Chapter 18

Malam harinya, aku, suamiku dan juga anakku tengah melakukan sholat isya berjamaah.

Hari ini adalah pertama kali kami melakukan sholat berjamaah bersama dengan mas Leo.

Lantaran selama ini aku dan anakku lah yang lebih sering melakukan sholat berjamaah, dikarenakan mas Leo selalu saja mempunyai alasan.

Sempat aku berpikir, mengapa tidak dari dulu saja aku ancam mas Leo dengan melaporkan ini pada papah nya, yang artinya papah mertua ku, jika mas Leo memang takut pada papah nya itu, sehingga mas Leo mau menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.

Aku pun sempat heran dengan suamiku itu, dia takut pada papahnya, tapi dia tidak takut dengan Tuhan nya? Sungguh aku tidak habis pikir apa yang ada di otak suamiku itu.

Aku pun memilih untuk pergi ke kamarku, dan menyuruh suamiku untuk tetap ada di sana, lantaran ada suatu hal yang harus aku lakukan.

"Sayang, ibu ke kamar ya. Kamu disini sama ayah, sekalian ajak ayahmu untuk baca Al-Qur'an," ucap ku, sekaligus melihat ke arah suamiku dengan tatapan sinis.

"Ti ... "

"Eits, dilarang protes. Kalau tidak, aku akan laporkan pada papah mau, aku akan bilang kalau kamu gak mau nemenin anak mu, aku yakin kamu pasti akan diomelin oleh papah," sela ku.

"Ck."

Setelah itu, aku pun pergi ke kamar dan meninggalkan suami dan anakku.

Saat di kamar, aku pun mulai menata kamarku dengan suasana romantis, bahkan aku pun menaburkan kelopak bunga mawar ke atas tempat tidur dan juga lantai.

Dan bukan hanya itu saja, aku pun mulai menghidupkan beberapa lilin aroma terapi, dan aku pun mulai meredupkan lampu, dan membiarkan suasananya menjadi temaram.

"Lihatlah mas, aku sudah melakukan sampai sejauh ini. Aku harap kamu bisa melihat cintaku ini," monolog ku.

Aku pun pergi ke kamar mandi, guna mengganti pakaian.

Setelah mengganti pakaian dengan lingerie berwarna hitam, dengan belahan dada rendah dan juga bagian punggung yang dibiarkan terbuka.

Bukan hanya itu saja, aku pun menyemprotkan parfum ke leherku, setelah semuanya selesai, aku pun duduk di sisi tempat tidur, seraya menunggu mas Leo masuk kedalam.

Karena aku yakin, mas Leo akan masuk ke kamar guna ganti pakaiannya, tidak mungkin bukan dia pergi ke apartemen Monic menggunakan baju koko dan juga sarung.

Aku pun terus menunggu, dan tak lama, mas Leo pun masuk kedalam kamar.

Di saat aku melihat handle pintu terbuka, di situ juga dada ku berdegup kencang, seakan-akan ini adalah malam pertama kami.

Pintu pun dibuka, dan muncullah mas Leo dengan wajah herannya.

Aku pun melihat mas Leo menutup pintu kamar kami, dan aku pun melihat mas Leo berjalan, seraya melihat sekeliling.

Aku pun berdiri. "Mas," panggil ku.

Mas Leo pun menoleh, dan aku pun dapat melihat mas Leo seperti menelan ludahnya dengan kasar.

"K- kamu ... T- tumben pake baju kaya gini," ucap mas Leo.

"Dan kenapa kamar kita dihias seperti ini?" tanya mas Leo.

"Lagi pengen aja mas," ujar ku seraya tersenyum malu.

"Dan untuk kamar ini, memang sengaja aku menghiasnya," jawabku.

"Sini aku bantu buka bajunya," tawaku, dan aku pun mulai membantu membuka baju mas Leo.

Suamiku itu pun hanya diam saja, ia malah melihat aku tanpa berkedip, dan aku yang ditatap seperti itu membuat ku malu.

Aku pun mulai membuka kancing baju mas Leo satu persatu, setelah semua kancingnya terbuka, aku pun melepaskan baju koko yang menempel di badan mas Leo.

Dan aku pun membiarkan baju itu tergeletak di atas lantai, dan kini mas Leo hanya memakai kaos singlet, dan juga sarung.

"Sarungnya mau aku buka juga?" tanya ku.

"Eh, tidak perlu, biar aku saja," jawab mas Leo.

Mas Leo pun mulai melepaskan sarungnya, dan hanya menyisakan celana boxer yang berwarna hitam.

Mas Leo pun melangkah menuju lemari, dan aku pun melihat mas Leo tengah membuka lemari itu.

Saat aku melihat mas Leo ingin mengambil celana jeans, aku pun langsung menghampirinya dan aku pun langsung memeluknya dari belakang.

Aku melakukan itu, lantaran aku tidak ingin mas Leo pergi ke apartemen Monic, entah mengapa aku memiliki firasat yang buruk.

Apalagi di luar sana akan turun hujan, terbukti dari suara gemuruh petir yang terdengar.

"Aku mohon jangan pergi, tetap disini. Apalagi, sebentar lagi akan hujan," ucap ku dengan pelan, yang masih setia memeluk suami ku.

Mas Leo pun melepaskan pelukan ku, dan berbalik menghadap ku.

"Aku mohon," pinta ku seraya memegang kedua pipi suamiku sekaligus mengelus pipi suamiku, dan menatap matanya dengan dalam.

Perlahan namun pasti, aku pun mendekatkan bibir ku dan juga bibir mas Leo, dan ...

Cup. Bibir kami pun saling menempel, perlahan kami pun mulai berciuman.

Ciuman kami pun semakin dalam dan menuntut, tubuhku perlahan berjalan mundur dan tak lama mas Leo pun mendorong tubuhku perlahan ke atas tempat tidur.

Tubuhku pun sudah terbaring di atas tempat tidur, sementara mas Leo kini berada di atas tubuhku, tanpa melepaskan ciumannya.

Namun, tak berlangsung lama, kami pun mengakhiri ciuman kami, napas kami pun tengah-tengah lantaran kehilangan banyak oksigen.

Mas Leo pun mengelus bibirku, namun tak lama aku melihat mas Leo berdiri, aku pun ikut berdiri dan mengubah posisi ku yang tadinya berbaring menjadi duduk.

Aku pun memegang tangan suamiku. "Mau kemana? Sudah aku katakan jangan pergi," ucap ku, seraya berdiri.

Mas Leo pun melihat tanganku yang tengah memegang lengannya.

Dan mas Leo pun menatap ku, aku pun mengerti dengan tatapan itu, seakan-akan mas Leo mengatakan "lepaskan."

Aku pun tak ingin kehilangan akal, aku tak ingin suamiku pergi menemui kekasihnya, apalagi diluar sana tengah hujan.

Aku takut terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan.

Karena tidak ada pilihan lain, aku pun mendorong tubuh suamiku itu hingga berbaring terlentang di atas tempat tidur.

Dan aku pun mulai merangkak naik ke atas tubuhnya,

Dan aku pun kembali mencium bibir suamiku dengan rakus, bukan hanya itu saja, aku pun mulai meraba dada bidang suamiku dan memberikan tanda cinta dileher suamiku.

Ya, malam ini aku berubah menjadi wanita yang agresif, itu semua demi suamiku, agar dia tidak pergi ke apartemen Monic.

Meski aku yakin, besok dan seterusnya, suamiku pasti akan menemui kekasihnya itu, tapi setidaknya malam ini ia tidak menemui kekasihnya, dan setidaknya rasa cemas ku menghilang.

Di saat aku tengah bekerja, ponsel suamiku berdering, aku pun tau siapa yang menghubungi suamiku itu.

Aku pun menghentikan kegiatan ku, dan mengambil ponsel milik suamiku, dan aku pun mulai mematikan ponsel milik mas Leo.

Dan tak lama kami pun mulai menyatukan raga kami, hingga peluh keringat bercucuran.

...°°°...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!