Meraih Kembali Cinta Suamiku

Meraih Kembali Cinta Suamiku

1. Nggak mau dimadu

Assalamualaikum....

Selamat tahun baru dan selamat datang di karyaku yang ke-8 di Noveltoon 🤗

Novel ini merupakan Season ke-2 dari novel "Jodoh Untuk Ustad Yunus"

Jangan lupa subscribe. Berikan dukungan juga berupa like, komen, vote dan hadiahnya.

Happy reading💞

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Aku nggak mau dimadu, Mas!!" seru Yumna dengan lantang.

Ustad Yunus dan pria di depannya itu langsung terperanjat dari duduknya, lantaran kaget melihat Yumna yang tiba-tiba datang. Dia juga terlihat sudah menangis.

"Tolong jangan lakukan itu, Mas! Aku mohon ...."

***

Sebelumnya.....

"Apa Mas nggak apa-apa?" tanya Yumna menatap sang suami yang kini berada di sampingnya.

Keduanya kini menaiki sebuah mobil bersama Papi Yohan dan Mami Soora.

Setelah hampir dua bulan menjalani terapi di rumah sakit pasca kecelakaan, berkat izin Allah akhirnya Ustad Yunus sudah bisa berjalan dengan normal.

"Maksudnya??" Ustad Yunus mengerutkan keningnya, merasa heran dengan pertanyaan sang istri. Pasalnya dia merasa baik-baik saja, tapi mengapa perempuan itu justru bertanya hal demikian?

"Enggak, aku cuma nanya doang kok." Yumna tersenyum tipis, lalu menatap ke arah jendela mobil. 'Apa hanya perasaanku saja, kalau sikap Mas Boy masih saja dingin?? Bukankah masalah di antara kami telah selesai dari semenjak dua bulan lalu?' batinnya sendu.

Dua bulan mungkin bisa dibilang waktu yang singkat bagi sebagian orang, tapi tidak dengan Yumna.

Diwaktu itu, dia mencoba memantapkan hatinya dengan keputusan yang dia ambil, yakni mempertahankan rumah tangganya.

(Flashback On)

"Mempertahankan tapi tidak dengan mencintai saya, begitu?" tanya Ustad Yunus yang berusaha tenang.

"Aku akan mencintai Mas Boy, aku akan mencobanya. Dan juga akan melupakan Kak Glenn," jawabnya.

"Maaf, tapi saya nggak bisa, Dek."

"Nggak bisa?!" Yumna menatap tak percaya. Kedua alis matanya itu bertaut. "Nggak bisa gimana, Mas?"

"Saya nggak bisa melihatmu terpaksa untuk mencintai saya dan melupakan orang yang sangat kamu cintai."

"Siapa yang terpaksa, Mas? Aku sama sekali nggak terpaksa!" tegas Yumna dengan menggeleng cepat.

"Jangan bohong. Pasti Papi 'kan yang maksa kamu."

"Demi Allah Papi nggak maksa Yumna, Boy," sahut Papi Yohan.

"Demi Allah aku juga nggak dipaksa Papi, Mas!" Yumna menimpali lalu menyentuh dadanya. "Ini murni keputusanku! Karena aku nggak mau kehilangan Mas Boy!"

"Nggak perlu bawa-bawa nama Allah. Itu sangat berat."

Setelah dibohongi habis-habisan, rasanya dia tidak bisa semudah itu percaya. Karena bisa saja mereka kembali bersandiwara apalagi posisi ada Umi Mae.

"Apa Mas nggak percaya sama aku?" tanya Yumna yang terlihat sedih. Kedua matanya bahkan sudah becek.

"Iya."

"Lalu, bagaimana caraku supaya Mas percaya? Apa yang harus aku lakukan?" Yumna meraih tangan Ustad Yunus, tapi pria itu menepisnya.

"Saya begitu sulit mempercayai orang yang telah berbohong. Karena biasanya ... orang itu akan kembali berbohong."

"Hiiikks ...." Air mata Yumna akhirnya tak terbendung. Dia menangis tersedu-sedu. "Tolong berikan aku kesempatan, Mas, untuk memperbaiki hubungan kita. Maafkan aku. Aku nggak mau kita berpisah," pintanya memohon.

"Bukannya dulu kamu bilang ingin kembali dengan Glenn? Kenapa sekarang kamu justru berubah pikiran?" Suara Ustad Yunus tak berubah. Masih datar dan acuh, meskipun dia tahu Yumna sudah menangis.

"Kan aku udah bilang, kalau aku nggak mau kehilangan Mas. Aku nggak rela melihat Mas kembali dengan Naya. Mas itu milikku, dan selamanya akan menjadi milikku."

"Memang ada saya bilang mau kembali sama Naya?"

"Enggak." Yumna menggeleng, lalu menatap sebentar ke arah Umi Mae. "Tapi Umi bilang ... Mas sangat mencintainya. Harusnya 'kan Mas cuma mencintaiku, karena aku satu-satunya istri Mas di sini."

"Nak ...," panggil Umi Mae yang perlahan mendekat ke arah menantunya, lalu menyeka air matanya karena dia merasa tak tega melihat perempuan itu menangis. "Kalau memang Yumna punya salah ... tolong maafkan dia. Allah saja 'kan maha pengampun, masa kita sebagai umatnya nggak bisa memaafkan sesama? Apalagi itu istrimu sendiri."

"Aku sudah memaafkannya bahkan jauh sebelum dia minta maaf, Umi," jawab Ustad Yunus. "Tapi untuk mempercayainya lagi, apalagi di belakangnya ada Papi Yohan dan Mami Soora yang diawal sudah membohongi kita ... rasanya itu sangat sulit."

"Lho ... kok jadi bawa-bawa mereka, Nak?" Umi Mae menatap kedua besannya dengan raut bingung. Dia yang tidak tahu apa-apa wajar bertanya seperti itu.

"Siapa yang ingin menjelaskan? Papi atau—"

"Maafkan aku Bu Mae," sela Papi Yohan cepat, sembari menatap besannya dengan penuh penyesalan. "Semua ini terjadi karena rencanaku, karena keegoisanku."

"Maksudnya gimana, Pak?" Umi Mae masih tak paham.

"Aku terlalu terobsesi dengan Boy, untuk menjadikannya menantu. Sampai-sampai aku meminta istriku untuk membuat sebuah rencana."

Umi Mae langsung menatap ke arah Mami Soora. Dan wanita itu tampak gelisah sekarang.

"Aku dan istriku sepakat melakukan kebohongan. Dari mulai mengirimkan sebuah bunga, makanan serta beberapa chat untuk si Boy. Semua itu dibuat seolah-olah Yumna yang melakukan, padahal kami."

Terbelalak Umi Mae, mendengar kenyataan itu. Hatinya pun ikut teriris-iris.

"Benarkah?" Rasanya masih tidak percaya, karena bisa-bisanya mereka setega itu padanya dan Ustad Yunus.

"Iya, Bu." Papi Yohan mengangguk, begitu pun dengan Mami Soora.

"Aku minta maaf, Bu ... Boy," ucap Mami Soora menyesal.

"Jadi Yumna selama ini nggak mencintai Yunus, begitu? Dan tentang kalian yang melamar itu juga bukan keinginan Yumna ... melainkan kebohongan kalian??" Dada Umi Mae terasa memanas. Begitu pun dengan kedua matanya.

"Iya." Papi Yohan dan Mami Soora hanya bisa mengangguk lagi, mengakui kesalahannya.

"Kalau begitu kamu dan Yumna mending pisah aja, Nak!" tekan Umi Mae menatap anaknya. "Untuk apa juga menikah bersama perempuan yang nggak mencintaimu!"

"Enggak, Umi! Jangan lakukan itu!!" Yumna yang terlihat panik langsung bangkit dan memeluk tubuh mertuanya diiringi isak tangis. "Demi Allah aku ingin memperbaiki semuanya, dan mulai belajar mencintai Mas Boy. Tolong berikan aku kesempatan, Umi. Maafkan aku ... hiiikkkss."

"Boy ...." Papi Yohan tampak sudah putus asa. Bingung harus bagaimana, tapi tidak mau semaunya berakhir begitu saja.

"Maaasss ...." Yumna beralih kepada Ustad Yunus. Dia memeluk tubuhnya. "Aku nggak mau kita pisah. Tolong jangan lakukan ini, Mas, aku nggak mau."

Ustad Yunus perlahan memijat dahinya yang terasa pening. Lalu menghembuskan napasnya dengan berat.

Setelah sempat diam memikirkan, akhirnya dia pun ikut mengambil keputusan.

"Baiklah, saya akan memberikan kamu kesempatan, Dek. Tapi ini hanya sekali dan saya nggak mau cuma dari mulut saja, melainkan itu dibuktikan secara nyata."

Mendengar itu, Yumna langsung tersenyum. Kesedihannya yang melanda seketika sirna dan sekarang berganti dengan rasa bahagia di dalam dada.

Perlahan dia pun menangkup kedua pipi suaminya, lalu menggeserkan wajahnya supaya bisa saling menatap.

"Terima kasih, Mas. Aku akan membuktikannya," ungkapnya seraya mencium bibir bibir Ustad Yunus dan seketika membuat pria itu terkejut, dengan kedua mata yang membeliak.

(Flashback Off)

Tapi mungkin, sikap yang ditunjukkan Yumna kepada Ustad Yunus selama ini belum memperlihatkan bahwa dia benar-benar telah membuktikan kalau dia mencintai serta melupakan Glenn.

Berarti dengan ini, Yumna harus lebih keras lagi melakukannya.

'Sabar Yumna ... mungkin Mas Boy perlu waktu. Nggak boleh ngeluh, ini baru permulaan.' Yumna mencoba menyemangati diri sendiri, lalu mengulas senyum.

Ustad Yunus memang mempunyai panggilan kesayangan dari Papi Yohan yakni dengan mengubahnya dengan sebutan Boy, sampai Yumna sendiri pun mengikutinya karena sudah sedari awal orang tuanya yang meminta.

"Apa kalian mau pergi berbulan madu besok?" tawar Papi Yohan yang mengemudi di depan. Dia menatap anak dan menantunya secara bergantian dari kaca depan. "Waktu itu Papi pernah ngomong 'kan sama kamu, Yum, supaya kalian pergi berbulan madu ke Bali? Apa bisa kalian berangkatnya besok saja?"

"Bis—"

"Maaf, Pi," potong Ustad Yunus cepat. "Bukan maksud ingin menolak, tapi besok saya banyak kerjaan sekali. Saya juga nggak bisa melalaikan kewajiban saya untuk mengurus masjid."

Selain menjadi Ustad, Ustad Yunus memang bekerja sebagai marbot masjid. Selain itu juga juga mempunyai usaha sampingan yakni jual beli motor bekas.

"Oohhh begitu, ya??" Papi Yohan terlihat kecewa, meskipun kedua sudut bibirnya telah menyunggingkan senyum demi bisa menutupinya. "Ya udah nggak apa-apa. Lain kali saja kalau kamu nggak sibuk."

Yumna merengut sedih, lalu memalingkan wajahnya kembali ke arah jendela. Padahal dia memang sangat setuju untuk pergi berbulan madu, karena mungkin dengan begitu—sikap suaminya akan bisa kembali seperti dulu.

"Maaf, Dek," ucap Ustad Yunus pelan, nyaris hanya Yumna saja yang dapat mendengarnya.

"Nggak apa-apa kok, Mas."

*

*

Sampainya pada kediaman Ustad Yunus, kedatangan mereka berempat pun disambut hangat oleh Umi Mae—yang merupakan Umi kandung Ustad Yunus.

Kedua besan itu sempat berbincang-bincang sebentar, sampai akhirnya Papi Yohan dan Mami Soora memutuskan untuk pamit pulang.

"Kalau butuh apa-apa kamu hubungi Papi dan Mami, ya? Papi dan Mami akan selalu mendo'akan yang terbaik untuk rumah tanggamu dan Boy, Yum," ucap Papi Yohan sambil merangkul bahu anaknya, lalu menepuk-nepuk pelan pundak kanannya.

Yumna dan Ustad Yunus mengantar mereka sampai teras depan rumah.

"Semoga secepatnya ada Dedek bayi yang hadir diperutmu." Mami Soora perlahan mengelus perut anaknya. Dia sangat berharap sekali untuk bisa memiliki cucu.

'Bagaimana bisa Yumna hamil, Mi, Sedangkan dia sendiri memang nggak mau hamil,' batin Ustad Yunus.

"Aminnn, Mi," sahut Yumna sambil mengulas senyum, lalu meraih tangan kedua orang tuanya untuk dia cium. Ustad Yunus pun melakukan hal demikian.

"Assalamualaikum." Kedua orang tua itu berucap salam sembari melangkahkan kakinya menuju mobil.

"Walaikum salam, hati-hati Mi ... Pi." Yumna dan Ustad Yunus menjawab bersama. Mereka pun menatap kedua orang itu sampai benar-benar menghilang dari hadapannya.

Setelah itu, lantas Ustad Yunus melangkah masuk ke dalam rumah, disusul oleh Yumna hingga keduanya masuk bersama ke dalam kamar.

"Mas mau mandi, ya?" tanya Yumna saat baru saja melihat suaminya mengambil handuk dari dalam lemari.

Pria dengan gelar Ustad itu pun menoleh, lalu mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi yang berada dipojok kamarnya.

"Aku ikut, ya, Mas! Aku juga mau mandi!" Buru-buru Yumna mendekat dengan wajah malu-malu. Kedua pipinya bahkan sudah merah merona.

"Maksudnya kamu ingin kita mandi bareng?" tanya Ustad Yunus yang terlihat tak percaya.

"Iya." Yumna mengangguk sembari menundukkan pandangan. Sungguh dia merasa malu sekali, tapi nekat melakukan hal itu supaya bisa meluluhkan kembali hati suaminya. "Kita semenjak menikah belum pernah mandi bareng, kan, Mas? Jadi ayok kita melakukannya."

"Maaf, Dek ...."

Dada Yumna sontak berdenyut ngilu, mendengar kata maaf yang artinya suaminya itu menolak. Karena biasanya Ustad Yunus memang selalu mengucapkan kata itu saat dia ingin menolak sesuatu.

"Bukan saya nggak mau, tapi saya mules, Dek. Jadi nggak mungkin kita mandi bareng." Dia lalu mengusap perutnya, setelah itu langsung masuk dan menutup pintu meninggalkan Yumna.

Perempuan itu terlihat merengut sedih. Entah Ustad Yunus berbohong atau tidak, tapi sejauh ini Yumna kenal—pria itu adalah orang yang jujur.

Namun, meski begitu—tetap saja Yumna merasa sedih karena telah ditolak.

'Diajak mandi bareng aja kamu nolak, Mas, apalagi aku ajak bercinta,' keluhnya dalam hati.

Tok! Tok! Tok!

Kegundahan yang melanda di dalam hatinya seketika terjeda saat dimana Yumna mendengar suara ketukan pintu. Kemudian disusul oleh suara Umi Mae.

"Yunus! Yumna!" serunya setengah memekik.

"Iya, Mi!" Yumna gegas berlari kecil menuju pintu, lantas membukanya.

Ceklek~

"Mana Yunus, Nak?" tanya Umi Mae seraya melongok ke dalam, mencari-cari keberadaan anaknya.

"Mas Boy lagi mandi, Mi. Kenapa memangnya?"

"Oohh itu, ada Pak Cakra datang bertamu. Nanti bilang padanya saja, ya, Nak ... kalau Pak Cakra menunggu diluar."

"Pak Cakra itu siapa, Umi?" tanya Yumna.

"Beliau sih bilangnya Ayahnya Naya, Nak."

"Apa?! Ayahnya Naya??" Yumna sontak memekik dengan kedua mata membulat.

Mendengar nama Naya sungguh membuatnya terkejut dan membuat jantungnya berdebar kencang.

Naya ini dulunya pernah melakukan ta'aruf dengan Ustad Yunus, tapi sayangnya hubungan keduanya harus berakhir sebelum naik ke pelaminan lantaran Ustad Yunus tak mendapatkan restu dari kedua orang tua Naya.

Namun, Yumna tahu jelas jika Ustad Yunus pasti masih menyimpan rasa pada Naya. Begitu pun sebaliknya, yang malah memang secara terang-terangan pernah mengatakan masih sangat mencintai pria itu.

"Mau ngapain Ayahnya Naya ke sini, Umi? Dan apa dia datang bersama Naya juga??"

Terpopuler

Comments

Dewi Sari

Dewi Sari

oh poligami tidak ... 😂😂

2024-01-03

2

Pisces97

Pisces97

mampir Thor baca seaseon 2 nya 🥰

2024-01-02

2

Eva Karmita

Eva Karmita

absen dulu tinggal kan jejak 🙏 , maaf terlambat datang karena lagi kurang enak badan 🤕🤕

2024-01-02

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!