*****
"Zhass.... ~" Dengan lebat hujan deras turun dari langit, langit menjadi gelap tertutup awan, Arley termenung, memandang aliran sungai yang mengalir cukup deras.
"...."
*****
Mari kita kembali pada kejadian satu hari yang lalu...
***
"Zrap!" terbangun aku dari mimpi yang panjang, singkat cerita aku terheran-heran, apakah kejadian itu hanya mimpi atau realita
"Ibunda!!?!"
Sepi, aku terbaring tepat didepan gereja yang kuanggap rumahku sendiri. aku langsung melihat kondisi sekitar. hancur, seluruh bangunan telah hancur porak-poranda, mayat bergelimpangan di mana-mana.
Kedua otot kaki ini kugunakan dan langsung aku berlari menuju gereja, ternyata semua ini bukanlah mimpi.
"... I.. Ibunda...."
Mata ini melihat segalanya, otak ini ingat semuanya, hanya saja aku tidak punya kendali pada tubuhku kala itu.
kain yang menutupi tubuh ibunda, kubuka secara perlahan, seketika itu, berlinang air mata, tumpah ruah keluar dari kelopak mataku.
"...hiks...huu..heuu... Heuwaa...... huaaaaa.....!!!!.. Haaaaaa!!!!......"
Merembes dari kelopak mata, tersedak-sedak nafas ini. Aku menangis sejadi-jadinya, tidak dapat aku menghitung berapa lama diri ini terduduk di tempat yang sama tanpa mengerjakan hal yang lain. Terus aku menangis sampai akhirnya terlintas di benak ku bahwa tidak akan ada yang berubah jika aku terus menangis.
"... Hiks.... Hik.... "
Berusaha menghentikan cegukan selepas menangis, aku mengelap kedua mata ini, lalu pergi meninggalkan gereja untuk mencari tongkat sihir yang hilang ketika aku berlari menuju desa ini.
Sempat beberapa kali aku menangis lagi saat mencari tongkat sihir itu, tetapi pada akhirnya aku bisa memantapkan hati ini agar sesaat saja perasaan dijiwa ku saat ini untuk tidak meneteskan airmata lagi.
... Ah ... itu dia ....
Tergeletak tak tersentuh. tongkat itu berada di perbatasan masuk desa.
ku ambil tongkat hitam yang terjatuh di tanah
Beberapa kali aku mengecek kondisi dari tongkat sihir ini, dan tidak ada bekas lecet sedikit pun, syukurlah setidaknya aku masih memiliki tongkat ini.
***
"Gale Ventum.."
Saat ini, aku sedang berusaha untuk mengumpulkan mayat para warga desa.
Tujuan utamanya adalah untuk membawa mereka ke lahan kosong didepan gereja, mereka akan di kubur secara massal di sana, tetapi untuk saat ini aku harus mengumpulkan mereka di satu tempat terlebih dahulu...
Satu persatu mayat-mayat ini terkumpulkan, ada yang tersisa hanya tangannya saja, ada juga yang tinggal jarinya.
Aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku hanya bisa mengumpulkan jasad mereka.
Terkadang aku harus membongkar bangunan yang sudah rata dengan tanah untuk menemukan jasad yang telah menjadi arang, juga terkadang aku harus menahan mual karena banyak organ tubuh yang berserakan.
Sedangkan hati ini sedang tidak nyaman untuk mengurus hal-hal semacam ini, tetapi jika tidak segera di lakukan, maka jasad mereka akan menjadi wabah penyakit di kemudian hari.
Mungkin kalian lupa menyadari suatu hal.. Aku ini hanyalah anak yang baru saja memasuki umur lima tahun, jika kalian menyangka mental dewasa dari dunia yang terdahulu bisa menolongku, semua itu tidak demikian.
***
Mentalku mengikuti usiaku saat ini. entah mengapa hal ini bisa terjadi.
Aku juga tidak dapat menjelaskan nya secara rinci. mungkin contoh terbaiknya adalah seorang kakek-kakek atau nenek-nenek.
Walaupun umur mereka semakin dewasa tetapi perilaku dan mental mereka kembali menjadi anak-anak mengikuti bentuk fisik mereka yang semakin rentan, hal ini semua sudah menjadi hukum alam.
Tubuh seorang manusia menentukan prilakunya, jika mereka memiliki tubuh seorang anak kecil, maka ia secara naluri akan bertindak secara kekanak-kanakan, dan jika tubuhnya adalah orang dewasa, maka ia akan bertindak selayaknya orang dewasa.
Kalian paham sekarang? Ini masalah Hormon...
Dan coba bayangkan kondisi ku saat ini. tubuh ini tidak dapat mencerna semua perasaan ini secara bersamaan. mungkin ini perasaan anak yang mengalami broken home, tidak, aku rasa ini lebih buruk daripada itu.
***
"Bugh....!" Terjatuh jasad seorang pria di tumpukan mayat tepat di depan gereja.
Mayat terakhir berhasil di turunkan.
"... Selesai...."
Ucap ku dengan fikiran yang kosong.
Total mayat yang menjadi korban pembantaian ini mencapai 173 manusia, dan ini memberitahu kita bahwa hampir seluruh warga desa ini telah musnah habis tak tersisa, peradaban di desa ini telah tamat.
Aku menyodorkan tongkat sihir ke arah para mayat, lalu kuucapkan mantra penggerak bumi.
"...Sepulcrum ...."
Tanah terbelah menjadi dua bagian dan membentuk lubang seperti sebuah kubus. Kemudian mayat-mayat itu mulai berjatuhan ke dalamnya secara perlahan
Kemudian Aku melihat ke dalam lubang tersebut untuk memastikan setiap jasad telah berada di posisi yang pas. Lalu sebelum kembali ku tutup, aku berdoa untuk keselamatan mereka semua.
Dalam sikap berdoa, aku menggenggam kedua telapak tangan ku, dan kemudian aku memejamkan kedua mata.
"(... Tuhan ... Berkati roh mereka semua ... Berikan mereka kehidupan abadi di surga sana ... Amin.)"
Lalu aku mundur dua langkah ke belakang, kemudian ku julurkan tongkat sihir ini ke arah lubang berbentuk kubus tersebut.
Bumi bergetar, lalu kemudian tanah berjatuhan dan menumpuk dari samping lubang.
Tanah kembali tertutup.
***
Tepat di belakang reruntuhan gereja, terdapat dua makam yang terpisah, ya, kedua makam ini adalah milik paman Ordley dan ibunda Terra.
Makam mereka dipisahkan agar Aku bisa secara khusus menziarahi makam tersebut suatu hari nanti.
"...Ibunda ...Paman Ordley ...Aku akan pergi dari desa ini ...Demi untuk bertahan hidup ...Aku akan pergi ke Ibukota untuk meraih cita-citaku...."
Sejenak aku terdiam, lalu kembali aku melanjutkan ziarahku.
"...Aku akan menuruti perintah mu ibunda, Aku akan menjadi seorang pastur ... Terimakasih karena telah membesarkan aku.... "
Tak ada emosi yang terlepas, hampa, kekosongan hati pada diri ini membuat ku tidak memiliki emosi yang berlebihan, tidak, bahkan aku sudah tidak memiliki emosi lagi.
"Gluduk-gluduk!!" Kilat menyambar-nyambar, terlihat awan hitam mulai menggumpal di langit desa.
Selepas itu, Aku langsung pergi menuju mata air [Shefa] kali ini aku menggunakan sihir tanpa segan-segan.
"Gale Ventum~"
Maka muncul lah angin yang membawa ku terbang.
Dalam hitungan detik aku menghilang dari lokasi pemakaman gereja.
Setelah aku pergi, perlahan hujan jatuh rintik-rintik tepat di atas desa [Durga]
Yang pertama kali terkena rintikan hujan adalah batu nisan ibunda Terra, lalu hujan membasahi batu nisan ibunda dengan deras.
Menyedihkan, sangat menyedihkan... Hal ini bagaikan lambang dari tangisan sang ibunda... Ironis, sangat ironis..
***
Gelombang angin Berdesir di telinga, Aku terbang dengan kecepatan tinggi. tak lama setelah terbang dari desa [Durga], Aku telah sampai di perbatasan sungai.
Sadar akan suatu hal, mata ini terpincut oleh tujuan yang lain.
Dari kejauhan Aku melihat rumah yang dahulu sangat besar, sekarang telah rata dengan tanah.
wajah ini tanpa sadar tak dapat mengalihkan pandangannya dari reruntuhan itu, aku melamun menatap rumah itu dengan pikiran yang kosong
"(Itu ... adalah rumah milik Misa ....)" Gumam ku tak jelas dan tanpa sebab.
Sejenak Aku menghampiri lokasi rumah tersebut, di lihat dari kondisinya yang sangat parah, Aku sangat yakin jika tidak akan ada orang yang bisa selamat dari kejadian ini.
Kemudian Aku pergi dari lokasi itu tanpa menyentuh apapun, Yap, Melanjutkan perjalanannya menuju mata air [Shefa] untuk mengambil barang bawaannya satu-satunya yang tersisa.
Untuk apa aku kembali ke telaga air tersebut? tentu saja untuk mengambil buku hadiah ulang tahun dan surat undangan untuk masuk ke sekolah ke-pendetaan, yang ku tanam di salah satu titik di mata air tersebut.
... Cita-cita ....
Saat ini, tujuan ku hidup hanya untuk menghargai warga desa dan keluarganya yang telah tiada.
Bahkan saat ini tidak terfikir oleh ku untuk meraih cita-cita menjadi seorang sarjana penyihir, karena hasrat itu telah tiada.
Saat itulah cita-cita ku... Mimpi seorang anak bernama Arley Gormik telah pergi entah kemana...
***
------------------------------------------------------------
Tambahan : Curhatan Author 💐
Hai sahabat reader! sebentar lagi Arc ke 1 akan usai, hmm... mungkin sekitar 2-3 chapter lagi. tapi tenang saja, kisah ini akan terus berlanjut sampai Authir merasa puas menulis kisahnya.
Kisah The 7 Book's Of God ini, banyak yang menyangka bahwa saya terinspirasi dari kisah-kisah novel Chinese.
tetapi tidak demikian 🤭, mungkin karena judulnya yang sangat mencolok ya? 😬
Semoga apa yang saya Kisah kan di Novel ringan ini, berkenan di hati para sahabat reader.
Oke sahabat!! Semangat selalu!! Keep reading!!
Have fun 🤗☺️💐👍
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Lim Dany
200 point'
Semangat Thor, 🏋️🏋️🏋️
2020-07-24
1
TheMe
terus kemana perginya keluarga albert? ga dijarah gituh? meskipun rumahnya doangs
2020-07-08
1
San Jaya
Koreksi: "Zrap!" Aku terbangun dari mimpi panjang. Aku termangu heran, menerka apakah kejadian tadi semacam pertanda atau hanya mimpi saja?
----
Terlalu banyak tanda baca, sama seperti yang "Honey" bilang di komentar chapter sebelumnya.
----
Alurnya lumayan bagus. Dan setelah baca tambahan curhat author itu, aku jadi inget ... sampe sekarang "7 Buku" itu sama sekali belum disinggung.
2020-07-05
1