Pagi ini akhirnya Harika sudah di tempat kerja seperti biasanya, sibuk dengan rekap laporan harian dan menyusun schedule meeting dengan para Pimpinan perusahaan.
“Selamat pagi ibu Harika?” Salam dari OB kantor memberiku sapa manis pagi ini
“Oh! Iya selamat pagi juga ibu dan bapak.” Jawabku ramah ke mereka.
Ow iya aku hampir lupa kemarin kan beli oleh-oleh pas jalan-jalan camping. Mereka aku panggil satu persatu, lalau aku kasih oleh-oleh yang aku beli. Terlihat dari raut wajah mereka merasa senang sekali, aku pun juga ikut senang melihat rekan kerja bahagia.
Akhirnya jadwal meeting dan schedule yang Harika susun sudah selesai tinggal di serahkan ke bapak Indra. Terlihat mejanya Vika masih kosong, biasanya jam segini dia sudah datang di kantor. Ah! Kantor ini terasa sepi kalau tidak ada si Vika. Harika mencoba menghubungi Vika, biasanya jam segini sudah nongol di kantor, tapi tumben dia jam segini belum kelihatan batang hidungnya.
“Hai Vika kamu dimana tumben jam segini belum di kantor, biasanya pagi-pagi sudah nongol disini?” Harika menelfon Vika
“Oh.. iya Harika, hari ini Vika izin nggak masuk karena badannya meriang, dia ngedrop tadi habis cek darah, darahnya rendah juga. Tadi ibu juga sudah menelpon bapak Indra hari ini Vika izin nggak masuk?” Jawab Ibu Irene dengan nada yang sedih.
“Waduh! Darah rendah? Serius bu, terus sekarang Vika dimana bu? Nanti aku pulang kerja jenguk Vika ya bu?” Pintaku sambil khawatir karena dia tidak biasanya seperti ini, biasanya dia itu ceria kalau ada apa-apa ke aku, tapi kali ini dia enggak masuk tanpa kabar membuatku jadi cemas.
Harika langsung buru-buru menyelesaikan pekerjaanya secepat kilat agar bisa pulang lebih awal dan bisa langsung menjenguk bestienya.
Waktu pun sudah menunjukan pukul 16.00 WIB, Harika mulai merapihkan tempat kerjanya dan siap-siap pulang duluan menjenguk Vika yang sedang sakit. Harika juga sebelumnya sudah izin sama bapak Indra untuk pulang lebih awal karena ada urusan menjenguk Vika yang sedang sakit di rumahnya dan dia sudah dapat izin dari beliau.
Singkat cerita Harika sudah sampai di depan rumah Vika, dia langsung masuk ke kamarnya untuk menemui Vika, setelah di cek menggunakan termometer ternyata badannya Vika demam tinggi, Harika menyarankan ke dia untuk dibawa ke rumah sakit agar lebih cepat sembuh.
“Astaga! Vika kamu demam tinggi!” Teriak Harika ke Vika, terlihat wajah Vika sudah mulai pucat.
Harika mengajak Vika ke rumah sakit dan dia cuma menganggukan kepala saja tanpa berbicara sedikitpun, mungkin karena badan dia yang sedang sakit makanya dia nggak kuat ngomong.
Harika dan orang tua Vika dipanggil oleh dokter yang memeriksa Vika, untuk saat ini Vika di diagnosis sakit demam berdarah dan maag. Kalau maag sih Harika sudah tahu karena dia jarang memperhatikan pola makan, dia sukanya ngemil dan jaga kesehatan masih kurang. Tetapi kalau demam berdarah mungkin karena dari camping kemarin karena kemarin di puncak memang banyak nyamuk dan dia ikut begadang denganku.
Ku hampiri Vika dan ku usap rambutnya sambil ku bisikan ke telinganya, agar selalu jaga kesehatan jangan telat makan.
“Vika, kamu kenapa sih kok bisa begini, jaga kesehatan lo, jangan suka telat makan!” pintaku ke Vika sambil cemas.
Karena dia sudah aku anggap keluargaku sendiri di sini. Di Jakarta aku juga nggak punya saudara, ketika ada dia aku merasa senang ada yang memperhatikanku makanya aku sedih kalau dia sakit seperti ini. Sudah 3 jam aku menemani Vika di rumah sakit, aku perhatikan wajah dia mulai membaik dan dia sudah bisa ngomong dengan baik.
“Harika, kamu dimana?” Panggil Vika dengan nada masih lemas.
“Eh Vika syukurlah kamu sudah bisa ngomong” jawabku sambil senyum-senyum, senang karena bestie ku sudah ada perubahan.
“Harika tolong telfonin pacar aku dong, kasih tahu kalau aku lagi dirawat dirumah sakit ya?” pinta Vika kepadaku. Tak lama pacar Vika akhirnya datang menjenguk Vika dirumah sakit karena dia tidak dikasih tahu sama Vika kalau sedang sakit.
Aku juga menelfon bapak Indra besok pagi izin nggak masuk kerja karena sedang menemani Vika yang sakit. Aku malam ini begadang menemani Vika di rumah sakit.
Vika merupakan anak pertama dan dia merupakan anak semata wayang dari Ibu Irene, makanya saat Vika sakit seperti ini aku perhatikan orang tua Vika merasa terpukul sedih, sesekali aku membujuk ibu Irene agar makan dan menjaga kesehatan agar tidak jatuh sakit seperti Vika. Ibu Irene sendiri disini juga sudah aku anggap seperti orang tuaku juga karena dia juga baik terhadapku dan kepada Vika juga.
*****
Pagi hari…
Suara telfonku berbunyi berkali-kali, kulihat ada nomor baru yang menelfonku. Aku sengaja tidak mau mengangkatnya. Tiba-tiba orang yang menelfonku tadi chat whatsapp ke hp ku.
“Harika tolong angkat telfonku, aku bapak Bayu?” Bapak Bayu chat whatsapp ku.
Aku langsung balas secepat mungkin karena biasanya kalau ada nomor baru itu orang iseng makanya enggak aku angkat.
“Iya pak maaf ada apa ya pak?” balas chatku ke pak Bayu.
Beberapa detik pak Bayu langsung menelfonku menanyakan keberadaanku sekarang lagi dimana. Aku jawab aku lagi nemanin Vika yang sedang dirawat dirumah sakit Fatmawati karena dia sakit demam berdarah. Tak lama kemudian hp ku di matiin oleh bapak Bayu.
“Siapa Harika yang barusan yang nelfon?” tanya Vika penasaran
“Oh.. ini pak Bayu yang nelfon nanyain aku lagi dimana?” jawabku dengan santainya.
“Ehm..ehm… Harika lo di cariin ciye?” goda si Vika
“Apa sih Vika, udah kamu ini, jangan banyak gerak dulu, sini aku suapin dulu?” jawabku cuek sambil nyuapin Vika agar cepat sembuh
Saat aku sedang menyuapi Vika tiba-tiba dari pintu ada yang ngetok. Astaga aku kaget ternyata yang datang adalah orang yang enggak aku duga-duga.
Tok
Tok
Tok
“Selamat pagi?” suara cowok di luar sambil mengetuk pintu kamar rumah sakit.
Suaranya enggak asing, kemudian aku langsung menengok kebelakang ternyata yang datang adalah bapak Bayu. Aku kaget dan tidak bisa berkata-kata lagi, tumben dia kesini ada apa? biasanya dia itu jengkelin tapi kenapa sekarang sudah ada disini?
Bapak Bayu langsung menghampiri Vika yang sakit dan menanyakan kabar dia saat ini.
“Loh pak Bayu? Bapak kok bisa kesini?” tanyaku sambil gugup karena kaget.
“Iya tadi saya mau ada meeting sama client sekalian aja mampir karena satu arah di dekat sini juga kok” jawab bapak Bayu
Kulihat wajah Vika senyum-senyum melihatku sama pak Bayu ngobrol.
“Pak Bayu juga kenapa duduk di dekatku padahal di sebelah ibu Irene masih kosong.” gumamku dalam hati.
Kita disini ngobrol banyak tentang keadaan Vika, kenapa bisa begitu dan pak Bayu juga memberikan semangat ke Vika agar cepat sembuh dan bekerja lagi. Ku lihat pak Bayu baik juga kalau seperti ini. Tetapi kadang-kadang juga bikin kesel. Aku selalu gerutu dalam hati. Sekitar satu jam pak Bayu menemani Vika dan akhirnya dia pamit pulang.
Aku antar dia sampai di parkiran, dan aku mengucapkan banyak terimakasih karena sudah mau menjenguk bestie ku. Pak Bayu keluar dari parkiran sambil mengeluarkan kata-kata kepada ku agar selalu menjaga kesehatan jangan sampai sakit. Deg…deg.. aku kaget apa maksud dari ucapan pak Bayu itu. Aku kemudian menganggukkan kepalaku dan segera kembali ke kamar melihat Vika sudah bisa berdiri.
“Ciye.. yang barusan di apelin sama ayank bos?” goda Vika seperti biasa sambil senyum-senyum
“Apaan sih bawel?” jawabku, dia kan kesini jenguk kamu sakit bukan jenguk aku, jawabku malu-malu
“Halah Harika harika, udahlah kalian itu jangan saling jaim, sudah ketahuan dari mata kalian berdua itu ada rasa satu sama lain, kalian itu cocok kok cuma kalian itu sok enggak suka aja?” jawab Vika sambil senyum-senyum
“Sudahlah jangan bahas dia lagi, dia kan cowok paling nyebelin dalam hidupku!” jawabku
Akhirnya Vika sudah bisa senyum dan ketawa, aku merasa senang melihat dia bisa ceria lagi seperti sedia kala. Aku juga mengucapkan banyak terimakasih ke pak Bayu walaupun suka bikin jengkel tapi sudah mau menyempatkan mampir menjenguk bestie ku.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments