-1- New Student

Langit tampak cerah pagi ini dalam minggu ketiga musim gugur yang menjelang. Tetap saja angin dingin berhembus menusuk sampai ke dalam tulang. Daun-daun pohon Maple depan rumah pun sudah berguguran dengan warna kuning keemasan yang menyebar ke penjuru jalan aspal depan rumah karena terbawa angin.

Aku mengenakan sweater ungu mudaku yang dibeli musim panas kemarin. Hadiah dari Dad karena ia mendadak dapat bonus gaji dari atasannya di kantor.

Mom datang mengoleskan selai ke beberapa roti lalu menyerahkannya pada piring depan Dad yang sedang membaca koran. Aku melirik jam dinding, kemudian mempercepat menghabiskan serealku yang masih tersisa di mangkuk. Bus sekolah sebentar lagi akan datang menjemput.

Aku terlalu malas untuk berjalan kaki ke sekolahku karena cukup menguras tenaga dan sebenarnya mulai bosan naik bus sekolah.

Malas karena terkadang ada siswa resek yang senang menggodamu atau menjahilimu. Sering terjadi begitu pada siswa atau siswi yang bisa dibilang nerd, freak, weak atau jelek. Walau aku belum pernah diganggu oleh siswa resek dalam bus---tapi jika kuingat lagi---aku dulu sempat dijahili mereka sekali. Kakiku tersandung oleh kaki panjang Nick yang memang sudah panjang seperti tongkat, badannya kurus jangkung.

Entahlah, kupikir dia gemar makan galah hingga punya badan seperti itu. Cowok itu sengaja, aku tahu dia memang ingin membuatku terjatuh dan ditertawakan. Aku kesal sekali. Untungnya, ia tidak pernah lagi naik bus sekolah karena ayahnya sudah membelikan ia mobil bekas. Itu terjadi di tahun pertamaku di high school. Sekarang aku sudah memasuki tahun ketiga.

"Makan perlahan, Sweety. Kau bisa tersedak," kata Mom pada Keandra, adik perempuanku yang berumur 7 tahun. Baru masuk SD musim panas lalu.

Keandra tersenyum manis. Disekitar mangkuknya sudah berceceran tumpahan sereal di meja. Gadis kecil itu memang masih belum pandai menyuapi dirinya sendiri saat makan.

"Aku berangkat," kataku seraya bangkit. Suara klakson bus sekolah terdengar memanggil dua kali di depan.

Aku menyampir tas ranselku. Keandra menatapku dengan tatapan berbinar. Rambut merah kecoklatannya kubelai dengan lembut dan dia tersenyum kecil. Aku melambai pada Mom dan Dad, setengah berlari berjalan ke halaman depan.

Bus melaju perlahan menuju sekolah Rowenna High School sekitar 15 menit perjalanan dari kompleks perumahanku. Aku duduk di salah satu kursi kosong, sebelah cewek berkaca mata yang sedang fokus membaca sebuah novel.

Bus tampak sepi penumpang hari ini. Tidak ada adik-adik kelas yang ikut naik, juga komplotan anak resek yang senang rusuh di belakang sambil menjaili siswa lain.

Aku segera melompat turun begitu bus berhenti di halaman parkir sekolah. Dua buah mobil Porsche melintas ketika aku baru saja menjejakan kaki ke aspal. Sharon, Demi, Ashley dan Karen turun dari dalam dengan gaya anggun dan berkelas. Aku memandangi mereka bersamaan dengan semua orang yang berada di sini. Keempat gadis cantik itu berjalan sambil mengibas-ngibas rambut panjang mereka yang di cat warna-warni.

Aku menghela napas. Mereka adalah cewek-cewek paling populer di sekolah ini. Sulit rasanya mengalihkan pandangan ketika mereka lewat. Sharon merupakan ketua tim chearleaders dan ketiga temannya adalah anggotanya.

Keempat gadis itu kompak mengenakan kaos ketat warna pink bertuliskan nama mereka masing-masing, serta rok pendek warna putih yang berkibar-kibar saat mereka berjalan. Cowok-cowok menatap mereka seakan melihat daging panggang dalam keadaan perut lapar.

Aku menggelengkan kepala, lalu berjalan menuju kelas biologi di gedung empat. Semenjak sekolah disini, aku hanyalah seorang gadis biasa. Tidak mungkin bagiku untuk menjadi cewek populer di sekolah apalagi masuk dalam geng mereka. Aku tidak secantik Sharon yang wajahnya membuat cowok-cowok terpana. Juga tidak seseksi Karen yang lekuk tubuhnya bagai gitar spanyol, tidak semodis Ashley yang selalu tampil keren dengan busana apapun, juga tidak setajir Demi yang punya banyak uang untuk bisa nyalon, shopping dan liburan kemana saja.

Aku hanyalah Keana Larson, gadis biasa saja dengan rambut sedikit ikal sepunggung berwarna cokelat kemerahan yang kuwarisi dari mom, kulit putih pucat, tubuhku tidak terlalu tinggi hanya 162 cm juga tidak terlalu kurus namun tidak berbentuk seperti model-model seksi. Prestasiku lumayan walau tidak pintar-pintar amat. Mungkin jika aku tiba-tiba menghilang ke planet lain atau diculik makhluk astral, pasti tidak akan ada yang merasa kehilanganku disini, tidak--kecuali keluargaku atau Liz dan Becca--dua sahabat karibku sejak middle school.

Dan mereka berdua kini sedang berlari kecil menghampiriku menyusuri koridor untuk menuju kelas Biologi. Kami memang sama-sama mengambil pelajaran kelas Biologi tahun ini. Pelajaran berikutnya kami tidak sekelas. Aku hanya sekelas dengan Liz di pelajaran olahraga sebagai pelajaran jam ketiga kami nanti.

"Apa kalian sudah menyelesaikan tugas dari Mr. Thompson?" tanya Liz dengan napas terengah-engah sehabis berlari tadi.

"Yeah, aku sudah. Kau tahu betapa mengerikannya ia jika kita lupa menyelesaikan tugas yang diberikannya," sahutku.

Kami menyusuri koridor dengan langkah cepat karena lima menit lagi kelas dimulai.

Ketika itulah waktu serasa berhenti berjalan. Angin kencang berembus membuat rambutku yang bebas menutupi separuh wajahku--dan dengan cepat aku menyibaknya, lalu terpana selama beberapa saat--memandang seorang cowok dihadapan kami yang berjalan tegak mengenakan jaket kulit hitam yang tak diresleting dengan T-shirt putih sebagai dalamannya. Sebelah tangannya ia masukan ke dalam saku celana jins warna biru dongker sobek-sobek di bagian lutut. Sementara tangan satunya memegangi tali tas di bahunya. Entah mengapa ia tampak sangat keren.

Bukan hanya aku yang terpana, tapi juga semua orang di sekitarnya ikut terkesima. Siapakah gerangan cowok asing berwajah super duper tampan itu? Auranya sungguh memikat bahkan aku sampai menelan ludah ketika ia lewat di sebelah bahuku dengan gaya cool-nya.

"Wow! Apakah dia murid baru?" seru Liz tak kuasa menahan kekagumannya.

Si cowok tampan tadi sudah berbelok menyusuri gedung menuju selatan. Orang-orang masih saja memandangnya dengan takjub dan mulut ternganga.

"Ganteng banget! Sumpah. Dia cowok tertampan yang pernah kulihat!" Becca ikut terkagum-kagum. Bola matanya nampak nyaris lompat dari rongganya.

Aku pun merasakan hal yang sama. Di sekolah ini lumayan banyak cowok-cowok bertampang keren. Tapi rata-rata mereka playboy, badboy, sombong dan troublemaker. Seperti Dalton Crawford; tampan, berprestasi dan bintang olahraga football yang jadi incaran cewek-cewek di sekolah. Sebulan lalu, ia dan Sharon resmi berpacaran. Dalton termasuk cowok angkuh karena ia lebih senang bergaul dengan siswa populer saja.

Atau Calvin Morris si troublemaker yang berwajah tampan. Banyak cewek yang suka padanya, tapi dia adalah jenis cowok yang sebaiknya dihindari karena cowok jenis ini bisanya hanya membawa polusi negatif untuk cewek baik-baik--sepertiku misalnya, maksudku cewek yang tidak terlalu banyak tingkah. Dan aku sebisa mungkin harus menghindari Calvin yang badboy itu.

"Berani taruhan, pasti Sharon and the gank bakalan pingsan liat cowok itu," ujar Liz, nyengir lebar.

Aku dan Becca tertawa. Bel masuk berbunyi. Kami bertiga tersentak dan langsung menghambur menuju ruang kelas biologi di gedung empat sebelum terlambat.

o0o

Ruang kafetaria penuh sesak oleh murid-murid yang kelaparan, termasuk Liz, Becca dan aku. Kami duduk di salah satu meja kosong di gang tengah. Menu hari ini sosis, sup krim, apel dan roti gandum.

Setelah ini, aku dan Liz akan ke gedung gymnasium karena pelajaran olahraga. Liz sangat menyukai olahraga sementara aku tidak. Aku hanya menyukai renang sebagai olahraga favoritku. Liz cukup ahli bermain voli dan bidang atletik. Sedangkan, Becca lebih menyukai bidang musik. Dia pandai bermain biola. Sementara aku? Entahlah, tak ada yang benar-benar kukuasai, kecuali bidang teater atau drama dan sialnya setiap kali tampil dalam acara tahunan sekolah aku hanya kebagian peran kecil saja. Seperti jadi pohon atau penggerek layar. Sungguh, rasanya sulit sekali untuk bisa jadi pemeran utama.

"Kalian tahu, cowok tampan tadi pagi ternyata satu kelas denganku di kelas sejarah. Namanya Gabriel, Gabe panggilannya." Becca memberitahu dengan semangat.

"Benarkah? Terus gimana tanggapan Sharon dan Ashley? Mereka kan sekelas denganmu di sana," tanya Liz sambil menyendok sup krimnya. "Wueekk... asin banget. Harusnya mereka ganti koki sekolah ini. Kenapa sih makanan kantin kita nggak ada yang benar?"

"Sharon dan Ashley benar-benar tidak berkedip melihat Gabe. Semua dalam kelas bahkan Mrs. Madison kelihatan terpesona." Becca memilih mengabaikan keluhan Liz.

Ya, harus kuakui cowok bernama Gabe itu sangat tampan. Aku bisa merasakan auranya begitu kuat.

"Lalu, apa dia duduk di sebelahmu?" tanyaku sembari mencocol potongan roti gandumku ke dalam sup krim dan Liz benar rasanya keasinan.

"Well, kuharap begitu, tapi tidak. Dia duduk di belakang Ashley--sebelah Mary, cewek yang satu kelas denganmu di kelas trigonometri," jawab Becca. Sorot matanya memancarkan kekecewaan. "Dia pindahan dari California."

Dan tiba-tiba seperti tersihir, semua orang memusatkan perhatiannya ke pintu kafeteria dimana sosok Gabe yang baru datang sedang berdiri memegang nampan berisi makan siangnya. Aku ikut memandang ke arah cowok itu. Gabe tampak tenang sekali berjalan diantara ratusan pasang mata yang menatapnya, menuju kursi kosong di sudut dekat jendela. Dihadapannya ada dua gadis adik kelas yang saling melongo karena tak menyangka cowok tampan pusat perhatian itu kini duduk di depan mereka.

Kuperhatikan arah tempat geng anak-anak populer yang juga tengah memperhatikan Gabe sambil berbisik-bisik. Sharon dan ketiga sahabat ceweknya melototi Gabe dengan tatapan lapar. Aku berani taruhan, pasti Sharon menyesal karena sudah jadian dengan Dalton. Pasti ia akan menjadikan Gabe sebagai incaran selanjutnya. Setidaknya begitulah sepak terjang Sharon sebagai cewek paling cantik di sekolah. Bergonta-ganti cowok baginya semudah mengganti pakaian dalam dan Gabe adalah cowok paling seksi yang pernah kulihat di planet ini.

Setelah makan siang di kantin selesai, aku bersama Liz bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaian olahraga, sementara Becca pergi ke gedung dua, kelas bahasa Inggrisnya.

Aku berjalan menuju lokerku begitu selesai mengganti pakaianku. Liz lebih dulu ke ruang gymnasium. Ia ingin melakukan pemanasan karena hari ini ada pengambilan nilai olahraga voli yang aku tidak suka. Bisa kutebak pasti nilaiku tidak akan bagus karena untuk sekedar serve saja aku tidak bisa.

Aku menutup lokerku setelah selesai memasukan pakaianku ke dalam sana. Setelah pelajaran olahraga berakhir, aku harus berganti pakaian lagi dan memasuki kelas trigonometri, lalu kelas bahasa inggris dan kelas pemerintahan sebagai kelas terakhir.

Aku terkejut melihat Gabe sedang berdiri di dua loker sebelahku. Cowok itu memasukan pakaiannya ke dalam. Sepertinya ia satu kelas bersamaku karena mengenakan seragam olahraga juga.

Aku mendadak gugup. Entahlah. Ada aura aneh yang terpancar dari tubuh Gabe. Aura memikat dan juga misterius. Sepertinya Gabe tahu sedang kuperhatikan, cowok itu cuma melirik sekilas dari ekor matanya tanpa bicara sepatah pun.

Aku memilih untuk segera menyusul Liz ke gedung Gym, namun kakiku tersandung oleh langkahku sendiri hingga aku jatuh berlutut ke lantai. Sepatu kets-ku berdecit ketika aku berusaha bertumpu pada kedua kakiku agar tidak jatuh tertelungkup. Alhasil lututku sakit dan memerah. Suara tawa menggema dari beberapa anak yang ada di sekitarku.

Sial!

Aku bisa merasakan parasku merah padam. Jadi, aku cepat-cepat bangkit berdiri. Gabe lewat disisiku--berjalan santai tanpa melirikku sama sekali, tapi telingaku bisa mendengar gumamannya yang sangat mengejutkan.

"Jangan terlalu sering memandang wajahku atau kau akan terjatuh ..."

Hei, dia bercanda kan? Aku menatap nanar kepergiannya. Wajahku panas. Anak lain masih senyum-senyum memandangiku. Aku seperti tertangkap basah sedang mencuri--ya, mencuri pandang ke arahnya dan rasanya menyebalkan karena perkataannya benar. Hatiku tertohok. Ingin sekali aku masuk ke dalam lokerku dan bersembunyi di sana.

Dengan kikuk, aku berjalan menuju gymnasium--berharap Gabe tidak mengungkit apa yang terjadi apalagi mengolok-olokku nanti.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Muse

Muse

ceritanya keren thorrr...padahal baru di awal²...

2023-11-11

0

IG: _anipri

IG: _anipri

kenapa ya aku lihat² orang yang suka membaca buku itu identik dengan kacanata

2023-02-15

0

Vayaaa

Vayaaa

ceritanya bagus banget, semangat ya Thor

2023-01-04

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 -1- New Student
3 -2- Supermarket
4 -3- Dress Code
5 -4- Halloween Party
6 -5- Something About Gabe
7 -6- Who is he?
8 -7- Collapse
9 -8- Still Remember
10 -9- Confession
11 -10- Decided
12 -11- The Secret
13 -12- Two Strangers
14 -13- Lycabettus Hill
15 -14- Athena
16 -15- The Demon Soldiers
17 -16- First Date
18 -17- Losing Key
19 -18- Misserable Longing
20 -19- Angelus Vallis
21 -20- The Watcher
22 -21- My Feeling
23 -22- Eagle Mountain
24 -23- Azazel
25 -24- Where Are You?
26 -25- The Key
27 -26- Accident
28 -27- Hospital
29 -28- Bad Destiny
30 -29- Runaway
31 -30- The Angel Comes
32 -31- Reason
33 -32- At School
34 -33- Jealousy
35 -34- The Henox Book
36 -35- Suffered
37 -36- Sadness
38 -37- A Promises
39 -38- a Time Goes By
40 -39- Sweet Kiss
41 -40- a Moment Like This
42 -41- Showtime
43 -42- a Planning
44 -43- The Truth
45 -44- Dissapoinment
46 -45- a Place to Hide
47 -46- The F*cking Explanation
48 -47- It's a Trap
49 -48- No Way Out
50 -49- Shit of Betrayal
51 -50- Second Life (FIN)
52 -Epilogue-
53 MENGENAI SEQUEL!!!
54 Plagiat Cerita The Fallen Angel
55 Kapan Sequel dipublish?
56 Pengumuman Terbit
57 Open PO Dibuka
58 Cek Ombak Sebelum Season 2
59 Bab 1 New Life (Season 2)
60 Bab 2 Gossip Girls (season 2)
61 Bab 3 Summer Class (Season 2)
62 Bab 4 - Bad Worries
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
-1- New Student
3
-2- Supermarket
4
-3- Dress Code
5
-4- Halloween Party
6
-5- Something About Gabe
7
-6- Who is he?
8
-7- Collapse
9
-8- Still Remember
10
-9- Confession
11
-10- Decided
12
-11- The Secret
13
-12- Two Strangers
14
-13- Lycabettus Hill
15
-14- Athena
16
-15- The Demon Soldiers
17
-16- First Date
18
-17- Losing Key
19
-18- Misserable Longing
20
-19- Angelus Vallis
21
-20- The Watcher
22
-21- My Feeling
23
-22- Eagle Mountain
24
-23- Azazel
25
-24- Where Are You?
26
-25- The Key
27
-26- Accident
28
-27- Hospital
29
-28- Bad Destiny
30
-29- Runaway
31
-30- The Angel Comes
32
-31- Reason
33
-32- At School
34
-33- Jealousy
35
-34- The Henox Book
36
-35- Suffered
37
-36- Sadness
38
-37- A Promises
39
-38- a Time Goes By
40
-39- Sweet Kiss
41
-40- a Moment Like This
42
-41- Showtime
43
-42- a Planning
44
-43- The Truth
45
-44- Dissapoinment
46
-45- a Place to Hide
47
-46- The F*cking Explanation
48
-47- It's a Trap
49
-48- No Way Out
50
-49- Shit of Betrayal
51
-50- Second Life (FIN)
52
-Epilogue-
53
MENGENAI SEQUEL!!!
54
Plagiat Cerita The Fallen Angel
55
Kapan Sequel dipublish?
56
Pengumuman Terbit
57
Open PO Dibuka
58
Cek Ombak Sebelum Season 2
59
Bab 1 New Life (Season 2)
60
Bab 2 Gossip Girls (season 2)
61
Bab 3 Summer Class (Season 2)
62
Bab 4 - Bad Worries

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!