yuan mendekatkan dirinya.
"Apa kau mencintai Caroline?" tanya Mei Chen tiba-tiba.
Yuan mendadak diam, karena tidak tahu harus menjawab jujur atau tidak. "Aku mencintainya," balasnya dengan nada terpaksa.
Mei Chen menatap dalam kedua netra Yuan yang tiba-tiba bergetar saat menjawab pertanyaannya. "Kau berbohong lagi padaku."
"Aku tidak berbohong padamu," balas Yuan.
"Kalau begitu tatap wajahku dan katakan sekali lagi kalau kau mencintainya," pinta Mei Chen menunggu.
Yuan berdecih. "Kau ini, kenapa aku harus menurutimu sih!" gemasnya.
"Ya aku cuma mau memastikan saja, lagipula aku hanya heran padamu. Kenapa kau bisa mencintai wanita seperti Caroline?" ucap Mei Chen.
"Memangnya kenapa? Apa yang salah dari itu?" tanya Yuan balik.
"Karena menuruku kalian itu tidak cocok, kau harusnya mendapatkan wanita yang lebih baik daripada Caroline," balas Mei Chen.
"Begitukah? Maksudmu Caroline itu tidak baik?" tanya Yuan.
"Ya itu hanya menurutku saja," balas Mei Chen.
"Oh, begitu. Jadi aku harus mencari wanita lain yang lebih baik daripada dia?" tanya Yuan memancing.
Mei Chen mengangguk. "Yap begitulah," balasnya yakin.
"Kalau aku tidak mendapatkan wanita yang lebih baik daripada Caroline bagaimana? Apa kau mau membantuku?" tanya Yuan.
"Ya cari saja sendiri lah! Lagipula apa hubungannya denganku? Kau mau menjalin hubungan dengan wanita manapun kenapa aku harus peduli?" balas Mei Chen merasa aneh juga.
"Bagaimana kalau kau saja yang menggantikan Caroline?" celetuk Yuan terkekeh.
DEG!
Tiba-tiba saja jantung Mei Chen berdebar begitu kencang, tubuhnya membeku mendengar gurauan Yuan yang sanggup menggetarkan hatinya.
Nafasnya terasa sesak oleh perasaan aneh yang tiba-tiba saja merasuk dan Mei Chen sama sekali tidak mengerti mengapa dirinya mengalami hal tersebut.
Sedangkan Yuan perlahan menurunkan suara tawanya dan berganti menatap cemas Mei Chen, yang tiba-tiba saja terdiam memegangi dadanya.
"Kenapa Mei? Apa kamu sakit?" tanya Yuan khawatir.
"T-tidak," jawab Mei Chen semakin berdebar saat Yuan terlalu dekat dengannya.
"Ada apa denganmu?" tanya Yuan melihat gelagat aneh Mei Chen yang menjauh darinya.
"Yuan, ini sudah malam. Bisakah kau keluar dari kamarku? Karena aku mau istirahat," ucap Mei Chen meminta.
"Tapi kenapa? Apa ada yang salah? Apa kau merasa sakit? Beritahu aku," tanya Yuan peduli.
"Tidak Yuan, aku baik-baik saja." Mei Chen beringsut menjauh dan mendorong Yuan agar cepat pergi dari kamar.
"B-baiklah kalau begitu, selamat malam." Yuan keluar dari kamar Mei Chen. "Jika butuh sesuatu, jangan ragu bilang saja padaku!" ucapnya sebelum benar-benar pergi.
"Ya," sahut Mei Chen.
Dan setelah Yuan pergi, Mei Chen bergegas menutup pintu kamarnya. Tubuhnya melorot kebawah, hingga terduduk dilantai. Ia terpejam sambil merasakan perasaan aneh yang terkadang muncul jika bersama dengan Yuan.
"Perasaan aneh apa ini?" gumam Mei Chen sambil memegangi dadanya yang masih berdebar kencang.
...----------------...
Keesokan harinya.
PT Meitama.
Caroline bergegas menemui Yuan saat tahu jika calon suaminya itu terluka.
"Sayang, ada apa denganmu? Kenapa tidak cerita padaku sayang?" tanya Caroline cemas.
"Aku baik-baik saja," balas Yuan.
"Apanya yang baik-baik saja, lihatlah luka lebam diwajahmu ini. Lagipula kenapa sih kamu segala ikut campur masalah adik tirimu itu!" geram Caroline setelah tahu Yuan terluka gara-gara pergi menyelamatkan Mei Chen.
"Mei adalah adikku, mana bisa aku diam saja saat melihat dia dalam bahaya!" balas Yuan tidak setuju dengan pernyataan Caroline.
"Dia dalam bahaya karena ulahnya sendiri, dia itu wanita yang susah diatur dan tidak menurut kata orang tua. Jadi untuk apa kamu peduli padanya? Malah aku berharap dia ternoda oleh pacarnya itu, biar tahu rasa!" geram Caroline.
Yuan lantas gusar mendengar Caroline berharap jelek pada saudara tirinya. "Jadi kau berharap agar dia celaka begitu? Dan kau juga berharap agar Mei mengalami nasib buruk? Tidak Caroline, walau bagaimanapun sifat keras kepalanya Mei, aku akan selalu berada paling depan dalam melindunginya!" jawabnya menekankan.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lee
Kalian tau gk, kalian tu sma² suka loh...
hehe
mampir jg kk🤗
2024-04-22
0
neng ade
jelek amat kelakuan mu itu Caroline
2024-02-07
1
Dewi Payang
5 iklan buat kak author
2024-01-25
0