-10- Decided

-Gabe-

Aku tidak tahu. Segalanya jadi rumit karena gadis itu. Bagaimana mungkin ia bisa melihatku saat dalam wujud asliku?

Oke, kuakui banyak manusia lain yang pernah melihatku dalam keadaanku yang sebenarnya. Tapi, aku dengan mudah bisa membuat mereka melupakannya dan masalah selesai!

Namun, tidak dengan gadis itu. Ia tetap mengingatku walau sudah dua kali aku berusaha menghilangkan ingatannya. Ini benar-benar merepotkan.

Aku bisa saja tidak peduli---seperti yang disarankan Azrael untuk menghapus ingatannya ketiga kali---menghadapi resiko kalau aku akan membuat gadis itu menjadi gila jika tetap tidak berhasil.

Masalahnya, aku tidak tega untuk membayangkan hal itu terjadi padanya. Saat mata cokelat beningnya menatapku dengan sorot lembut, wajahnya yang lugu dan gerakannya yang selalu canggung. Oke, dia memang gadis yang kikuk. Aku masih ingat bagaimana kikuknya ia setiap kali mencuri pandang ke arahku dan akhirnya terjatuh.

Sepanjang hari itu aku tidak berhenti tertawa. Azrael dan Mikhael bahkan mengatakan bahwa aku sudah gila karena terus tertawa. Aku tidak tahu, aku selalu merasa dia sangat kikuk dan itu benar-benar lucu.

Aku seharusnya menjauhinya, seperti yang ia lakukan belakangan ini padaku dan seperti halnya selama ini yang kulakukan pada manusia-manusia lainnya. Ini bukan kali pertama aku masuk ke dunia mereka, menyamar sebagai seorang manusia. Ini hal yang mudah.

Aku sudah seringkali melakukannya sepanjang hidupku selama ribuan tahun ini. Bagaimana akhirnya, aku harus bersinggungan pada dunia mereka. Aku senang biasanya dunia kami dibatasi oleh garis tipis pembatas. Pada dasarnya, kami adalah penjaga mereka, menebar kebaikan di muka bumi, menjauhi mereka dari segala hal terburuk dan terkutuk, serta mengatur segala hal yang terjadi sebagaimana mestinya. Terdengar klise, bukan?

Ya, tapi itulah tugas kami. Manusia-manusia itu terkadang tidak percaya tentang makhluk-makhluk lain di luar dunia mereka hanya karena mereka tidak pernah melihatnya. Sebagian lain percaya, namun tidak peduli.

Selain itu, aku juga punya tugas khusus selama di dunia mereka. Aku sedang menjaga kunci yang sangat penting dan berharga. Kunci tempat terkurungnya manusia ajaib di muka bumi. Tapi, aku mengacaukannya dengan menghilangkan salah satunya secara tak sengaja, karena kunci itu ada tiga pasang. Yang lebih menyebalkan, para anak buah Azazel yang jelek dan terkutuk itu juga selalu datang mengejar dan berusaha merebut kunci yang lain. Sungguh sangat merepotkan!

Bagaimana tidak? Mereka tiap kali datang bergerombol dan menyerangku dengan kekuatan yang tidak main-main.

Lucifer—oh, aku benci untuk menceritakan bagian ini. Aku dan teman-temanku tidak akur dengannya. He is sucks, jerk and worst thing!Pokoknya, ia adalah sesuatu yang benar-benar buruk. Tapi, banyak manusia yang menyukainya, memujanya bahkan rela menjual jiwanya hanya untuk ******** tengik itu.

Lucifer dulunya pemimpin kami. Ia sangat kuat dan tak terkalahkan—sampai sekarang pun masih dan aku juga benci untuk menceritakan bagian ini—tapi, ia memilih memberontak pada sang Pencipta hanya karena ia tidak setuju para manusia diciptakan. Ia tidak menyukai manusia yang weak alias terkesan lemah tak berdaya. Well, aku sekali ini setuju padanya dengan bagian itu. Namun, tidak membenarkan perilaku membangkangnya hingga akhirnya ia membelot dan menjadi musuh kami sampai detik ini, serta berniat membuat kerusakan atau kiamat di muka bumi.

Tentu saja, hal itu tidak akan kami biarkan. Kami terus berperang—perang itu melelahkan dan menyebalkan—menjaga para manusia dan bumi ini dari serangan Lucifer beserta anak buahnya agar tidak terjadi kerusakan dan kiamat besar.

Hal yang semakin menjengkelkan adalah ketika Messias muncul dan berita tentang kehebatannya mengemuka sampai ke penjuru bumi. Kami berperang lagi dan kali ini kami memenangkan peperangan panjang itu, hingga berhasil menyembunyikan Messias sampai sekarang agar makhluk brengsek itu tidak bisa melakukan keburukan dan bersekutu dengan Lucifer.

Jadi, di sinilah aku terjebak menjadi remaja high school tampan nan menggemaskan untuk mencari satu kunci yang kuhilangkan. Pada awalnya, ini menyenangkan. Menjadi pusat perhatian semua manusia di sini, terutama gadis-gadis yang selalu terpana melihatku ketika aku melewati mereka.

Azrael selalu mengingatkanku untuk berhati-hati agar tidak membuat masalah. Ya, aku memang hanya berencana sementara di sini karena aku tahu beberapa dari remaja-remaja di sini diam-diam terlibat dalam organisasi pemuja setan. Bahasa kerennya organisasi satanist.

Aku tidak peduli dengan mereka. Aku hanya ingin mencari tahu keberadaan kunci yang kuhilangkan dan merebutnya kembali. Setelah itu, aku akan pergi dari sini.

Tapi, rasanya itu hanya tinggal rencana. Karena ada masalah lain yang kukhawatirkan. Gadis itu.

Apa yang harus kulakukan padanya?

Aku bisa saja membiarkannya karena ia mengetahui sesuatu tentangku dan aku tidak dapat menghapus ingatannya. Tapi, bahaya besar akan terjadi padanya. Aku tahu ia pasti akan terus mencari tahu kebenaran tentang diriku. Dan itu bukanlah hal yang baik untuknya.

Hari ini aku tahu gadis itu marah padaku karena aku tidak ingin mengatakan yang sejujurnya padanya. Percayalah, ini sulit. Dan ia sepertinya tidak mengerti.

"Jadi, kau berhasil mengajaknya kencan?" tanya cowok berambut merah, bertubuh cukup kekar dengan tato pentagram di balik bahunya yang tertutup kaus hitam bergambar band metal yang cukup terkenal.

Salah satu remaja yang tergabung dalam organisasi satanist. Tato itu adalah petunjuk dan identitas mereka. Aku tahu sebagian dari remaja-remaja di sekolah ini sudah menjadi bagian mereka. Beberapa bahkan merangkap sebagai perekrut anggota dengan cara yang sangat halus dan terselubung. Mereka benar-benar tersesat. Sangat tersesat dan aku tidak mau repot-repot mencerahkan mereka agar kembali ke jalan yang benar. Itu bukan tugasku dan bukan urusanku, serta aku tidak mau peduli.

"Yeah, tentu saja. Aku akan terus mengajaknya jika ia menolakku." Temannya menjawab sambil mengeluarkan seringai jail. Cowok berambut cokelat gelap dengan mata berwarna topaz. Namanya Calvin Morris seingatku. Salah satu jenis playboy kacangan dan ia sedang mengincar gadis itu untuk jadi pacarnya.

Aku terus menatap kedua cowok itu, sebenarnya menguping pembicaraan mereka. Aku belum melihat hal mencurigakan dari Calvin apakah ia termasuk organisasi satanist atau tidak. Dan kurasa itu bukan urusanku.

Kami sedang menyusuri koridor menuju lapangan parkir karena jam sekolah sudah berakhir. Calvin dan temannya yang entah siapa namanya, masih mengobrol. Sesekali mereka menggoda gadis-gadis yang lewat di sisi mereka dengan kedipan mata atau bualan yang menggelikan seperti; "Hai, cantik!" atau "Hai, seksi!"

Gadis-gadis itu hanya tersenyum kecil, lalu melirikku yang berjalan di belakang mereka dan menggerling menggoda ke arahku. Hal yang sudah sangat biasa bagiku selama di sini.

"Hei, Nick!" panggil Calvin pada cowok kurus jangkung yang satu kelas denganku di kelas olahraga. Cowok itu baru keluar dari ruang kelasnya sambil menyandang tas.

Nick tak sengaja melihatku dari balik bahu Calvin. Lalu, ia mengendikkan dagunya, memberi kode pada kedua temannya ada aku di belakang mereka.

Aku memutar bola mata waktu ketiga cowok itu berbalik ke arahku, menatapku sedikit kaget. Mereka saling melempar seringai jail. Aku tahu mereka masih penasaran ingin menggangguku.

"Wah, si pendatang baru!" Calvin menyapa, tersenyum miring. "Mau ikut bersama kami?"

"Jangan buang-buang waktu kalian, oke? Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Kalian bukan tandinganku," dengusku.

Bolehkah kusombongkan sedikit kemampuanku pada mereka yang lemah lunglai tak berdaya ini? Cukup dengan mengibaskan tangan, aku bisa langsung mematahkan tenggorokan mereka atau membuat kepala mereka hancur berantakan. Mereka ini sangat rapuh. Tapi, aku tidak mungkin melakukan hal itu karena itu bukan sifatku.

"Wow! Kau membuatku gemetaran, Gabriel," ejek Calvin menyebalkan. Kedua temannya terkekeh. "Kami hanya ingin mengajakmu berteman karena kuperhatikan kau sama sekali belum punya teman di sini."

"Terima kasih. Aku tidak menyangka kau sangat perhatian padaku," sahutku sarkastik. "Tapi, aku tidak ingin berteman denganmu."

"Uuu... kau kasar sekali." Si rambut merah berdecak. Tangan kanannya terkepal dan ia meninju-ninju sebelah tangannya yang lain, memasang raut garang.

Aku mengangkat bahu. "Hanya berkata jujur. Jadi, sebaiknya kalian menyingkir karena aku harus pergi."

Nick dan si rambut merah bersiul-siul mengejek sambil menegakkan tubuh. Mereka memasang gestur untuk menghadangku lewat.

Aku tersenyum geli. Mereka benar-benar cari mati rupanya.

Tapi kemudian, Calvin menepuk bahu kedua temannya tanpa mengalihkan pandangannya dariku. "Jangan sekarang, Sobat. Lihat Mr. Bekker di sana! Aku tidak ingin terlibat masalah hari ini," katanya.

Kupalingkan kepalaku ke arah yang dilihat Calvin di belakang tubuhku. Kedua temannya ikut mengalihkan pandangan mereka. Mr. Bekker sedang berjalan menyusuri koridor di belakang kami, tapi kemudian guru olahraga itu berbelok ke lorong yang lain di sisi kanan dan menghilang.

Sudut mataku menangkap siluet Keana yang sedang berjalan terburu-buru di ujung koridor. Rambut cokelatnya berkibar-kibar lembut di belakang tubuhnya waktu ia berjalan. Ia sepertinya tidak melihat kami, bahkan tidak mendengar suara teriakan Calvin yang memanggilnya. Cowok itu ternyata juga melihat gadis itu.

Aku merasa harus menghampirinya. Wajahnya kelihatan cemberut. Sepertinya ia benar-benar tidak dalam suasana hati yang baik. Kurasa aku tahu penyebabnya.

Calvin rupanya memperhatikanku yang masih mengamati gadis itu. Sekarang ia menghilang di tikungan lorong yang dilalui Mr. Bekker tadi.

"Kuperingatkan kau menjauh dari Keana, Gabriel! Aku tahu kau sedang berusaha mendekatinya. Sebaiknya, kau lupakan saja niatmu!" Ia menatapku tajam. Suaranya terdengar mengancam.

Aku mengangkat kedua alisku padanya. "Aku tidak mengerti maksudmu."

"Jangan berlagak bodoh!" serunya. "Aku dengar kau mengantarnya pulang kemarin saat ia pingsan. Itu bukan kebetulan kau bersikap baik, kan?"

Aku tertawa. "Terserah apa yang kau pikirkan. Kau berlagak seperti pacarnya," ejekku.

"Aku akan menjadi pacarnya." Ia tersenyum angkuh seraya mengangkat wajahnya. Sorot matanya penuh keyakinan.

Aku menghela napas dan berjalan meninggalkan ketiga cowok menyebalkan itu sambil berkata, "Ya. Semoga berhasil!"

Rasanya waktuku kembali terbuang sia-sia. Aku berjalan cepat menuju pelataran parkir tempatku memarkir kendaraanku di sini. Lalu, segera masuk ke dalam. Kuputar musik metal keras-keras sambil menyandar pada jok mobil dan menutup pintunya rapat-rapat agar tidak mengganggu yang lain.

Kutatap langit yang mendung dan berawan hitam. Gerimis kecil mulai turun. Pelataran parkir masih ramai kendaraan anak-anak lain. Kulirik jam digital pada dasbor. Pukul setengah empat sore. Kuputuskan untuk menunggu gadis itu pulang. Mungkin, aku harus jujur padanya tentang siapa aku sebenarnya dan ia mungkin akan menjauhiku.

Tapi, apakah itu tidak akan menjadi masalah untuknya dan juga untukku?

Aku menghela napas. Awan semakin menggantung rendah. Kulihat bayangan merah di ujung cakrawala. Jantungku mencelos menatap bayangan itu.

Itu adalah anak buah Lucifer. Makhluk sialan itu benar-benar sangat gigih.

Kuambil busur panah yang kusimpan di laci dasbor. Benda yang kubuat sendiri. Senjata andalanku saat melawan mereka. Aku sangat mencintai memanah, walau aku juga mahir menggunakan pedang. Tapi, memanah adalah cara efektif menyerang mereka dari jarak jauh.

Semua benda-benda itu terbuat dari api neraka lapis ketujuh. Mereka akan terbakar dan lenyap menjadi abu jika terkena senjata kami. Aku suka sensasi melenyapkan mereka. Rasanya seperti telah berbuat kebajikan selama seribu tahun. Dan sekarang kubidikkan satu panahku pada makhluk merah jelek yang masih terbang di langit. Tidak ada yang memperhatikan saat anak panahku melesat menembus tenggorokan makhluk itu dengan kecepatan yang sangat luar biasa.

Percikan bunga api menyebar ketika makhluk itu terbakar dan meledak menjadi abu di udara. Beberapa orang menoleh, namun tidak ada yang curiga.

Aku meletakkan kembali busurku dan bersandar pada jok sementara seluruh inderaku bersikap waspada kalau-kalau makhluk jelek sialan lain akan muncul tiba-tiba dan menyerangku. Mereka seringkali begitu dan berhasil membuatku terkejut setengah mati. Rupa mereka yang mengerikan---walau aku sudah terlalu sering melihatnya---tetap saja menakutkan.

Pukul lima kulihat gadis itu berjalan keluar dari gedung sekolah menyusuri pelataran parkir menuju gerbang. Wajahnya berseri-seri. Mata cokelat beningnya terlihat bersinar dan senyumnya terus mengembang. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan suasana hatinya menjadi begitu gembira. Ia tidak lagi merengut seperti yang kulihat sepanjang hari ini.

Selama beberapa saat aku hanya memperhatikannya berjalan keluar dari gerbang sekolah, lalu menghilang. Aku masih ragu-ragu untuk menjelaskan semuanya padanya. Tapi, rasanya menyebalkan melihat ia marah padaku, walau kuakui ia nampak lucu saat cemberut. Pipinya yang pucat akan merona waktu ia kesal, malu atau marah. Ia tampak lebih manis ketika seperti itu.

Kunyalakan mesin mobil dan menjalankannya pelan-pelan keluar gedung sekolah. Gadis itu berjalan di bawah gerimis hujan dengan langkah riang di depan sana. Ia nampak benar-benar sedang dalam suasana hati yang bagus. Kupercepat laju mobilku untuk melintas di dekatnya, sedikit bersyukur Calvin tengik itu tidak mengantarnya pulang hari ini.

Gadis itu menoleh waktu tersadar ada yang mengikutinya. Ia sedikit tercekat melihatku. Ekspresinya seketika berubah cemberut dan dingin.

"Masuklah!" kataku padanya.

"Kukira kita sudah tidak ada urusan, Mr. Axton White!"

Nada suaranya terdengar ketus sekali. Aku menarik napas dalam-dalam dan segera turun dari dalam.

Kurasa aku harus meyakinkannya agar ia tidak marah lagi padaku. Setelah mengobrol beberapa saat, akhirnya ia menyetujui untuk kuantar pulang. Ia masih saja kikuk berada di dekatku dan aku tidak bisa menyembunyikan senyumku.

"Jadi, kau tidak mau bertanya apa-apa padaku?" tanyaku padanya saat ia masih membisu selama perjalanan kami.

Ia menoleh, tatapannya masih dingin dan terus menjawab dengan nada ketus segala ucapanku. Ia benar-benar mudah sekali marah. Jadi, kurasa mungkin tidak apa-apa jika aku mengaku padanya sekarang. Kutarik napas dalam-dalam. Sedikit gugup juga karena ini kali pertama aku harus mengatakannya pada seseorang.

"Aku bukan manusia ..." bisikku lirih dengan jantung berdegup keras.

Ekspresinya langsung menegang dan sedikit memucat. "Ja ... jadi, kau siapa?" Suaranya terdengar gemetar.

Sangat wajar jika ia merasa takut padaku. Kenyataan bahwa aku bukan manusia pasti membuatnya ngeri. Aku tahu sepertinya aku sudah terlalu jauh untuk menyeretnya masuk ke dalam rahasiaku.

Kulihat dari kaca spion, ada tiga makhluk jelek yang terbang di belakang kami. Mengejar dengan kecepatan terbang luar biasa. Sudah kubilang mereka sangat gigih. Mereka benar-benar tidak membiarkanku untuk menarik napas lega. Kulirik gadis itu sejenak, lalu memutuskan berbelok dan menambah kecepatan untuk menghindari mereka.

"Hei, ini bukan jalan ke rumahku. Kau mau membawaku kemana?" teriak gadis itu panik. Tangannya mencengkram jok kuat-kuat.

"Maaf, mungkin aku harus menyita waktumu sebentar, Keana." Aku menatapnya tajam.

Aku benar-benar menyeretnya terlalu jauh ke dalam. Apakah itu tidak apa-apa? Kuharap aku telah mengambil keputusan yang benar.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

ulia cyg Yunus😘

ulia cyg Yunus😘

oh jadi Gabriel itu maksudnya Jibril ya Thor?

2022-03-13

0

purnama sari

purnama sari

Wah... Sampai keringat ngucur baco e. Mantap...

2020-06-13

1

~khal Namakaeha~

~khal Namakaeha~

lucifer pemegang pintu neraka yach thor

2020-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 -1- New Student
3 -2- Supermarket
4 -3- Dress Code
5 -4- Halloween Party
6 -5- Something About Gabe
7 -6- Who is he?
8 -7- Collapse
9 -8- Still Remember
10 -9- Confession
11 -10- Decided
12 -11- The Secret
13 -12- Two Strangers
14 -13- Lycabettus Hill
15 -14- Athena
16 -15- The Demon Soldiers
17 -16- First Date
18 -17- Losing Key
19 -18- Misserable Longing
20 -19- Angelus Vallis
21 -20- The Watcher
22 -21- My Feeling
23 -22- Eagle Mountain
24 -23- Azazel
25 -24- Where Are You?
26 -25- The Key
27 -26- Accident
28 -27- Hospital
29 -28- Bad Destiny
30 -29- Runaway
31 -30- The Angel Comes
32 -31- Reason
33 -32- At School
34 -33- Jealousy
35 -34- The Henox Book
36 -35- Suffered
37 -36- Sadness
38 -37- A Promises
39 -38- a Time Goes By
40 -39- Sweet Kiss
41 -40- a Moment Like This
42 -41- Showtime
43 -42- a Planning
44 -43- The Truth
45 -44- Dissapoinment
46 -45- a Place to Hide
47 -46- The F*cking Explanation
48 -47- It's a Trap
49 -48- No Way Out
50 -49- Shit of Betrayal
51 -50- Second Life (FIN)
52 -Epilogue-
53 MENGENAI SEQUEL!!!
54 Plagiat Cerita The Fallen Angel
55 Kapan Sequel dipublish?
56 Pengumuman Terbit
57 Open PO Dibuka
58 Cek Ombak Sebelum Season 2
59 Bab 1 New Life (Season 2)
60 Bab 2 Gossip Girls (season 2)
61 Bab 3 Summer Class (Season 2)
62 Bab 4 - Bad Worries
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
-1- New Student
3
-2- Supermarket
4
-3- Dress Code
5
-4- Halloween Party
6
-5- Something About Gabe
7
-6- Who is he?
8
-7- Collapse
9
-8- Still Remember
10
-9- Confession
11
-10- Decided
12
-11- The Secret
13
-12- Two Strangers
14
-13- Lycabettus Hill
15
-14- Athena
16
-15- The Demon Soldiers
17
-16- First Date
18
-17- Losing Key
19
-18- Misserable Longing
20
-19- Angelus Vallis
21
-20- The Watcher
22
-21- My Feeling
23
-22- Eagle Mountain
24
-23- Azazel
25
-24- Where Are You?
26
-25- The Key
27
-26- Accident
28
-27- Hospital
29
-28- Bad Destiny
30
-29- Runaway
31
-30- The Angel Comes
32
-31- Reason
33
-32- At School
34
-33- Jealousy
35
-34- The Henox Book
36
-35- Suffered
37
-36- Sadness
38
-37- A Promises
39
-38- a Time Goes By
40
-39- Sweet Kiss
41
-40- a Moment Like This
42
-41- Showtime
43
-42- a Planning
44
-43- The Truth
45
-44- Dissapoinment
46
-45- a Place to Hide
47
-46- The F*cking Explanation
48
-47- It's a Trap
49
-48- No Way Out
50
-49- Shit of Betrayal
51
-50- Second Life (FIN)
52
-Epilogue-
53
MENGENAI SEQUEL!!!
54
Plagiat Cerita The Fallen Angel
55
Kapan Sequel dipublish?
56
Pengumuman Terbit
57
Open PO Dibuka
58
Cek Ombak Sebelum Season 2
59
Bab 1 New Life (Season 2)
60
Bab 2 Gossip Girls (season 2)
61
Bab 3 Summer Class (Season 2)
62
Bab 4 - Bad Worries

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!