Terpojok, tak ada yang bisa membantu. Arley hanya bisa menatap serigala-serigala yang tengah kelaparan itu—
berjalan mendekat ke arah dirinya.
Kembali Arley mencoba mengarahkan tongkat sihirnya menuju ke pasangan Serigala Perak itu.
"Jangan mendekat!" teriak Arley dengan nada yang bergetar. Tentu saja kedua Serigala itu tak menghiraukan peringatan Arley, toh mereka hewan yang tak mengerti ucapan manusia.
Tangan Arley tak mampu menggenggam tongkat sihir dengan lugas. Pucuk dari tongkat sihir yang ia pegang, bergetar dengan kencang dan tak tentu arah.
Begitu juga dengan kondisi tubuhnya yang bertindak aneh. Perlahan, keluar biji-biji keringat dari sela-sela kulit wajah yang tampak semakin pucat—akibat kejadian yang baru saja menghampiri Arley kala itu.
Wajar saja jika ia ketakutan. Untuk kali pertamanya Arley melihat monster—tepat di depan kedua bola matanya. Bentuk yang besar dan taring-taringnya yang runcing, Serta pandangan sang Monster yang mengintimidasi ... siapapun orang yang menghadapi mereka pasti akan kehilangan akal sehatnya.
Sang Serigala saling memandang satu dengan yang lain. Liur bening keluar begitu derasnya dari gigi-gigi taring nan tajam milik mereka.
"Grrrrrrr!" Tanpa rasa takut, sang Serigala malah semakin mendekat ke arah Arley.
Lagi, Arley mencoba untuk melawan mereka dengan sihir yang ia pernah pelajari.
"Percutiens Aquae!"
Terlihat cukup gesit, Arley menarik air dari telaga yang ada di samping kanannya.
Ia ayunkan tongkat sihirnya kala itu—untuk menyerang sang Serigala Berbulu Perak, dengan menggunakan air yang ia gerakkan, kemudian terbentuk menjadi tipis bagaikan pisau yang tajam.
Terpecah! Gelombang air itu tepat mengenai kedua pasangan Serigala Perak. Dengan daya serang yang cukup kuat, hal tersebut menyebabkan sepasang Monster itu terpental cukup jauh, mungkin sekitar tiga meter dari posisi awal mereka berdiri.
Akan tetapi—tidak ada bekas luka sama sekali pada tubuh mereka.
"G-gagal?!" teriaknya dengan cemas. Tubuh kecil Arley menjadi lesu bagaikan kehilangan harapan selepas meluncurkan serangannya yang terakhir tadi.
"Sial! Apa lagi yang harus aku lakukan untuk mengelabui kedua monster ini!?"
Selepas serangan Arley mengenai mereka berdua, tampak jelas jika kedua serigala itu terlihat sangat kesal, "AWOOOOOOOOOOOO!" teriaklah mereka berdua sebab dirinya merasa terancam.
"Ahh ... aku memiliki firasat buruk tentang hal ini ...," belum selesai satu masalah, timbul masalah baru.
Terdengar dari seluruh arah, tampak ada makhluk yang berlari dengan cepat. Semak-semak juga dedaunan bergoyang tak wajar, mereka dengan kecepatan tinggi berkumpul menjadi satu kesatuan.
"Gila! Yang benar saja?! Hal ini benar-benar sudah di luar kendaliku!" gumam Arley dalam hatinya.
Tepat disekeliling lokasi mata air ini, seluruh sisinya telah dipenuhi oleh koloni Serigala Perak. Mengetahui dirinya dirundung bahaya. Tidak ada cara lain, Arley harus melarikan diri dari tempat ini.
Dengan tangan yang masih gemetaran, Arley memaksakan diri untuk lepas dari intaian musuh.
"Gale Ventum!"
Terciptalah angin kencang—yang kemudian angin itu menerbangkan Arley dengan sangat cepat menuju ke atas udara. Demikian dirinya berhasil melarikan diri lewat jalur langit.
Namun para Serigala itu tampak tak mau menyerah, mereka berlari mengejar dan beberapa kali melompat untuk menerkam kaki Arley.
Saat itu Arley sadar—dirinya tak bisa melarikan diri menuju desa. Jika ia terbang menuju rumahnya, pastinya hal ini akan menghancurkan seisi kampung halamannya tersebut.
Demikian Arley memilih untuk mengalihkan haluan terbang, untuk pergi menuju ke arah gunung, yang posisinya berlawanan dari arah desa『Durga』.
***
Tinggi, lebar, dan perkasa. Tiga kalimat inilah yang bisa mencerminkan Gunung Putih itu.
Ya—tepat beberapa ratus kilometer dari desa『Durga』, terdapat Gunung Salju yang sangat amat besar. Bahkan Gunung ini masih tampak gagah perkasa jika di cermati dari dalam desa.
Waktu berputar begitu cepat, Arley masih berusaha untuk melepaskan diri dari kejaran para Serigala yang kelaparan ini.
Berlari dengan kecepatan udara, kejar-kejaran antara Arley dengan sekoloni Serigala itu terus berlangsung tanpa jeda. Beberapa kali mereka mencoba menerkam Arley. Dan dalam beberapakali percobaan tersebut, hampir saja lompatan mereka sampai ke jarak terbang Arley saat ini.
Nafasnya mulai terasa sangat berat—tetapi ia terus memaksakan diri untuk mengaktifkan sihir terbangnya. Tampak gejala pada diri Arley semakin menimbul. Tepat, Arley merasakan efek kelelahan yang begitu akut.
Jarak terbang Arley mulai merendah. Dan hal ini ia tidak sadari sebab efek lelah yang sedang ia alami.
Dari posisi yang jauh dari dataran ini, muncul sebuah benda yang terlihat sangat kecil—akan tetapi lama kelamaan benda itu berubah menjadi membesar. Dan tak disangka-sangka, benda itu ternyata adalah Serigala Perak.
Terkejut juga tercengang, dan tubuh Arley terdiam kaku ketika sang Serigala Perak—berhasil melompat serta menggigit kaki sang bocah.
"Agkh!" teriak Arley melengking keras. Alhasil ia pun ikut tertarik jatuh menuju ke dataran bumi.
Benturan hebat menciptakan dentuman suara yang cukup keras—tampaknya, hasil dari benturan itu, menciptakan luka yang begitu nyeri dan menyakitkan.
Saat itu juga Arley tak mampu bernafas. ia memaksakan diri untuk menghirup udara, namun paru-parunya tak bisa menahan rasa sakit.
Seketika itu juga Arley tersedak dengan nafasnya sendiri. Paru-parunya terasa kosong akibat oksigen yang tak kunjung masuk. Terlemas dan terkulai ke tanah, perlahan Arley kehilangan tenaga untuk melarikan diri.
Penyebab dari sesaknya nafas Arley saat menghirup udara adalah; dikarenakan saat terjatuh dari langit—yang pertama kali menghantam kerasnya tanah adalah punggung sang Bocah. Hal itu menyebabkan dadanya terguncang kuat dan merebaknya rasa sakit yang begitu penat pada tubuh Arley.
Setibanya Arley menyadari bahwa ia sudah berada di atas tanah. Saat itu juga pandangan Arley menjadi kabur. Akan tetapi ia tetap berusaha untuk menahan rasa yang amat gering ini.
Perlahan tapi pasti ... rasa sakitnya mulai memudar, begitu juga dengan nafas yang kembali netral. Walaupun masih terasa berat untuk bisa bernafas secara normal, Arley mencoba untuk menggerakkan sedikit demi sedikit tubuhnya yang terbilang ringkih tersebut.
Mencobalah ia bangkit dari tidurnya, namun kepala Arley masih terasa pusing.
Dengan tubuhnya yang masih gemetaran, ia memegang kepalanya sendiri yang kala itu terasa nyeri dan membuatnya sedikit mual.
Ia merasakan pada tubuhnya saat ini, seperti ada segumpalan cairan yang tersangkut pada tenggorokannya. Perutnya seperti terkocok, dan saat itu juga Arley tak dapat menahan rasa mualnya lagi.
Dari tenggorokanNya—termuntahlah cairan kental berwarna merah yang dibarengi dengan batuk hebat tak terkendali.
"Batuk berdarah ... ya Tuhan! Ini tidak baik!" wajah Arley tampak panik seusai ia melihat lantai yang bersimbah darah.
Benar saja, selepas aroma darah merebak melalui udara—para Serigala itu menjadi semakin menggila. Mereka secara bersamaan menyerang Arley dari segala sudut. tetapi Arley belum menyerah.
"Parvus Coruscare !"
Muncul api dengan ukuran sedang dari ujung tongkat sihir Arley. Panik, para Serigala itu langsung meloncat mundur seperti ketakutan ketika melihat kobaran api.
"Mereka takut dengan api!?" memanfaatkan keadaan, Arley langsung melarikan diri dengan menggunakan sihir udara.
"Gale Ventum ...."
Ucapnya sembari Arley melompat tinggi ke udara—serta meninggikan batas jarak terbang dari posisi ia melesat sebelumnya.
Mencoba untuk menghindari kesalahan sebelumnya, Arley juga menambah laju lesatannya. Dengan harapan; para Serigala itu tidak dapat mengejar dirinya lagi.
Tetapi hal ini memiliki efek samping yang cukup fatal, yaitu energi『Mana』yang Arley keluarkan, juga akan cepat terkuras habis.
Benar saja, dalam beberapa menit—sihir angin yang ia gunakan langsung kehabisan bahan bakarnya.
Kala itu, degan begitu derasnya tubuh Arley langsung terjatuh ke tanah. Walakin, kali ini ia mendarat dengan sempurna—terlebih lagi, para Serigala itu masih jauh di belakang si Bocah.
"Aku harus menyelamatkan diri!" Ucap Arley demi menyemangati dirinya sendiri.
Berlari lah ia sekuat tenaga, kali ini Arley berusaha untuk mencari lokasi yang cukup aman atau tempat bersembunyi yang dapat menghilangkan jejaknya dari kejaran para serigala itu. Ia terus berlari dalam waktu yang cukup lama.
Namun—tampaknya, keberuntungan sedang tidak menyertai Arley saat ini. Lagi-lagi ia terpojok pada sebuah tebing yang besar nan tinggi. Sempat Arley mencoba untuk menggunakan sihir udara untuk yang kesekian kalinya.
Akan tetapi, tampaknya percuma saja. Hanya putaran angin kecil yang muncul dari ujung tongkatnya, "Sial! Mereka tiba!" ucap Arley dengan lantang untuk memacu Adrenalin.
Hembusan angin berputar dengan begitu cepatnya, sampai-sampai pusarannya mampu menerpa kain baju Arley sampai berkibas hebat. Ini bukan fenomena biasa, tetapi angin ini hanya bisa tercipta karena kecepatan lari si Monster itu.
"Grrrrrr! Grrrrrrr!" terlambat, koloni Serigala itu telah muncul di hadapannya.
Hanya ekspresi terkejut yang mampu Arley lukiskan pada panorama penuh adrenalin, di moment akhir senja saat mentari mulai terbenam dangkal—masuk kedalam ufuk horizon.
Mampukah Arley menyelamatkan dirinya?
~Bersambung~
***
----------------------------------------------
Hai! sahabat pembaca dimanapun kalian berada!
Ingat! jangan lupa untuk support Author ya!
Caranya gampang banget kok, cukup tekan tombol like, komen, dan rate *5 pada bagian depan!
Bantuan kalian sangatlah berarti untuk Author, karena setiap support yang kalian berikan, sudah bisa menambah semangat Author untuk melanjutkan kisah ini!
Juga bagi kalian yang berkenan untuk menyumbangkan pointnya!
Author akan merasa sangat berterima kasih!
dan akan semakin bersemangat untuk menuliskan chapter-chapter selanjutnya!
Bahkan Author bisa saja loh memberi Crazy Up!
Baiklah!
Demikian salam penutup dari Author untuk kalian semua!
Jangan lupa untuk tetap berbahagia—dan selalu berpikiran positif!
Have a nice day, and Always be Happy!
See you on the next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
San Jaya
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, eh salah ... malah nyanyi.
Anak sekecil itu justru punya masalah baru yang bisa dibilang terlalu ekstrem, sih.
----
Dan satu chapter ini hampir penuh diisi sama scene diserang monster. Terlalu bertele-tele berarti.
2020-07-05
2
Honey
Inilah esensi dari kalimat 'Practice makes perfect.'
Benar, kan, Arley?
2020-07-03
1
Reza Agustin
Jangan mati dulu, ya, Arley, soalnya chapternya masih banyak yang belum kubaca
2020-04-28
2