Hening, tak ada yang berani berbicara di moment yang sangat sakral ini. Mengapa demikian? karena terdapat sebuah peraturan tak tertulis yang sudah mendarah daging di lingkungan masyarakat desa ini.
Tidak—sepertinya seluruh orang di dunia ini juga menggunakan hukum tersebut.
Yaitu : ketika ada seorang pemuka Agama tengah berbicara didepan khalayak umum, maka tugas masyarakat hanyalah memperhatikan mereka sampai pada akhirnya—para masyarakat diperbolehkan berbicara, atau pesan yang di sampaikan adalah sebuah pesan yang membawa kabar gembira.
Demikianlah sebabnya mengapa seluruh masyarakat di desa ini, hanya bisa terdiam dan memperhatikan dengan serius apa yang tengah disampaikan oleh sang Uskup kepada mereka.
.
.
.
***
.
.
.
Terdengar suara sang Uskup menggema di dalam aula Gereja. Tak ada suara lain yang menghiasi ruangan ini selain suaranya yang terdengar agung di telinga masyarakat desa.
"-Kami datang jauh-jauh dari Ibu Kota menuju desa-desa terpencil, hanya untuk mencari talenta-talenta baru yang bisa menjadi penerus masa depan Negara kita yang tercinta ini. Yang dimana—mereka akan menjadi kesatria-kesatria, juga penyihir-penyihir yang handal serta berjiwa patriotisme tinggi untuk Negara kita ini," sang Uskup berpidato dengan tensi nada yang cukup pelan.
Suara beliau terdengar begitu syahdu layaknya seorang kakek yang tengah berdongeng mengenai kisah rakyat kepada cucu-cucunya.
"Huwaa! serius!?" ucap salah seorang masyarakat, "ini bisa jadi kesempatan besar untuk anak-anak kita!" terdengar dengan sangat meriah, masyarakat menjadi terpacu dengan datangnya kabar bergembira ini.
"Mereka akan kami latih, akan kami beri kelayakan hidup, serta akan kami gaji selama mereka berada di kemah-kemah pelatihan," lagi—sang Uskup menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke desa ini.
"Waaaaa! ini luar biasa! hidup! hidup pemerintah!" serentak warga desa memekik-kan kegembiraan mereka.
"-Tetapi!" tegas sang Uskup memotong kemeriahan masyarakat.
Suasana langsung menjadi senyap, lalu sang Uskup melanjutkan pidatonya. "Tetapi—hanya mereka yang kami anggap layaklah yang dapat kami rekomendasikan untuk masuk dan mengikuti program undangan kami ini," seketika masyarakat menjadi tegang.
"Untuk itu, kami akan melakukan penilaian terhadap kemampuan『Skill』anak-anak di desa ini dengan menggunakan teknologi sihir terbaru kami, yaitu『Appraisal Orb』" sang Uskup mengeluarkan batu bulat dan transparan dari dalam selah bajunya,
Lalu batu itu ia letakkan di atas meja yang sudah dilapisi dengan bantal dan alat pengaman lainnya, agar ketika batu itu diletakkan diatasnya tidak terjatuh dan pecah.
"Nah—silahkan ... saya akan melihat dan menilai talenta ananda sekalian," namun tiba-tiba kondisi menjadi hening. Tak ada yang mau maju.
Tampak dari raut wajah mereka, anak-anak ini terlihat begitu takut. Ketakutan yang meliputi mereka adalah rasa takut ketika mereka gagal memenuhi harapan orang tua mereka.
Namun tak disangka-sangka ada seseorang yang berani maju kedepan dan memecah kesunyian.
Tap-Tap-Tap!~
Suara hentakan sepatunya menepik lantai aula di dalam Gereja ini. Hal tersebut menimbulkan suara yang menggema ke seluruh penjuru ruangan.
Seluruh mata lalu terpaku kepada seorang anak perempuan yang tak asing dimata masyarakat desa.
"Tuan Muda Albert!?"
"Tuan Muda Albert maju untuk mengikuti test!?"
"Aku yakin beliau akan mendapatkan skill yang luar biasa!"
Dari belakang, para orang tua saling memberi pujian kepada anak yang imagenya sangat berbanding terbalik dengan Arley.
Ia bernama Misa, Misa Albertus.
Lalu warga desa memanggilnya Albert untuk menghargai orang tuanya yang merupakan tuan tanah di desa ini. Lantas mengapa ia tidak di panggil Nona Albert atau Nona Misa?
Demikian ia di panggil Tuan Muda karena sikapnya yang tomboy dan pemberani.
"Aku bersedia!" ucap Misa dengan sangat yakin dan percaya diri.
"Ohoho~ seorang wanita muda yang cantik dan pemberani. Silahkan, silahkan maju ke depan bola kristal ini"
Misa lalu mendekati bola kristal yang ada di depan mimbar.
"Nah, sekarang letakkan lah kedua tanganmu di atas sini," sang Uskup menunjuk ke atas bola kristal tersebut.
Tak pikir panjang, Misa langsung menuruti apa yang sang Uskup perintahkan kepada dirinya.
"...-!?" tampak wajah Misa sedikit terkejut.
Tiba-tiba, terdapat gemilang cahaya yang tampak keluar dari bola kristal tersebut, hampir seisi ruangan menjadi silau akibat cahaya yang di buat oleh Misa.
"Whoa!?!" masyarakat ikut terkejut.
"Menakjubkan, ini sangat menakjubkan ... aku baru pertama kali melihat skill semacam ini," sejenak, sang Uskup langsung menelan ludahnya akibat melihat ke abnormalan yang terjadi.
"Kakek—cepat katakan kepadaku, skill apa yang aku dapatkan?" lancang Misa mengucapkan kalimat tersebut.
"Wahaha wajar kau mendapatkan skill ini. Periang dan sangat pemberani," lalu sang Uskup menarik nafasnya dan berteriak dengan sangat kencang. "Misa Albertus! umur 12 tahun! Pekerjaan : Siswa teladan di bidang Sihir『High Witch Apperentice』. Skill yang didapat adalah :『Mana』yang tidak terbatas!" jelas sang Uskup sembari memberitahu jika Misa mendapatkan skill yang cukup langka, yaitu :『Infinite Mana』.
"WHOAAA! MENAKJUBKAN!" hujan pujian dan tepuk tangan diberikan untuk Misa, anak sang tuan tanah.
"Aku yakin kau akan sangat berkontribusi untuk negara ini di kemudian hari. Selamat—kamu diterima," ucap sang Uskup.
Kemudian Misa mendapatkan amplop berwarna ungu. Terdapat tulisan dengan tinta emas pada bagian depannya, serta segel kerajaan di bagian belakangnya yang berwarna merah.
Kertas ini merupakan kertas undangan untuk mengikuti kelas penyihir tingkat tinggi,『High Class Sorcerers』tanpa harus mengikuti seleksinya terlebih dahulu.
"Ya ... tentu saja ...," ucap Misa dengan arogan.
Misa pun mengambil amplop ungu tersebut, lalu dia berbalik dan dengan sombongnya ia mengibaskan rambut, lalu ia pergi ke pojok ruangan.
"Nah, siapa lagi selanjutnya? ananda? silahkan maju ...," terang sang Uskup sembari mempersilahkan anak-anak di desa ini untuk membentuk sebuah barisan.
Berkat Misa, anak-anak yang lainnya ikut terpacu, dan mereka pun berbondong-bondong mengantri untuk mengetes—serta ingin mengetahui skill apa yang mereka miliki.
Walau pun pada akhirnya, banyak diantara mereka yang nantinya tidak akan lolos.
***
----------------------------------------------
Hai! sahabat pembaca dimanapun kalian berada!
Ingat! jangan lupa untuh support Author ya!
Caranya gampang banget kok, cukup tekan tombol like, komen, dan rate *5 pada bagian depan!
Bantuan kalian sangatlah berarti untuk Author, karena setiap support yang kalian berikan, sudah bisa menambah semangat Author untuk melanjutkan kisah ini!
Juga bagi kalian yang berkenan untuk menyumbangkan pointnya!
Author akan merasa sangat berterima kasih!
dan akan semakin bersemangat untuk menuliskan chapter-chapter selanjutnya!
Bahkan Author bisa saja loh memberi Crazy Up!
Baiklah!
Demikian salam penutup dari Author untuk kalian semua!
Jangan lupa untuk tetap berbahagia—dan selalu berpikiran positif!
Have a nice day, and Always be Happy!
See you on the next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Reader 💯
Saya teringat Harry Potter waktu penentuan kelas yang akan dimasuki, cuman bedanya Harry alatnya pake topi 🙂
2020-09-25
0
Honey
Aku tidak tahu apakah ada alasan khusus kenapa judulnya: Skill Test. (dengan tanda titik di akhirnya). Kalau memanga ada alasannya, maka mungkin itu tak apa.
Kata moment > momen
Kata diantara > di antara
Aku mulai mencium bumbu percintaan. Apakah nantinya Argog akan jadi seseorang yang istimewa bagi Nona Albert yang tomboy?
2020-07-02
1
Reza Agustin
Enak banget, ya. Langsung dapat skill
2020-04-14
2