Chapter 14

"Maryam!!"

"Maryam!!" Panggilnya lagi.

"Ada apa sih mas! Bukannya salam, ini malah teriak-teriak," omel Maryam setelah menghampiri suaminya itu.

"Kau ... "

"Assalamu'alaikum," ucap Brian yang baru saja kembali dari rumah kedua kakek dan neneknya.

Ia pun menyalami ibu dan ayahnya itu.

Ya, setelah mengantarkan mamah Hana ke rumahnya, Brian meminta untuk diantarkan ke rumah kakek dan neneknya, yang dimana itu adalah rumah kedua orang tua Maryam.

Brian mengatakan ia ingin ikut berkebun dengan kakeknya, itu sebabnya Brian ingin pergi ke sana, dan malam ini ia pun baru kembali dengan diantarkan oleh supir yang bekerja dengan Abi nya Maryam.

"Eh anak ibu, udah pulang. Gimana berkebunnya, apa menyenangkan?" tanya Maryam pada putranya itu.

"Iya Bu, itu sangat menyenangkan," jawabnya dengan raut wajah bahagia.

"Wah, ibu jadi ingin. Ya udah, sekarang kamu ganti pakaian kamu, setelah itu turun untuk makan malam. Eh tapi kamu udah makan belum?" tanya Maryam.

"Emmm, apa ibu masak?" Bukannya menjawab Brian justru kembali bertanya.

"Belum sih, hehehe. Tapi ibu akan masak kok," jawabnya dengan tersenyum sehingga menampilkan gigi rapi dan putihnya.

"Apa ayah udah makan?" tanya Brian pada ayahnya, yang sedari tadi diam memperhatikan ibu dan anak itu.

"Sudah," jawab Leo dengan singkat.

"Ayahmu sudah makan, soalnya tadi ayahmu bertemu dengan klien bisnisnya, sekaligus makan malam," jelas Maryam.

"Ohhh gitu, terus ibu, udah makan belum?" tanya Brian pada ibunya.

"Kenapa kamu sedari tadi bertanya begitu?" tanya Maryam balik.

"Gak pa-pa," jawabnya.

"Sebenarnya ibu sih udah makan mie instan tadi, jadinya gak begitu terlalu lapar," jawab Maryam.

"Jadi anak ibu ini udah makan apa belum?" tanya Maryam.

"Sudah bu, tadi nenek sudah masaki makanan kesukaan Brian," jawabnya.

"Ah, jadi itu alasan kenapa kamu bertanya sama ibu dan ayah. Oke-oke ibu paham maksud kamu, yaudah kalau gitu ibu gak masak deh malam ini," ucap Maryam.

"Kalau gitu Brian ke kamar ya Bu," ujar Brian.

"Iya sayang."

Brian pun naik ke lantai dua yang dimana kamarnya berada, kini tinggallah Maryam dan juga suaminya.

"Kamu lihat mas, anak kita saja tau sopan santun. Masa kamu kalah sama anak kita sih, anak kita aja masuk mengucapkan salam, tapi kamu ayahnya malah teriak-teriak," sindir Maryam pada suaminya itu, ia pun pergi ke kamarnya.

"Dia menyindir ku, awas kau!" ucap Leo, ia pun segera menyusul istrinya itu.

Saat Leo barada di kamarnya, ia melihat istrinya itu tengah memakai kutek.

"Maryam katakan padaku, apa maksudnya ini? Kamu sengaja hah!" ucap Leo, seraya menunjuk ke arah tanda merah yang ada dileher nya.

"Iya, aku memang sengaja buat itu, kenapa memangnya?" jawab Maryam dengan santai sekaligus bertanya.

"Kamu tau! Gara-gara ulah mu ini, papah curiga padaku, papah ku berpikir aku itu mempunyai wanita lain!" jawab Leo dengan geram.

"Tapi kenyataannya memang kamu memiliki wanita lain, bukan," lirih Maryam.

"Apa kamu bilang?"

"Bukan apa-apa. Huffstt, gini ya mas, untuk masalah itu, aku sudah menjelaskan pada papah mu, saat papah menghubungi ku untuk menanyakan hal itu. Aku mengatakan pada papah mu, aku melakukan itu dengan sengaja, lantaran aku gemas sama kamu mas," jelas Maryam. "Lebih tepatnya gemas sama tingkah kamu mas," lanjutnya dalam hati.

"Jadi kamu gak perlu khawatir oke," ucapnya, yang masih setia memakai kutek ke kuku jarinya.

"Tapi bukan hanya itu saja, gara-gara ulah mu ini, Monic jadi marah padaku!" ujar Leo dengan geram.

"Apa? Aku tidak salah dengar? Monic marah padamu, gara-gara itu? Ck, memangnya apa hak dia untuk marah? Jelas-jelas dia bukan siapa-siapa! Kalau aku tentu saja memiliki hak untuk marah, lantaran aku adalah istri kamu, sementara dia bukan! Lagian aku heran, apa salahnya jika aku memberikan tanda cinta dileher suamiku, apa itu hal yang salah?" tanya Maryam dengan serius, bahkan ia pun menaruh kutek nya.

Maryam pun menatap mata suaminya, "jawab aku mas! Apa aku salah memberikan tanda cintaku padamu? Dan apa pantas seorang pelakor marah pada istri sah? Ah ralat, bukan pelakor melainkan kekasih, karena kamu berbeda, ya. Bukan begitu, suamiku?" tanya Maryam dengan menekan di kata pelakor dan juga suamiku.

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaan dari mu, lantaran kamu tidak akan pernah mengerti!" ucap Leo.

"Tidak mas, kamu salah. Justru aku mengerti ... Aku mengerti semuanya! Yang tidak mengerti disini adalah kamu," ujar Maryam yang masih menatap suaminya itu, bahkan kini Maryam sudah berdiri dari duduknya.

"Sudahlah mas, aku malas berdebat. Lebih baik kamu mandi, dan jangan lupa sholat isya. Jika tidak, maka akan laporkan pada papah mu mau!" ucap Maryam, ia pun kembali duduk di kursi rias nya.

"Kau mengancam ku!"

"Jika kamu berpikiran seperti itu, tak apa," jawab Maryam tanpa melihat suaminya itu, ia malah melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi, yaitu melanjutkan mencat kukunya dengan kutek.

"Oh ya mas, sebelum aku minta maaf. Malam ini aku tidak bisa menyiapkan pakaian mu, kamu bisa ambil sendiri di lemari, lantaran aku tidak bisa, kamu liat sendiri kan aku tengah apa," ujar Maryam, saat melihat suaminya itu hendak berbalik.

Sementara Leo, ia pun hanya bisa mengepalkan kedua tangannya.

"Terserah," ucapnya dengan menahan emosi, Leo pun berbalik seraya melepaskan dasi yang mengikat lehernya.

Setelah itu ia pun membuka seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxer nya.

Kemudian Leo pun masuk kedalam kamar mandi, namun pada saat Leo baru membuka pintu kamar mandi, istrinya itu kembali berucap.

"Oh ya mas, jangan lupa itu pakaiannya taruh di keranjang," ucapnya.

Leo pun berbalik seraya memunguti pakaiannya yang tadi ia biarkan terurai di atas lantai.

Lalu ia pun memasukan pakaian kotornya, ke keranjang tempat menyimpan pakaian yang kotor.

Setelah itu ia pun masuk kedalam kamar mandi dengan sedikit membanting pintu kamarnya.

"Astagfirullah," gumam Maryam seraya mengelus dadanya.

Maryam pun kembali melanjutkan kegiatannya.

Beberapa menit kemudian, Leo pun keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar, ia keluar dengan hanya memakai handuk sepinggang, untuk menutupi area sensitifnya.

Setelah itu ia pun melangkah ke arah lemari, kemudian ia pun mengambil baju koko dan sarung, dan ia pun memakai nya.

Leo pun terus memakai pakaiannya dengan menatap tajam ke arah istrinya yang masih setia duduk di dekat meja rias.

Setelah selesai berpakaian, Leo pun lebih memilih untuk melaksanakan sholat di bawah.

Yang mana di bawah terdapat ruangan khusus untuk ibadah.

Maryam yang melihat suaminya itu pun tersenyum.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!