Chapter 10

Mobil yang dikendarai oleh Leo pun samapi di kediaman mereka, tepat pada pukul delapan malam, lantaran sorenya mereka berhenti terlebih dahulu di res area.

Ketiganya pun turun, Leo pun mau tak mau membawa tas yang berisi pakaian dan beberapa buku milik anaknya itu.

Maryam pun membuka pintu rumah, keadaan rumah begitu gelap.

"Bu, kenapa gelap?" tanya Brian.

"Mungkin bi Darmi lupa menyalakan lampunya," jawab Maryam.

"Ohhh."

Setelah Maryam menutup kembali pintu rumahnya, tak lama lampu pun menyala, dibarengi dengan teriakan dari kedua orang tua Leo dan Maryam.

"Selamat datang di rumah, Brian!" teriak mereka.

"Kakek, nenek, Oma, oppa. Terima kasih," ucap Brian dengan wajah senangnya, lantaran di berikan kejutan oleh para nenek dan kakeknya.

"Sama-sama," ucap mereka.

"Oh ya, Brian lupa belum ucapkan salam. Assalamu'alaikum," ujarnya.

"Wa'alaikumusalam," jawab mereka.

Brian pun mulai menyalami satu persatu Oma, oppa, kakek dan neneknya.

Setelah itu para kakek dan nenek Brian pun mulai menanyakan kegiatan selama Brian sekolah dan mondok, Brian pun menjawab semua pertanyaan dari kakek dan neneknya dengan antusias.

"Kalau gitu, aku mau menaruh ini dulu di atas," ucap Leo.

"Yaya, sana pergi," ujar mamah dari Leo.

Leo pun pergi ke atas guna menaruh tas berisi perlengkapan anaknya itu di kamar sang anak.

Sementara Maryam, ia memilih untuk bergabung dengan anak, kedua orang tua, dan juga mertuanya.

Didalam kamar Brian, setelah Leo menaruh tas berisi perlengkapan anaknya di atas sofa, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada yang menghubunginya.

Leo pun mengambil ponselnya yang ada di saku celananya, dan melihat siapa yang menghubunginya, dan ia pun tersenyum saat tau siapa yang menghubunginya itu.

"Halo baby, ada apa?" tanyanya pada sang penelepon yang tak lain adalah Monic, kekasihnya.

"Honey, kamu itu kemana aja sih! Kenapa gak ke apartemen ku? Apa kamu marah atas kejadian semalam?"

"Tidak, aku tidak marah, hanya saja aku kecewa sama kamu."

"Yaudah aku minta maaf, aku janji gak bakal ngelakuin hal yang kaya semalam."

"Iya aku maafin."

"Terus kenapa kamu gak ke sini? Dan kenapa pesan ku gak di balas? Aku telepon dari siang pun gak di jawab."

"Iya maafin aku, gak usah ngambek gitu dong. Asal kamu tau, aku tuh baru saja menjemput Brian dari pesantren, karena itu aku gak balas pesan dan mengangkat telepon darimu, baby."

"Jadi sekarang anakmu itu sudah ada di rumah dong? Dan itu artinya aku gak bisa main ke rumahmu, ck menyebalkan."

"Sudahlah baby, kita masih bertemu di luar, atau di apartemen mu. Lagi pula, kayanya kamu gak usah ke rumah ku lagi, deh."

"Kenapa?"

"Kamu tau sendiri kan, aku takut papah ku tau hubungan kita berdua, jadi lebih baik kita bertemunya di luar atau di apartemen kamu saja."

"Hem."

"Baby aku tutup dulu teleponnya ya."

"Loh kenapa? Kan aku masih mau ngobrol sama kamu."

"Maaf baby, disini ada kedua orang tuaku dan juga kedua orang tua Maryam. Jadi aku gak mau mereka curiga. Sudah dulu ya bye."

Leo pun mengakhiri sambungan telepon itu, ia pun kembali menaruh ponselnya di dalam saku celananya, tanpa Leo sadari, sedari tadi ada seseorang yang menguping percakapan nya dan juga Monic.

Karena kebetulan pintu kamar itu tidak tertutup sempurna.

Leo pun keluar dari kamar putranya, dan ikut bergabung dengan yang lainnya.

Dilantai bawah, kini kedua nenek dari Brian pun tengah membuat makanan kesukaan Brian, dibantu dengan Maryam.

Sementara para kakek Brian mereka tengah berbincang sederhana, Leo pun memilih ikut bergabung dengan papah dan ayah mertuanya, serta Brian, sang anak.

"Ayo semuanya kita makan malam dulu," ucap mamahnya Leo.

Mereka pun mulai menyantap makan malam mereka.

Malam ini dikediaman Leo dan Maryam cukup ramai, lantaran ada kedua orang tua dari keduanya, dan juga anak mereka.

Saat makan malam, mereka pun mulai sholat isya berjamaah.

Leo pun mau tak mau ikut sholat berjamaah dengan mereka.

Padahal selama ini ia tidak pernah melakukan sholat, meski istrinya itu tiap hari selalu mengingatkan dirinya dan menyuruhnya untuk sholat.

Tapi Leo tidak pernah menggubris ucapan dari istrinya itu, mungkin dia hanya melaksanakan sholat pada hari raya idul Fitri dan juga sholat idul adha, serta melaksanakan sholat Jum'at.

Setelah sholat berjamaah, mereka pun mulai masuk kedalam kamar mereka masing-masing.

Para orang tua masuk kedalam kamar tamu, begitu pula dengan Brian masuk kedalam kamarnya.

Sementara didalam kamar Leo dan Maryam, kini Maryam sudah mengganti pakaiannya dengan baju tidur, hijabnya pun sudah ia lepas, dan menampilkan rambut hitam panjang, dan bergelombang nya.

Tak lama pintu kamar pun dibuka, dan muncullah Leo yang masih memakai baju koko serta sarungnya.

"Mas, kamu tau gak? Kamu tuh jauh lebih tampan ketika memakai baju koko dan sarung, apalagi ketika selesai sholat, ketampanan mu berkali lipat lebih tampan," puji Maryam, saat suaminya itu menutup lemari pakaiannya.

"Ck, berisik." Leo pun langsung masuk kedalam kamar mandi setelah mengambil kaos oblong serta celana boxer nya di lemari.

"Ih dasar pria aneh, dipuji malah marah-marah gak jelas. Kayanya aku harus melakukan sesuatu agar mas Leo mau melaksanakan sholat, setidaknya dengan mas Leo rajin sholat maka perlahan dia sadar apa yang dia lakukan selama ini itu salah," monolog Maryam.

Tak lama pintu kamar mandi pun terbuka, Leo pun keluar dari kamar mandi, dan melangkah ke arah tempat tidur.

Ia pun merangkak naik ke atas tempat tidur yang dimana di sana masih ada Maryam yang tengah duduk bersandar.

"Sampai kapan kamu akan melihatku terus menerus?" tanya Leo setelah ia duduk di atas tempat tidur.

"Idih GeEr, siapa juga yang lihatin mas. Orang aku lagi mikirin sesuatu," jawab Maryam.

"Mas, emang gak mau tanya aku lagi mikirin apa gitu," ucap Maryam saat melihat suaminya itu hanya diam, malahan suaminya itu sudah merebahkan dirinya dan membelakangi nya, dan tak lupa selimut yang sudah membungkus tubuh suaminya itu.

"Mas, aku mau tanya sama kamu? Kamu itu lebih suka cewek agresif ya?" tanya Maryam, meski suaminya itu tidak menyahut ocehannya.

"Mas!" Oceh Maryam lagi.

"Apa sih! Daripada kamu mengoceh terus, lebih baik tidur! Lagi pula sejak kapan kamu hobi mengoceh?" ucap Leo tanpa melihat ke arah istrinya.

"Ck, apa salahnya jawab pertanyaan aku doang," ucap Maryam dengan pelan sehingga suaminya itu tidak dapat mendengar.

Lantaran suaminya itu masih diam saja, Maryam pun menepuk bokong suaminya itu agak kencang.

Plak.

"Maryam! Apa-apaan sih kamu!" pekik Leo.

"Lagian tinggal jawab aja apa susahnya sih! Ini mah diam mulu, memangnya kamu lagi sariawan."

"Lagian kalau aku lebih suka cewek yang agresif, kenapa memangnya?"

"Nah gitu kek dari tadi jawab. Ya gak pa-pa sih, jadi kamu lebih suka cewek yang agresif. Kalau aku agresif sama kamu, kamu gak marah kan? Kan aku istri sah kamu, jadi gak pa-pa dong aku agresif, justru kalau aku agresif sama kamu dapet pahala. Kecuali Monic, baru dia akan dapet dosa, karena agresif sama suami orang."

"Terserah kamu, aku pusing, mau tidur. Dan ya, jangan bawa-bawa kekasihku itu."

Setelah mengatakan hal itu, Leo pun kembali membelakangi istrinya itu.

...°°°...

LIKE!

KOMEN!

BERI HADIAH!

BERI ULASAN BINTANG LIMA JIKA KALIAN SUKA DENGAN CERITA DIARY MARYAM🙏

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!