Chapter 9

"Assalamu'alaikum ibu," ucap Brian, dan aku pun membalas salam darinya. "Wa'alaikumusalam, bagaimana kabarmu?" tanya ku setelah ia bersalaman denganku, aku pun mencium seluruh wajahnya.

"Alhamdulillah baik," jawabnya, lalu aku melihat ia pun melirik ke arah ayahnya, yaitu suamiku.

Aku melihat mata anakku yang berbinar-binar, meski wajahnya menampilkan raut wajah biasa saja.

"Assalamu'alaikum, ayah. Apa kabar?" tanyanya sekaligus mengucapkan salam, dan menyalami punggung tangan mas Leo.

"Wa'alaikumusalam, baik." Mas Leo pun menjawabnya dengan singkat.

Brian pun duduk di tengah antara aku dan juga mas Leo, kami bertiga pun hanya diam saja, tanpa ada yang memulai obrolan.

Aku pun mulai menanyakan kegiatan sekolah dan kegiatan selama mondok pada anakku, Brian pun menjawab dengan antusias.

Kami pun saling mengobrol, beda dengan mas Leo yang hanya diam seraya memainkan ponselnya.

"Gus Hamzah!" teriak Brian.

Aku melihat Gus Hamzah berjalan ke arah kami, dan aku pun melihat suamiku sudah tidak lagi memainkan ponselnya ketika Brian meneriaki Gus Hamzah.

"Brian, tidak boleh seperti itu, itu tidak sopan, meneriaki seseorang yang lebih dewasa dari kita, apalagi dia adalah seorang Gus," tegur ku.

"Maaf Bu," ucap Brian.

"Tidak apa-apa mbak Maryam," ucap Gus Hamzah, dengan menundukkan pandangannya.

"Eh." Sejak kapan Gus Hamzah sudah ada di dekat kami.

"Assalamu'alaikum Gus," ucapku, seraya menundukkan pandangan ku.

"Wa'alaikumusalam," jawabnya.

"Brian cepat minta maaf," ujarku pada Brian.

Brian pun langsung minta maaf, sekaligus menyalami punggung tangan Gus Hamzah.

"Gus Hamzah maafkan Brian ya, dan assalamu'alaikum," ucap anakku, ia pun menyalami punggung tangan Gus Hamzah.

"Wa'alaikumusalam, dan tidak pa-pa," ujarnya seraya tersenyum dan mengelus rambut putraku.

Ya Allah melihat itu, membuatku meringis, sungguh perlakuan Gus Hamzah pada Brian berbanding terbalik dengan perlakuan suamiku pada Brian.

Padahal Brian adalah putra kandung dari mas Leo, tapi mas Leo tidak pernah memperdulikannya sama sekali.

Beda dengan Gus Hamzah yang memperlakukan Brian seperti anaknya sendiri.

Oh ya, sebelum itu aku ingin memperkenalkan Gus Hamzah. Gus Hamzah adalah putra dari pemilik pondok pesantren tempat Brian menimba ilmu, Gus Hamzah sendiri adalah seorang duda tanpa anak yang ditinggal oleh istrinya meninggal, lantaran kecelakaan yang dialami oleh mendiang istri Gus Hamzah.

Usia Gus Hamzah mungkin seusia dengan mas Leo, dan Gus hamzah sendiri sampai sekarang belum menikah.

Sungguh beruntung sekali mendiang istrinya, memiliki seorang suami yang begitu menyukainya, sehingga sampai sekarang belum ada yang menggantikan mendiang istrinya itu di hati Gus Hamzah, terbukti sampai saat ini Gus Hamzah masih seorang diri.

"Oh ya Brian, apa dia ayahmu?" tanya Gus Hamzah, seraya melihat ke arah mas Leo yang hanya diam saja.

"Iya Gus, perkenalkan ayahnya Brian, namanya ayah Leo, ganteng kan," jawab Brian dengan bangga memperkenalkan mas Leo pada Gus Hamzah.

"Iya ganteng, assalamu'alaikum, perkenalkan saya Hamzah, guru yang mengajari Brian," ucap Gus Hamzah sekaligus memperkenalkan diri hingga mengulurkan tangannya pada mas Leo.

"Leo," jawab mas Leo singkat, dengan membalas uluran tangan dari Gus Hamzah.

"Wah pantas Brian juga ganteng dan tampan, menurun dari ayahnya ya."

"Iya dong," ucap Brian seraya memegang lengan ayahnya, tanpa sadar.

Mas Leo pun hanya bisa tersenyum canggung, dan melihat ke arah Brian yang sedang memegang lengannya.

Brian yang pun langsung melepaskan genggaman nya.

Tak lama suara adzan pun berkumandang.

"Sebaiknya jangan pulang dulu, mari kita sholat Dzuhur terlebih dahulu," ajak Gus Hamzah.

Aku pun melihat mas Leo, dan mas Leo pun seperti menghala napasnya.

"Baiklah," ujar mas Leo.

Aku pun sangat senang mendengar hal itu.

Aku pun melihat Gus Hamzah tengah memanggil salah satu pengurus putri yang kebetulan lewat.

"Iya Gus ada apa?" tanya pengurus itu dengan menundukkan pandangannya.

"Tolong antarkan mbak Maryam ke asrama putri, dia ingin menumpang sholat," jawab Gus Hamzah dengan menundukkan pandangannya pula, sama seperti saat berbicara denganku.

"Baik Gus, mari mbak," ucap pengurus tadi padaku.

"Mas aku sholat dulu ya, kamu sholatnya sama Brian dan juga Gus Hamzah," ucapku pada suamiku.

Dan seperti biasa suamiku itu hanya menjawab ucapan ku dengan "hm."

"Mari," ajak Gus Hamzah pada mas Leo.

Mas Leo pun mengikuti Gus Hamzah dan juga Brian.

"Mari mbak," ucap pengurus wanita tadi.

"Eh iya."

Aku pun mengikuti salah satu pengurus wanita itu ke asrama putri untuk menumpang sholat.

Aku pun mulai melaksanakan sholat Dzuhur terlebih dahulu, setelah itu aku pun melakukan qadha sholat subuh.

Niat qadha sholat subuh:

أصلي فرض الصبح ركعتين مستقبل القبلة قضاء لله تعالى

Arab-latin: Usholli fardhos subhi rok'ataini mustaqbilal qiblati qodho'an lillahi ta'ala

Artinya: "Saya (berniat) mengerjakan sholat fardhu Subuh sebanyak dua raka'at dengan menghadap kiblat serta qodho karena Allah Ta'ala."

(Sumber : google).

...°°°...

Author POV.

Setelah mereka selesai melaksanakan kewajiban mereka sebagai seorang hamba Allah, Maryam, Leo, serta Brian pun mulai kembali ke rumah mereka.

"Gus, Brian pamit pulang dulu ya," ucap Brian pada Gus Hamzah, yang kebetulan mengantar mereka sampai tempat parkir.

"Iya, hati-hati. Dan jangan lupa untuk selalu menghapal dan belajar, jangan mentang-mentang libur, maka hapalan kamu juga diliburkan, tidak boleh itu," ujar Gus Hamzah.

"In syaa Allah, Brian gak akan melupakan hapalan Brian."

"Anak pintar," puji Gus Hamzah, seraya mengelus rambut hitam Brian.

"Yaudah Brian pamit, assalamu'alaikum," ucapnya seraya menyalami punggung tangan Gus Hamzah.

"Wa'alaikumusalam," jawab Gus Hamzah.

"Kalau begitu, saya dan suami saya pamit, assalamu'alaikum," ucap Maryam.

"Wa'alaikumusalam."

Maryam dan Brian pun masuk kedalam mobil, yang dimana Leo sudah lebih dulu berada di dalam.

"Ngobrolin apa sih? Lama banget," gerutu Leo, seraya memasang salt belt.

"Gak ngobrolin apa-apa, cuman berpamitan sama gurunya Brian aja," jawab Maryam dengan santai.

"Ck." Leo pun mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area pesantren itu.

"Dadah Gus," ucap Brian yang kebetulan kaca jendelanya sengaja ia buka.

Gus Hamzah pun membalas lambaian tangan dari Brian, bukan hanya itu saja, Gus Hamzah pun tersenyum manis ke arah Brian.

Leo pun melihat itu, ia pun melihat anak dan istrinya terlihat bahagia, terbukti dari raut wajah keduanya yang sama-sama menampilkan senyum manis di bibir keduanya.

Entah kenapa hal itu berhasil membuat seorang Leonard Baskoro menjadi geram, bisanya ia tidak perduli dengan istri maupun anaknya.

Didalam mobil pun hanya terdengar suara mesin mobil dan suara dari kendaraan lain, lantaran ketiga manusia itu sama-sama saling diam.

"Sayang, jika kamu mengantuk, tidurlah," ucap Maryam setelah lama mereka saling diam, pada putranya itu.

"Iya Bu." Brian pun mulai memejamkan matanya, lantaran memang ini waktunya tidur.

Sementara Leo, ia fokus dalam mengemudikan mobilnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!