***
"Arley~ Arley~ lihatlah ...."
"Siapa itu ...?!"
Tampak ada seseorang yang tengah menuliskan sebuah buku—di dalam sebuah ruangan, dengan disinari oleh enam buah cahaya yang berbeda strata—bagaikan pelangi.
Dengan seriusnya sang pria menggerakkan pergelangan tangan demi mencoret lembar demi lembar—pada buku yang ia tuliskan tersebut.
Orang itu sesekali menatap ke langit-langit ruangan, seperti ia sedang menunggu kalimat apa yang akan ia tuliskan selanjutnya. Sesekali dia mengangguk-anggukkan kepalanya.
Kala itu, Arley berusaha sebisa mungkin untuk mendekat ke orang tersebut, tetapi ia seperti tidak memiliki tenaga untuk bergerak.
"Kamu yang di sana! apa yang sedang kamu lakukan?" ingin Arley utarakan kalimat tersebut, tapi anehnya—kalimat itu tak dapat keluar dari kerongkongannya.
Tak lama kemudian orang tersebut menutup bukunya, dan tiba-tiba ia melirik tepat ke arah Arley yang posisinya berada tepat di belakang Pria tersebut.
Tentu hal itu membuat Arley sangat terkejut. Pria itu tampak bergeser sedikit dari kursinya, lalu dari kejauhan Arley dapat melihat sampul dari buku yang telah tertutup tadi.
Terpandanglah buku berlapis kulit domba berwarna hitam—terbaring mulus diatas meja kayu berwarna coklat. Ada sebuah kalimat tercantum pada sampulnya, terukir dengan cantik nan indah.
Tampak jika tulisan itu dilapisi tinta berwarna emas yang bersinar mulia, sangat jelas kalimat itu menyinari ruangan ini dengan kemurniannya.
"『Signs 』."
Itulah kalimat yang terukir pada buku tersebut.
.
.
.
***
.
.
.
Lantunan pipit terdengar merdu. Embun pagi terkadang masuk lewat sela-sela jendela kamar tempat dimana Arley tengah beristirahat.
Ya, pagi telah tiba. Suhu yang dingin membuat Arley kembali menutup dirinya dengan selimut yang tebal nan hangat.
"Emh~ ...," gumamnya tak mau bangun.
Kemudian—terpintaslah diingatan Arley tentang mimpi tadi malam.
Zrakk!
Terbangkitlah ia dari atas kasurnya, dan mulai mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Tubuhnya basah, Arley baru sadar jikalau dirinya telah mengalami keringat dingin dampak mimpi yang aneh.
"Mimpi ...?! tetapi aku merasakannya seperti sebuah kenyataan," ucapnya didalam hati.
Selepas itu Arley mencoba untuk menenangkan diri—pada purbasangka yang tengah ia rasakan saat ini.
Demi mengembalikan pola pikir yang lebih jernih, Arley mencoba untuk menghirup udara pagi yang amat dingin—masuk kedalam tubuhnya.
Dengan sangat perlahan, terkumpullah udara segar itu di paru-paru Arley, rasanya bagaikan batu es yang tengah bersarang tepat dirongga-rongga sistem pernafasannya.
Kemudian Arley menghelakan nafasnya yang telah ia kumpulkan tadi. Dan embun pagi pun perlahan keluar dari mulutnya.
"~Sudahlah, lupakan saja—Itu semua hanya mimpi," gumamnya dengan perasaan lega. Bergegaslah Arley bangkit dari kasur—lalu ia turun dari lantai atas menuju lantai bawah.
Sesampainya ia di bawah, ternyata Paman Ordley baru saja selesai menyiapkan sarapan pagi mereka. Kali ini beliau membuat roti ayam dengan sedikit salad di lapisan atasnya.
"Ah, sudah bangun Argog? jarang ada anak seusiamu yang bangun sepagi ini," dengan gembiranya Paman Ordley menyapa Arley—sembari ia kembali menata sarapan mereka.
"-Ehm, a-anu Paman ... aku harus segera pulang, aku tidak ingin membuat cemas Ibunda Terra," ucap Arley untuk memberikan penjelasan, bahwasanya ia ingin bergegas pulang.
"Ooh! kalau begitu ...." Kemudian Paman Ordley bergegas membungkus dua potong roti ayam dan sebuah apel.
Dengan cepat ia membungkus bekal tersebut menggunakan kain serbet berwarna abu-abu. "Ini bawalah, makan bekal ini sambil berjalan ke rumah. Titip salam ya sama Ibunda Terra, katakan obatnya sangat manjur!" salam Paman Ordley kepada Arley dan Ibunda Terra.
Lantas, langsung saja Arley mengambil bungkusan tersebut dan bergegaslah ia berlari keluar rumah. "Siap Paman! terima kasih untuk bekalnya, bye-bye!" sahut Arley sembari ia bergegas pulang menuju Gereja『St. Resetta』.
Paman Ordley melambaikan tangannya sambil memandang Arley dari kejauhan, ia tetap menunggu Arley dari depan rumahnya, sampai sang paman tak dapat lagi melihat Arley pada ujung matanya.
.
.
.
***
.
.
.
Ketika sudah cukup jauh. Arley kembali mencoba untuk ber-eksperimen. Kali ini mengenai cara mengetahui kecocokan dirinya terhadap elemen-elemen sihir lainnya.
"Okay, sekarang sihir apa yang harus aku coba? " ucap Arley sambil senyum-senyum sendiri.
Sembari berjalan menuju lokasi tujuan, Arley membuka bekal yang diberikan Paman Ordley untuk dirinya, dan lekas-lah ia memakan potongan roti tersebut dengan lahap.
Tekstur roti ini amatlah lembut. Rasanya yang berpadu dengan kelembutan daging ayam serta sedikit renyah pada kulitnya, membuat roti tersebut langsung lumer ketika masuk ke dalam mulut Arley. Kombinasinya sangat sempurna untuk sarapan pagi.
"Hmm-hmm, Kemarin aku sudah mencoba menggunakan sihir udara, sebaiknya elemen apa lagi yang harus aku coba ...?" gumam Arley sembari ia memikirkan cara kerja sihir di dunia ini.
Menurut buku :『Cara menjadi penyihir yang hebat』. Elemen di dunia ini dibagi menjadi enam elemen utama. Yaitu elemen "Api", "Air", "Batu", "Udara", "Cahaya", dan "Kegelapan".
Keenam elemen dasar ini dikompilasikan dengan sebuah penyebutan nama yaitu『Elementum』. Di luar dari enam elemen pokok disebut dengan『Elium』atau elemen gabungan. Contohnya seperti elemen petir. Elemen petir didapat dengan menggabungkan antara elemen udara, air, dan api, maka terciptalah petir.
Menggabungkan satu elemen dengan elemen lainnya merupakan hal yang sangat sulit, maka dari itu dibutuhkan perantara untuk menggabungkan satu elemen dengan elemen lain, biasanya perantara itu berupa batu.
Di dunia ini kita menyebutnya sebagai『Elemental Orb』.
Di luar itu semua, dunia ini masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, para sarjana di dunia ini juga memiliki cara pikir yang unik.
Demikianlah karena masih terbukanya banyak pintu peluang dan kemungkinan-kemungkinan unik dalam dunia sihir, Arley sangat ingin mengejar hal-hal semacam ini. Ya, saat ini Arley ingin menjadi seorang Sarjana ahli di bidang sihir!
***
Makanan yang dibawa pun telah lenyap dengan cepat. Arley menjilati sisa-sisa makanan yang ada pada jari-jari tangannya sambil menikmati sisa-sisa saus yang menempel padanya.
"Okayy hari ini aku akan mencoba sihir air!" teriak Arley sambil mengangkat kedua tangannya dengan perasaan yang amat riang.
Yakin dengan pemikiran ini, Arley pun berlari menuju aliran sungai yang melintasi desa—untuk melatih kemampuan sihirnya.
Namun tampaknya Arley telah melupakan sesuatu hal, "Hm? apakah aku melupakan sesuatu?" gumamnya sembari menatap langit, "Tapi ya sudah lah! jika aku melupakan sesuatu, berarti hal itu bukanlah sesuatu perkara yang penting bukan? nah! saatnya pergi menuju aliran sungai!" teriak Arley dengan penuh keceriaan.
***
----------------------------------------------
Hai! sahabat pembaca dimanapun kalian berada!
Ingat! jangan lupa untuh support Author ya!
Caranya gampang banget kok, cukup tekan tombol like, komen, dan rate *5 pada bagian depan!
Bantuan kalian sangatlah berarti untuk Author, karena setiap support yang kalian berikan, sudah bisa menambah semangat Author untuk melanjutkan kisah ini!
Juga bagi kalian yang berkenan untuk menyumbangkan pointnya!
Author akan merasa sangat berterima kasih!
dan akan semakin bersemangat untuk menuliskan chapter-chapter selanjutnya!
Bahkan Author bisa saja loh memberi Crazy Up!
Baiklah!
Demikian salam penutup dari Author untuk kalian semua!
Jangan lupa untuk tetap berbahagia!
dan selalu berpikiran positif!
Have a nice day, and Always be Happy!
See you on the next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Muhamad Agung
masuk list novel nih
2021-08-08
0
E×odia
baru baca 5 chapter udah seru banget. ini adalah salah satu novel favorit!
2020-11-01
0
San Jaya
didalam hati ❌
di dalam hati ✔️
----
Dialog Paman Ordley pas nanya Arley bangun, diksi "dengan" bukan dialog tag ... jadi sebaiknya elipsis dihilangkan dan diakhiri tanda titik (.)
----
Aku menikmati alur chapter ini, bagus.
2020-07-04
1